JAKARTA, MENARA62.COM – Kebijakan Kampus Merdeka yang telah berjalan hampir dua tahun sejak diluncurkan pada Januari 2019 lalu, mendapat apresiasi dari masyarakat kampus. Nilai total skor untuk program Merdeka Belajar Episode 2 tersebut mencapai 91,3 persen atau masuk pada kategori skala paling tinggi. Nilai paling tinggi ada pada aspek manfaat dan kelanjutan program. Nilai ini didapatkan dari hasil survei yang dilakukan pada 10 s.d. 24 November 2021 terhadap 1.000 responden pelaku pendidikan di pendidikan tinggi.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek, Aris Junaidi mengapresiasi hasil survei tersebut dan menyebut bahwa ini menjadi bagian yang akan terus dievaluasi untuk kebermanfaatan semua pihak. “Kita ikut senang, program ini mendapat apresiasi yang luar biasa,” kata Aris pada Webinar Silaturahmi Merdeka Belajar, Kamis (9/12).
Survei yang dilakukan menggunakan metode wawancara ini mengukur enam hal, yaitu pertukaran mahasiswa, magang, membangun desa (KKN tematik), asistensi mengajar di sekolah, studi/proyek independen, dan proyek kemanusiaan (relawan Covid/vaksin). “Para penerima program merasa mendapatkan manfaat dari program ini dan berharap program dapat dilanjutkan di tahun depan. Dari aspek nilai akumulatif, semua bagian yang diukur itu mendapatkan tune positif dari penerima manfaat program,” kata Direktur Lembaga Arus Survei Indonesia (ASI), Ali Rif’an saat memberikan penjelasan hasil survei dalam forum yang sama.
Responden survei ini terdiri dari pimpinan perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa di seluruh Indonesia. Survei dilakukan untuk mengetahui bagaimana aspirasi dan persepsi masyarakat kampus terhadap Program Kampus Merdeka. Di samping itu, hasil survei ini menjadi bahan evaluasi atas Program Kampus Merdeka untuk mengukur tingkat kepuasan (approval rating) masyarakat atas Program Kampus Merdeka. “Survei ini juga dapat dijadikan bahan konfirmasi apakah program Program Kampus Merdeka (Merdeka Belajar Episode ke-2) sudah tepat atau belum sebagai upaya perbaikan di tahun depan,” ucap Ali.
Di samping survei terhadap program Kampus Merdeka, survei juga dilakukan pada program Merdeka Belajar Episode 6: Transformasi IKU dan Dana Pendidikan Tinggi dengan melibatkan 600 responden. Ada tiga aspek yang diukur pada survei ini, yaitu 8 Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi, Dana Kompetitif, dan Dana Padanan.
Hasil survei menyatakan bahwa nilai total skor berada di angka 86,3 persen yang berarti masuk dalam kategori skor paling tinggi. “Aspek kebermanfaatan mendapat nilai paling tinggi. Responden berharap dalam aspek pelaksanaan program ini dapat lebih mudah,” jelas Ali.
Apresiasi terhadap program Kampus Merdeka juga diungkapkan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswa, Universitas Padjadjaran (Unpad), Arief Kartasmita. Ia menjelaskan, hampir seluruh program studi (prodi) yang ada di Unpad bergabung dalam program ini. “Dari 56 prodi, sebanyak 48 di antaranya bergabung dalam program Kampus Merdeka. Sisanya adalah prodi bidang kesehatan yang memang bukan termasuk dalam program ini,” ungkap guru besar di bidang Ilmu Kesehatan Mata.
Ia menambahkan, seluruh pihak, mulai dari pimpinan prodi, dosen, dan mahasiswa antusias mengikuti program ini. “Ini merupakan program yang baik dan memberikan ruang yang sangat luas untuk mereka berkreasi. Kami melihat pengalaman learning by experience yang dialami oleh mahasiswa dan dosen bertambah sejak mengikuti program ini,” lanjut Arief.
Kerja Sama dengan Industri
Saat ditanya kerja sama perguruan tinggi dengan dunia industri melalui platform Kedaireka, Arief menjelaskan, kerja sama terbaru yang dijalin adalah di bidang perikanan. “Kami mengembangkan budidaya lobster di laut selatan, Jawa Barat. Totalnya sekitar 2,8 s.d. 3 miliar dari dana pendamping dan dana industri. Industri yang terlibat cukup banyak, mulai dari industri lobsternya sendiri, pakan, rumah makan, pariwisata, dan sebagainya,” katanya.
Menurut Arief, melalui program ini, tidak hanya produk dari jurusan perikanan yang terlibat, melainkan juga dari prodi lain, seperti manajemen, hukum, dan lainnya. “Kami sangat antusias dengan program ini karena mahasiswa dan dosen bisa benar-benar terlibat dengan dunia industrinya, terjun di lapangan. Bagi industri sendiri, kebutuhan-kebutuhan yang dicari di dunia kerja juga diperlihatkan di sini, sehingga terjadi link and match nantinya. Bukan itu saja, keterlibatan dengan pemda dan media terjadi melalui program ini,” imbuhnya.
Program Relawan Covid-19
Salah satu bagian dari program Kampus Merdeka adalah RECON, yaitu relawan yang diterjunkan ke lapangan untuk membantu penanganan dan pengendalian Covid-19. Relawannya adalah mahasiswa di bidang kesehatan, seperti mahasiswa ilmu kedokteran atau mahasiswa keperawatan.
Salah satu relawan Covid-19, Basra Amru berbagi pengalamannya mengikuti program ini. “Banyak manfaat yang saya dapatkan melalui program ini. Karena saya terjun ke lapangan langsung, saya bertemu dengan banyak pihak dari lintas bidang, sehingga memperluas relasi dan tentu menambah pengalaman,” ujar Basra.
Kampus Merdeka merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar yang diluncurkan Kemendikbudristek untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa/i untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan. Kampus Merdeka diharapkan dapat menjawab tantangan perguruan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang sesuai perkembangan zaman, kemajuan IPTEK, tuntutan dunia usaha dan dunia industri, maupun dinamika masyarakat.