29.2 C
Jakarta

SVF dan ICT, Terapi Terbaru Regenerasi Sel dan Penguatan Imun dari Klinik Hayandra & HayandraLab

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Klinik Hayandra & HayandraLab kenalkan terapi baru berupa Stromal Vascular Fraction atau SVF dan Immune Cell Therapy (ICT) untuk terapi yang membutuhkan regenerasi sel dan penguatan sistem imun. Dua jenis terapi tersebut diklaim lebih baik dan lebih aman dibanding terapi stem cell atau sel punca.

Alasannya karena dalam terapi SVF dan ICT, pasien menggunakan sel yang diambil dari tubuh sendiri atau disebut autologous. Berdasarkan literatur terkini, sumber sel punca yang paling banyak di tubuh kita berasal dari jaringan lemak dan proses pengambilan jaringan lemak di tubuh biasanya dilakukan oleh dokter yang memiliki kompetensi di bidang tersebut, yaitu dokter bedah plastik.

“Dan perlu diketahui pula bahwa sel punca yang teraman adalah yang berasal dari diri kita sendiri (autologus),” kata dr Krista Ekaputri, spesialis bedah plastik Klinik Hayandra, temu media bertema ‘Penemuan Terbaru Dunia Medis: Terapi Sel untuk Peremajaan Kulit dan Sistem Imun yang digelar Klinik Hayandra & HayandraLab, Selasa (21/1).

Pengolahan sel punca dari SVF ini, menjadi focus terapi yang kini dikembangkan Klinik Hayandra dan HayandraLab.  Menurutnya, sel punca yang terkandung dalam SVF dari HayandraLab yang berjumlah miliaran sel tanpa proses kultur, merupakan sumber sel peremajaan kulit yang aman, praktis, efektif dan rendah resiko.

SVF lanjut dr Krista juga telah digunakan sebagai salah satu solusi terbaik untuk mengatasi penuaan di kulit. Sama halnya dengan terapi sel punca, terapi SVF juga memiliki fungsi menggantikan atau meregenerasi sel- sel di tubuh kita yang mengalami kematian yang salah satunya disebabkan oleh penuaan tubuh.

Terapi SVF jelas Dr. dr. Karina F Moeghni, SpBP-RE, pendiri yayasan Hayandra Peduli, pada dasarnya hampir sama dengan stem cell, karena keduanya berbasis pada terapi regenerasi sel. Hanya saja, sel yang digunakan dalam terapi SVF diambil dari tubuh pasien itu sendiri dengan cara sentrifugasi dan pelepasan ikatan antar sel dengan enzim.

“SVF yang merupakan kumpulan sel, hasil pengolahan lemak yang diambil dari tubuh pasien  mengandung beberapa jenis stem cell, fibroblas, sel progenitor, sel-sel darah serta sel-sel imunitas yang semuanya berguna untuk tubuh manusia,” jelasnya.

Meskipun sama-sama terapi yang memanfaatkan sel (regenerasi sel), SVF berbeda dengan stem cell. Perbedaannya adalah jika SVF didapatkan dari jaringan lemak tanpa proses kultur, sebaliknya stem cell didapatkan harus melalui proses kultur terlebih dahulu. SVF mengandung banyak jenis sel, termasuk beberapa jenis stem cell, yang saling bersinergi untuk proses perbaikan jaringan atau organ tubuh, sedangkan stem cell hanya terdiri dari satu jenis sel yaitu stem cell itu sendiri.

Perbedaan selanjutnya terkait waktu yang dibutuhkan, dimana untuk proses SVF adalah 2-3 jam, sedangkan stem cell berhari-hari hingga berminggu-minggu untuk mendapat produk stem cell saja. SVF diproses dengan menggunakan enzim rekombinan yang tidak berasal dari hewan (animal free origin).

Adapun manfaat stem cell yang terkandung dalam SVF diantaranya adalah untuk pengobatan kelainan otak seperti stroke, dementia, cerebral palsy, epilepsi, autism, Parkinson, diabetes berikut komplikasinya, gagal ginjal, neuropati, osteoarthritis, penyakit-penyakit autoimun seperti psoriasis, rheumatoid artritis, multiple sclerosis, sjogren’s, lupus dan penyakit-penyakit degeneratif, termasuk pada tulang.

Sama halnya dengan stem cell, SVF lanjut Dr Karina tidak mungkin bisa hidup di dalam sediaan krim atau pil. Atau dalam bentuk ampul yang disimpan pada suhu ruang lebih dari 1-3 hari. Sudah pernah diamati, dalam waktu 12 jam, stem cell di suhu ruang akan mengalami kematian lebih dari 30%.

Terapi ICT untuk kanker

Selain mengembangkan terapi berbasis SVF, Klinik Hayandra dan HayandraLab juga mengembangkan terapi ICT atau immune cell therapy untuk penyakit kanker. Terapi ini menggunakan sel T dan sel NK dari tubuh pasien sendiri.

Dr. dr. Karina mengatakan, di luar negeri terapi yang dilakukan sangat nyaman, minim efek samping, namun juga sangat menguras biaya.

“Terapi ini saya bawa dari Jepang sebagai nazar saya saat mengobati ibu ke Jepang akibat kanker,” jelasnya.

Saat melakukan pengobatan kanker dengan terapi ICT di Jepang, Karina bernazar, bila Ibunya sembuh, maka teknologi ICT akan dibawa ke Indonesia dan membuat harganya jadi lebih terjangkau.

Ternyata nazar ini mampu membawa HayandraLab menjadi laboratorium berizin resmi yang pertama dan satu-satunya di Indonesia yang mengembangkan tehnologi ICT ini.

Sementara itu, dr Komang A Wahyuningsih, M. Biomed (AAM), Sp.DLP, Kepala HayandraLab mengatakan semakin menua, sistim imun seseorang akan makin lemah. Itulah sebab mengapa populasi penderita kanker lebih besar di usia tua.

“Ternyata selain menjadi terapi pendukung pada kanker, ICT banyak digunakan di luar negeri untuk pencegahan kanker serta terapi di bidang anti aging, mengingat bahwa ilmu anti aging bukan hanya sekedar bersifat estetik, namun juga termasuk deteksi dini, pencegahan penyakit yang melibatkan sistim imun dan metabolisme, serta bagaimana mempertahankan fungsi tubuh manusia dari gangguan atau penyakit yang berkaitan dengan penuaan,” katanya.

Penuaan manusia yang ditandai oleh kelemahan fisik dan fisiologis yang sangat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Penunaan sistem imun ini dapat mengakibatkan dua masalah besar pada tubuh, yaitu kerentanan terhadap infeksi dan inflamasi.

Kerentanan terhadap infeksi yang dimaksud berkaitan dengan kemampuan melawan infeksi bakteri, virus, parasit, jamur, maupun mikroba lainnya yang semakin menurun seiring dengan penunaan. Sedangkan inflamasi yang simaksdu adalah peradangan yang terjadi akibat kerusakan sel di berbagai organ tubuh, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan inflamasi diantaranya penyakit jantung, alzheimer, parkinson, osteoartritis, dan juga autoimun.

Hal tersebut berlaku sebaliknya, penyakit degeneratif yang terjadi pada berbagai organ tubuh lainnya dapat menurunkan kemampuan sistem imun, namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti.

Menyadari bahwa masih banyaknya hal yang perlu diteliti lebih lanjut untuk menghasilkan terapi yang makin baik, Klinik Hayandra dan HayandraLab rajin membuat riset dengan menggandeng peneliti dan klinisi baik dari dalam maupun luar negeri. Luaran (output) dari hasil riset dan layanan di Klinik Hayandra dan HayandraLab, telah dipublikasikan dalam banyak jurnal ilmiah baik di dalam maupun di luar negeri.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!