27.8 C
Jakarta

Tak Mau Lama Libur

Baca Juga:

Sudah menjadi kebiasaan bagi kita warga negara Indonesia atau umat Islam pada khususnya jika hari raya idul fitri, libur sekolah dan libur kerja. Di sini, di Gwynneville, New South Wales, Australia, tidak. Hari raya tetap masuk kerja karena bukan libur nasional. Bagi yang kerja atau kuliah, boleh minta izin sebentar untuk Shalat Ied, setelah itu masuk lagi.

Kedua putri kami sudah sekolah sejak beberapa bulan lalu di sini. Satu sekolah di IEC Warrawong High School kelas delapan dan satu di Gwynneville Public School, elas lima setingkat sekolah dasar.

Sehari sebelum lebaran, kami sudah menghadap pihak sekolahnya. Agar mereka diberi izin libur dua hari dalam rangka menghadapi idul fitri ini. Pihak sekolah memberi izin dua hari. Khusus di sekolah putriku yang kedua, sebenarnya hanya boleh izin satu hari, sebagaimana anak-anak Muslim lainnya. Tapi kepala Tata Usaha bilang, khusus dia boleh dua hari karena rajin dan cerdas.

Kami sengaja minta izin dua hari supaya bisa lebih lama bersama. Apalagi saya kan baru tiba di sini. Belum sempat jalan-jalan bersama mereka. Ternyata putri pertamaku tidak setuju. Dia tak mau libur lagi. Katanya itu tidak adil. Karena teman-teman kelasnya yang Muslim hanya diberi satu hari. Dia tidak mau dapat dispensasi seorang diri.

Jadilah dia berangkat sekolah pagi ini. Cuaca cukup cerah. Setelah sarapan, dia bawa bekal nasi dan makanan ringan ke sekolah untuk makan siang nanti.

Ternyata putri bungsuku pun ikut-ikutan. Dia tidak mau libur lagi. Padahal sudah diminta izinkan. Katanya “Ngapain saya di sini, lebih baik pergi sekolah, banyak temanku di sana” jelasnya.

Akhirnya dia pun pergi ke sekolah dengan membawa bekal makanan siang. Sebagian kue lebaran dia bawa ke sekolah. Katanya mau dikasi kepada teman-temannya. Saya tak antar dia ke sekolah, karena masih dapat bus sekolah yang lewat depan rumah dan lewat depan sekolahnya.

Pertanyaanya adalah mengapa mereka tidak mau menambah libur? Jawaban sederhananya adalah, karena mereka mendapat sekolah yang menyenangkan. Di sekolah, mereka bisa ketemu guru yang baik hati dan penuh pengertian. Punya teman yang ramah dan bersahabat. Dari aspek fasilitas pun lebih baik.

Suatu ketika, putriku pernah melapor kepada kepala sekolahnya. Dia pernah hampir diganggu oleh kakak kelasnya berjalan di koridor sekokah. Laporan ini oleh kepada sekolah dianggap serius dan dicari solusinya.

Hingga sekarang, belum ada lagi laporan tentang hal-hal yang kurang baik oleh putriku di sekolahnya. Karena pihak sekolah sangat respon dan sentiasa berusaha dengan sungguh-sungguh menjadikan sekolah sebagai tempat yang nyaman dan mesra bagi anak didiknya. Tanpa pandang bulu, dari berbagai keanekaragaman budaya, bangsa dan ideologi.

Untuk putra kami yang paling sulung, baru saja mendapat telepon dari pihak sekolah. Dia akan mulai sekolah pada hari Selasa yang akan datang. Sesuai dengan rekomendasi dari pihak Kementerian Pendidikan Australia. Sementara ini, dia di rumah dulu menyesuaikan diri, sambil membantu ibunya memberatkan rumah.

Penulis: Haidir Fitra Siagian
Gwynneville, Kamis (6/6/2019), pagi ceria.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!