Tak pernah mimpi bisa kuliah. Itulah cetusan kegembiraan Mitha (21) yang punya nama lengkap Ayu Pramitha Sari, mahasiswi Universitas Negeri Malang (UM), saat ditemui di rumahnya di Kabupaten Malang, Ahad (5/11/2023).
Perjalanan menuju rumah Mitha, siswa penerima KIP yang kuliah di UM ini, ditempuh dengan kendaraan minibus sekitar 1,5 jam dari Kota Malang. Perjalanan yang mengarah ke Gunung Kawi di Kabupaten Malang itu, cukup lancar. Deretan pertokoan, warung, sekolah pun silih berganti dengan area sawah dan perkebunan tebu serta jagung.
Selepas azan dzhuhur, rombongan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tiba di rumah Mitha. Rumah permanen di bagian depan, dan kayu di bagian sampingnya itu, merupakan rumah keluarga besar Mitha. Rumah itu milih kakeknya yang sudah meninggal, namun neneknya masih sehat, dan bahkan tak lelah untuk mengolah kebun singkong, dan mengolah hasilnya menjadi gaplek maupun memanfaatkan onggok yang dijual ke peternak kambing.
Di samping rumah utama, agak menjorok ke belakang terdapat bangunan dengan dua kamar dengan dinding kayu. Ukurang bangunan ini lebih kecil dari ukurang rumah utama, namun atapnya menyatu dengan rumah utama itu. Di samping rumah utama, terhampar tiga lembaran terpal yang diatasnya terdapat potongan singkong. Singkong potongan itu, sedang dijemur untuk dijadikan gaplek. Selain itu, teradapat enam karung berisi jagung pipil, dan onggok, yang disandarkan di bangunan berdinding kayu itu. Di sebelah tumpukan karung itu, ada sebuah timbangan besar untuk menimbang hasil bumi.
Siti Arofah, ibu Mitha, selain membantu sang nenek membuat gaplek, kesehariannya bekerja sebagai penjahit di rumah. Ia memanfaatkan sebuah ruang kecil di bagian belakang. Ayahnya, sekarang lebih banyak menjadi pemijat panggilan. Sebelumnya sempat bekerja sebagai sopir.
Kuliah
Mitha, merupakan salah satu penerima beasiswa KIP mengakui, program pemerintah ini telah membantu dirinya mewujudkan mimpinya. Ia tidak pernah membayangkan, akan duduk di bangku kuliah. Sebelumnya, ia berfikir hanya akan mencari kerja seperti jejak dua orang kakak kandungnya. Mereka berdua langsung mencari kerja, dan tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
“Saya orang pertama dalam keluarga yang bisa kuliah. Itu sebabnya, saya berusaha untuk menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dengan nilai akademik yang baik,” ujarnya yang bercita-cita ingin menjadi seorang ASN.
Mitha mengaku sangat beruntung bisa mendapatkan beasiswa, dan mendapatkan pendampingan yang baik dari UM. Itu sebabnya, uang beasiswa dipergunakan sebaik mungkin untuk keperluan kuliah, termasuk membeli laptop yang diperlukan untuk menunjang kuliahnya.
Selain itu, Mitha selalu berusaha untuk mendapatkan prestasi akademik terbaik. Apalagi, ia yakin betul pendidikan yang ia jalani ini akan bisa membawanya dalam kehidupan yang jauh lebih baik dibandingkan saat ini. Ia terkadang masih ikut mengajar kelas bimbingan belajar. Profesi ini, juga sempat dijalaninya ketika sebelumnya kuliah di UM.
“Saya selalu berusaha mempertahankan nilai akademik. Jangan sampai nilainya C setiap mata kuliah, agar bisa terus mendapatkan beasiswa,” ujarnya yang mengakui upaya ini sebagai tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan cita-citanya.
Tidak heran, kalau pada semester dua lalu Mitha berhasil meraih IPK 3,5. Semoga selalu sukses.