BENGKULU, MENARA62.COM — Pembukaan Tanwir Muhammadiyah dihadiri Presiden Joko Widodo, Jumat (15/2/2019). Pembukaan ini dihadiri peserta Tanwir Muhammadiyah dari seluruh Indonesia.
Selain itu, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti, Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara, Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi.
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah dalam sambutannya mengatakan, atas nama masyarakat Bengkulu, mengucapkan selamat bagi peserta Tanwir Muhammadiyah. “Semoga menghasilkan keputusan yang mencerahkan bagi masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Pembukaan Tanwir dilakukan di halaman Rumah Kediaman Gubernur Bengkulu.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, Bengkulu merupakan kota bersejarah bagi Muhammadiyah. “Hasan Din, konsul Muhammadiyah di Bengkulu. Orang tua ibu negara Fatmawati. Sementara Presiden Soekarno, pernah menjadi Ketua Majelis Pendidikan Dasar Dan Menengah Muhammadiyah,” ujarnya.
Haedar mengingatkan, beragam praktek yang memisahkan diri dari hajat hidup orang banyak yang rahmatan
Bangkitkan lagi ingatan kolektif Islam tentang Islam yang mencerahkan. Pencerahan Islam melekat dengan risalah kenabian Muhammadiyah, dengan Iqro’ agar setiap insan memiliki, ilmu Dan hikmah, serta akal budi.
Islam mengajarkan kemuliaan akal budi, sebagaimana kerisalahan nabi, Islam sebagai pencerahan yang dipraktekkan Muslim, tidak akan mudah menebar marah Dan berbuat kerusakan. Muslim yang tercerahkan akan menggelorakan amal saleh dan nahi mungkar.
Beragama yang mencerahkan, Menurut Haedar, dapat membangun keadaban publik, berbangsa dan bernegara. Ruh toleransi, ta’awun dan gotong royong. Namun sering terbentur dengan kontestasi politik yang mengeras, dan melahirkan urusan hidup mati.
“Politik menjadi urusan absolut, politik beraroma genting sehingga memunculkan posisi yang berhadap-hadapan seperti perang kurusetra,” ujarnya.
Mudah-mudahan politik kita kearah politik adiluhung dan bukan bernuansa kurusetra. Masih banyak elit kita yang ingin mewujudkan kehidupan politik kebangsaan yang mencerahkan.
“Mari senyum. Minimal 60 kali atau 1200 detik, atau 1/3 jam. Senyum akan membuat kita cerah dan awet muda, sekaligus sodaqoh yang diajarkan nabi. Dengan tersenyum akan memancarkan sikap rendah hati, Dan menghasilkan pemikiran yang mencerahkan bagi bangsa,” ujarnya.
Sementara Joko Widodo mengatakan, dalam empat setengah tahun fokus pada pembangunan infrastruktur.
Menurutnya, selamat ini yang menjadi kendala pembangunan infrastruktur adalah melintas lahan kodam dan hutan konservasi jadi problem pembangunan jalan.