29.9 C
Jakarta

Tawaf Bukan Sekadar Aktivitas Fisik Mengelilingi Ka’bah

Baca Juga:

SOLO,MENARA62.COM – Kajian Tarjih yang digelar Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Selasa (22/4) tidak hanya memberikan pemahaman fiqih semata, tetapi juga menyentuh sisi spiritualitas dan akhlak dalam melaksanakan ibadah haji. Kajian ini menghadirkan Yayuli, S.Ag., M.P.I., sebagai Narasumber Utama yang menjelaskan makna mendalam dari ibadah tawaf.

Dalam kajiannya, Yayuli menegaskan bahwa tawaf bukan sekadar aktivitas fisik mengelilingi Ka’bah, tetapi juga simbol perjalanan batin dan ketaatan kepada Allah. Tawaf disebut memiliki kesamaan dengan salat dalam hal kesucian dan kekhusyukan. Namun, berbeda dengan salat, dalam tawaf diperbolehkan berbicara dengan catatan isi percakapannya baik.

“Thawaf di Baitullah adalah seperti salat, hanya saja Allah membolehkan berbicara. Maka jangan berbicara kecuali dengan perkataan yang baik,” kutip Yayuli dari hadis riwayat Thabrani.

Dalam bagian lain, Yayuli menyampaikan bahwa syariat Islam sangat mempertimbangkan kondisi individu. Misalnya, bagi perempuan yang sedang haid atau seseorang yang memiliki penyakit yang menyebabkan najis terus-menerus, tetap dibolehkan melakukan tawaf tanpa terkena sanksi syar’i.

Tidak hanya itu, kajian juga membahas fleksibilitas dalam menjalankan putaran tawaf. Misalnya, jika seseorang batal wudhu di tengah-tengah putaran, ia dapat mengambil wudhu dan melanjutkan putaran berikutnya tanpa harus mengulang dari awal. Bahkan jika iqamah salat terdengar, maka tawaf dihentikan untuk salat berjamaah terlebih dahulu.

Menariknya, kajian ini juga menyinggung karakteristik haji yang mabrur. Yayuli menyebutkan bahwa salah satu ciri haji yang diterima Allah adalah munculnya semangat akhirat, sifat zuhud terhadap dunia, menjaga lisan, serta memiliki kepedulian sosial sepulang dari ibadah haji.

“Menjadi haji yang mabrur bukan hanya menyelesaikan rangkaian manasik, tapi juga membawa perubahan sikap dalam kehidupan sehari-hari,” tutur Yayuli yang juga sebagai Dosen di Fakultas Agama Islam (FAI) UMS itu.

Kajian ini menjadi bekal yang bermakna bagi delapan dosen dan tendik UMS yang tahun ini berangkat menunaikan ibadah haji. Dengan pemahaman fikih dan semangat spiritualitas yang seimbang, diharapkan para jamaah dapat menjalankan ibadah dengan tenang dan penuh kesadaran.

Melalui kegiatan semacam ini, UMS terus berkomitmen menghidupkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan akademik dan sosial, serta menanamkan pemahaman agama yang berakar pada nash dan konteks kemanusiaan. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!