JAKARTA, MENARA62.COM – Indonesia bertekad menjadi negara maju, pada 100 tahun Indonesia merdeka pada tahun 2045. Sesuai dengan tujuan pencapaian kebijakan pembangunan Suistainable Development Goals (SDGs) yang diikuti lebih dari 190 negara, bahwa di tahun 2045 tidak ada lagi kemiskinan, kelaparan (kurang gizi atau stunting), pendidikan mudah diakses, kesetaraan gender baik, lingkungan yang baik (perawatan alam), ekonomi yang berkelanjutan, dan membangun kerja sama internasional.
“Kita bertekad mencapai sasaran itu di Indonesia. Ini juga merupakan kesepakatan presiden dan pemerintah,” ujar Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Rektor Universitas YARSI dalam webinar, Jangan Tua Sebelum Kaya, Selasa (29/9/2020).
Karena itu, tahun ini lansia diharapkan tangguh, sehat dan tetap produktif. Anak mudanya merencanakan kehidupan dari satu siklus ke siklus yang lain dengan memanfaatkan aspek-aspek layanan antargenerasi yang baik, melalui komunikasi dan penguasaan teknologi. “Diharapkan anak muda dan jajaran birokrasi di tahun depan sampai dengan tahun 2030 dituntut itu oleh dunia.”
Menurut Fasli, untuk mencapai hal ini tentu banyak tantangannya. Setiap provinsi diprediksi tidak dapat menikmati bonus demografi. Ini dikarenakan anak mudanya banyak yang pergi merantau dan tidak mengabdi di daerah masing-masing, sehingga yang tinggal di daerahnya relatif usia tua dan anak-anak. Misalnya, di Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Bonus demografi akan terealisasi bila suplai tenaga kerjanya besar dan berkualitas, kaum perempuan semakin terdidik, tabungan masyarakat meningkat dan kebijakan insvestasi pemerintah dan swasta yang membuka lapangan kerja,” ujarnya.
Diakui Fasli, pemerintah sudah melakukan sosialisasi dengan pemda agar anak muda mau berjuang dan mengabdi di daerah masing-masing. Ini dimulai dengan membangun kualitas SDM dengan didukung oleh kesiapan infrastruktur, kesiapan teknologi, good goverment, dan sumber daya ekonominya.
