JAKARTA, MENARA62.COM– Di tengah pandemi Covid-19, transformasi teknologi berkembang 5-6 tahun lebih cepat. Masyarakat yang bekerja secara fleksibel (work from home) dengan memanfaatkan teknologi menandakan perkembangan teknologi yang cepat dan memaksa kita harus mampu mengadopsi teknologi dan mulai mengubah mindset agar kita memperoleh full benefit dari teknologi itu sendiri.
Menurut Prof. Richardus Eko Indrajit Rektor Universitas Pradita, syarat dari transformasi digital dikatakan berhasil jika mindset masyarakatnya benar. Tetapi kebanyakan mindset masyarakat Indonesia bukan mindset digital sesungguhnya melainkan mindset digitalisasi.
“Digital mindset bukanlah hanya sekedar digitalisasi, hal ini karena digital mindset adalah cara pandang dan pola pikir yang dilandaskan pada pemahaman utuh akan konsep serta karakteristik digital dalam rangka menawarkan solusi yang optimum dan cenderung bersifat inovatif dan disruptif,” ujar Prof. Eko saat menjadi narasumber di webinar Digital Mindset dalam Transformasi Digital Kementerian Keuangan, Kamis(24/9/2020).
Dalam materinya, Prof. Eko menjelaskan banyaknya mesin EDC di kasir pusat belanja, panjangnya syarat formulir yang orang-orang isi dengan hal yang sama berulang-ulang, banyaknya dokumen yang harus dikumpulkan untuk memenuhi persyaratan layanan tertentu, dan banyaknya pelanggan yang dipanggil namanya namun berakhir dengan permohonan menunjukkan KTP merupakan bukti tidak adanya digital mindset.
Prof. Eko juga menyebutkan faktor penentu budaya digital adalah mindset. Hal ini karena teknologi dikembangkan untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia. Berbagai kendala seperti masalah hukum, koordinasi, one data, justru dapat diselesaikan dengan adanya teknologi digital (IR. 4.0).
Bagi Para digital immigrant (generasi x) diakui harus banyak belajar dan mendengarkan generasi digital native (generasi z) untuk bisa setidaknya beradaptasi dengan teknologi dengan penerapan mindset yang benar. “Ketika manusia berhenti belajar maka pada hakekatnya yang bersangkutan telah berhenti menjadi manusia,” tutup Prof. Eko.