JAKARTA, MENARA62.COM– Temukan kasus tuberculosis (TB) lebih dini, pemerintah luncurkan gerakan ‘Ketuk 100.000 Pintu’. Fokus gerakan tersebut adalah mengajak semua elemen masyarakat untuk bersama-sama menemukan kasus TB dan mengobatinya sampai tuntas.
“Gerakan ini kita lakukan serentak di 34 propinsi. Semua kalangan masyarakat kita libatkan,” papar Dirjen Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, M Subuh, Kamis (23/03/2017).
Diakui Subuh, hingga kini Indonesia belum keluar dari daftar negara penyumbang kasus TB di dunia. Sehingga TB masih menjadi salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Sejak tahun 1995, Program Nasional TB mengadopsi strategi DOTS sebagai strategi nasional dan sekarang dikembangkan menjadi strategi yang lebih akseleratif yaitu TOSS TB (Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Sembuh). Perubahan strategi dari penemuan pasif promotif menjadi aktif, intensif dan masif tersebut kata Subuh bisa dilakukan melalui penemuan kasus TB berbasis keluarga dan masyarakat pada populasi khusus ( lapas, pondok pesantreen, asrama, perumahan padat penduduk dan kumuh).
Kedua, peningkatan jejaring layanan dengan melibatkan Rumah Sakit dan Klinik swasta dikenal Public-Private Mix (PPM). Dan yang ketiga peningkatan kolaborasi layanan di fasyankes (TB HIV, TB DM, TB Gizi)
Menurut laporan surveilans TB tahun 2015 total penemuan kasus TB sebanyak 330.729 pada tahun 2015 dengan angka keberhasilan pengobatan sebesar 84% (selesai pengobatan dan sembuh). Sisanya 16% pasien adalah pasien yang tidak menyelesaikan pengobatan, karena beberapa faktor seperti meninggal, pindah tempat tinggal, tidak melanjutkan pengobatan, penyakit kebal terhadap obat yang diberikan.
Dengan rata-rata lebih dari 300.000 pasien yang diobati per tahunnya, lanjut Subuh, maka terhitung sejak tahun 2012 Indonesia telah berhasil menyelamatkan nyawa lebih dari 1 juta nyawa.
Meski relatif memberikan hasil yang menggembirakan, pemberantasan penyakit TB di Indonesia menghadapi beberapa tantangan penting. Misalnya peningkatan kasus TB MDR (Multidrug-Resistant). TB MDR ini muncul akibat pengobatan TB tidak dilakukan secara tuntas .
Subuh menjelaskan apabila kasus TB MDR tidak ditangani dengan tuntas, dapat berkembang menjadi XDR (Extensively drug-resistant). Karena itu untuk mencegah TB MDR pemerintah mendorong seluruh pemberi pelayanan TB pemerintah dan swasta memberikan pelayanan TB standar serta meningkatkan kewaspadaan dengan penemuan kasus TB secara dini dan memastikan pelayanan TB berkualitas untuk mencegah kejadian TB resistan obat.
Selain itu juga mengajak seluruh masyarakat dan keluarga untuk mendukung pasien dalam menjalani pengobatan TB sampai tuntas.
Saat ini layanan RS Rujukan atau Sub Rujukan TB MDR terdapat di 68 RS yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dengan 1.217 Puskesmas sebagai satelit layanan.
Peringatan Hari TB Sedunia 2017 yang akan diperingati 1 April 2017, mengambil tema Gerakan Masyarakat Menuju Indonesia Bebas Tuberkulosis. Tema ini sejalan dengan tema global “Unite to End TB”.
“Kita bercita-cita untuk bersama-sama mengeliminasi TB pada tahun 2035. Karena itu mari kita mencegah penularan TB, menemukan mereka yang bergejala dan mengobati mereka yang sakit sampai sembuh. Cegah TB Resistan Obat dengan pengobatan TB yang stándar dan berkualitas serta TOSS TB,” tandas Subuh.
Ia juga berharap dukungan seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menutup kran penularan TB.