24.6 C
Jakarta

Terapi Elektrik Dalam Penurunan Nyeri Pada Ibu Bersalin

Baca Juga:

 

SOLO, MENARA62.COM – Menurut (Booth & Cimanuk, n.d.) Nyeri persalinan dalam proses persalinan termasuk hal yang tidak bisa dipisahkan. Secara fisiologis seluruh wanita yang melahirkan akan mengalami nyeri selama proses persalinan. Sebanyak 91,9% wanita mengalami nyeri saat proses persalinan kala I (Legiati Titi dan Widiawati Ida.2013). Berdasarkan hasil penelitian yang telah diteliti sebelumnya maka menjadi dasar tim peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Terapi Elektrik dalam penurunan nyeri pada ibu bersalin.

Tim Peneliti dosen Pemula Penelitian Fundamental RISETMU merupakan dosen ITS PKU Muhammadiyah Surakarta Prodi D3 Kebidanan yaitu Nur Hidayah SST.,M.H.M.Keb dan D4 Elektromedik  yaitu Ipin Prasodjo S.Pd.,M.Kom beserta mahasiswa DIII Kebidanan a.n Puji Sri Lestari melaksanakan penelitian tentang terapi elektrik dalam penurunan nyeri pada ibu bersalin di Praktek Mandiri di Wilayah Sukoharjo.

Penelitian ini dilaksanakan di tiga tempat Praktek Mandiri Bidan di wilayah Sukoharjo yang mewakili 2 kecamatan yaitu kecamatan Baki dan kecamatan Grogol dari bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2024 sebanyak 20 responden. Berdasarkan penelitian terdapat perbedaan yang signifikan skala nyeri sebelum dan sesudah perlakuan terapi elektrik dengan menggunakan TENS. Dengan demikian, terapi elektrik efektif mengurangi nyeri pada ibu melahirkan.

Instrumen dalam penelitian ini adalah terapi elektrik menggunakan TENS kode produk FM – B1501) telah mendapatan  sertifikat izin edar dari Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Dengan menempelkan bantalan elektroda lengket ke bagian belakang setinggi tali bra. (T10–L1) , satu inci di kedua sisi tulang belakang (dengan tali menggantung ke bawah). Sepasang elektroda lainnya ditempatkan di atas lesung pipit sacral (S2-S4) , satu inci di kedua sisi tulang belakang (dengan kabel mengarah ke atas). Dan untuk skala nyeri Comparative Pain Scale (Skala Nyeri 0-10) merupakan assessment pengkajian nyeri yang telah terstandar.

TENS bekerja berdasarkan teori endorfin dan pengendalian gerbang. “Dalam teori endorfin, TENS akan mengeluarkan arus listrik frekuensi rendah, sekitar 2 Hz. Hal ini akan mempengaruhi produksi endorfin oleh tubuh dan sering digunakan pada nyeri kronis. Dengan dihasilkannya hormon endorfin, pasien akan merasa nyaman, nyeri berkurang, dan dapat tertidur selama terapi sehingga lebih rileks,” jelas Nur Hidayah.

Pada teori gate control, TENS akan merangsang serabut A-β dan mengaktifkan sistem penekan nyeri, proses ini memerlukan frekuensi yang tinggi sekitar 2-150 Hz. Arus listrik yang dikirim dari unit TENS akan dialirkan melalui sistem saraf pusat. Hal ini dapat menurunkan kemampuan saraf dalam mengirimkan sinyal nyeri ke otak dan sumsum tulang belakang sehingga nyeri perlahan berkurang, serta berdasarkan evaluasi kepada responden durasi kontraksinya menjadi lebih pendek rata – rata menurun 5-10 detik

Tim Peneliti dosen Pemula Penelitian Fundamental RISETMU  mengucapkan terima kasih kepada Dewan Penelitian dan Pengembangan Perguruan Tinggi (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian melalui hibah Skema Dosen Pemula Penelitian Fundamental RISETMU serta Pimpinan Praktik Bidan Mandiri yaitu Siti Maryam S.Keb, Vonny Farida S.Keb, dan Susi Damayanti S.Keb. (*)

 

 

 

 

 

 

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!