PULANG PISAU , MENARA62.COM – Menindaklanjuti maklumat Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah tentang shalat gerhana bulan, PDM Pulang Pisau bersama.Takmir Masjid KH Ahmad Dahlan melaksanakan salat gerhana bulan atau salat Khusuf, selasa (8/11) setelah Salat Maghrib.
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid, Najmuddin, S.Ag, MH mengatakan
Salat gerhana merupakan salah satu sunnah mengikuti apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.
“bahwa ketika terjadi gerhana bulan atau matahari kita segera melaksanakan shalat untuk mengingat Allah SWT, mensyukuri tanda tanda kebesaran Allah” katanya.
Pelaksanaan salat gerhana juga sebagai komitmen PDM melaksanakan maklumat PP Muhammadiyah nomor 01/MLM/I.1/E/2022.tentang Shalat Gerhana Bulan pada 13 Rabiul akhir 1444 H, yang bertepatan dengan 8 November 2022.
Salat gerhana berlangsung khidmat, tertib dan lancar , dimulai setelah salat Magrib sampai menjelang Adzan Isya berkumandang. Bertindak sebagai imam pada Sholat gerhana bulan tersebut Khadirun S.PdI, M.Pd, dan khatib Ustadz Achmat Husen, S.Sos.I.
Hadir dalam salat gerhana Ketua dan Sekretaris PDM Pulang Pisau , pengurus PDM dan majelis, ortom, serta para jamaah masjid KH Ahmad Dahlan Pulang Pisau
Khatib salat kusuf , Achmat Husen mengajak jamaah untuk bersyukur bahwa gerhana adalah salah satu bukti kebesaran Allah SWT. .
Bahwa Gerhana bukan sebagaimana diyakini sebagai masyarakat dulu, bahwa itu peristiwa ditelannya bulan, atau penanda bencana bagi petani, peternak, dan lainnya. Keyakinan seperti itu tidak benar. Gerhana adalah salah satu bukti akan Kemahakuasaan Allah Swt.
“Marilah kita tinggalkan
mitos-mitos ketika terjadi gerhana bulan atau gerhana matahari, tetapi kita banyak beristighfar banyak mohon ampun dan selalu bertaqarrub kepada Allah SWT” ujarnya
Husen menyampaikan bahwa Allah menciptakan bulan sebagai cahaya, matahari sebagai sumber cahaya, dan Allah menciptakan orbit atau garis edar segala benda langit untuk kehidupan manusia di bumi, dan sebagai tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berfikir. Seperti dalam Al-Qur’an Sirah Yâsîn ayat 40:
لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya (orbit).
“Ayat ini menjelaskan bahwa terjadinya gerhana adalah ketika matahari, bulan, dan bumi berada di satu garis lurus. Jika bulan menghalangi cahaya matahari ke bumi, maka itu adalah gerhana matahari. Jika bumi menghalangi cahaya matahari sampai ke bulan maka disebut dengan gerhana bulan. Itulah fenomena alam yang kadang terjadi” jelas khatib.
Selain itu khatib juga menyampaikan salah satu hadis Nabi
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat dan bersedekahlah.”
Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada kita, bila terjadi gerhana untuk berdoa kepada Allah, mendirikan salat sunnah gerhana, bertakbir dan bersedekah. Marilah kita persiapkan hal-hal yang diperintahkan oleh Nabi, dan marilah kita usahakan untuk dapat mengamalkan apa yang diperintah oleh Nabi Muhammad SAW.
Diakhir khutbahnya, khatib mengajak para jamaah untuk meningkatkan motivasi kita untuk belajar memahami alam semesta ini, membesarkan hati kita untuk ikhlas menolong sesama, serta menjaga kita untuk selalu ramah terhadap alam sekitar kita.
” Momen gerhana bulan menjadi media untuk memperbanyak permohonan ampun, taubat, untuk kembali kepada Allah, meningkatkan kedekatan kita kepada Allah SWT, Semoga Allah memudahkan segala urusan kita untuk meningkatkan ibadah kepada-Nya dan memikirkan segala keindahan ciptaan-Nya” tutupnya.
Setelah menunaikan salat kusuf dan dilanjutkan dengan salat Isya, Takmir Masjid KH Ahmad Dahlan menyediakan hidangan bagi para Jama’ah yang hadir malam itu, Soto ayam Kampung dan ayam Ras menjadi menu makan malam para jama’ah sambil berbincang akrab, silaturahim meningkatkan ukhuwah sesama jamaah sebelum kembali ke rumah masing-masing. (Bonni Febrian)