YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Tim Program Pengembangan Pemberdayaan Desa (P3D), Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan (PBSI FKIP UAD) Yogyakarta menggelar Sarasehan Budaya ‘Jejak Petilasan di Gilangharjo.’ Sarasehan yang dilaksanakan di Kampus 1 UAD, Senin (8/11/2021), secara luar jaringan (Luring) dan dalam jaringan (Daring) berupaya menelusuri cikal bakal Danang Sutowijoyo yang mendirikan Kerajaan Mataram Islam dari Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dijelaskan Atik Widyaningrum, Ketua Tim P3D HMPS PBSI FKIP UAD, sarasehan menghadirkan nara sumber Agus Suwarto SSos, Kepala Seksi Pengembangan Warisan Budaya Benda Kundha Kabudayan (Dinas Kebudayaan) DIY. Selain itu, juga menghadirkan Surakso Wiryo Sanjoyo, Juru Kunci Situs Gilanglipuro, dan Surakso Surasetika, Juru Kunci Makam Tambalan.
Tim P3D HMPS PBSI FKIP UAD terdiri Atik Widyaningrum (ketua), Annisa Maulida Ramadhani, Riefda Arya Kelana, Latanza Rahma, Melinda Puspitasari, Ayu Purnamasari, Isnaini Niken Sholehah, Nurul Aniisa, Khoniatur Rohmah. Selanjutnya, Ramadhani Inda Tamaya, Piska Eka Widya, Diana Oktaviana, Ajeng Retno Ariani, Imam Maulana Setiaji, dan Amar Yusuf Eka S.
Lebih lanjut Atik menjelaskan timnya mendapat hibah dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk melakukan pengabdian masyarakat di Desa Gilangharjo. Tim P3D ini melanjutkan program yang telah dilaksanakan Tim Program Holistik Pengembangan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) PBSI FKIP UAD tahun 2020.
“Fokus pengabdian kami yaitu pada aspek pendidikan, sejarah, seni, dan budaya di Gilangharjo dengan merintis sebuah paket eduwisata. Dalam aspek sejarah tim P3D HMPS PBSI meggandeng tempat-tempat peninggalan Kerajaan Mataram Islam di antaranya Situs Gilanglipuro dan Makam Tambalan,” kata Atik.
Tujuan sarasehan budaya, kata Atik, di antaranya untuk meluruskan pandangan masyarakat tentang situs peninggalan sejarah dan melestarikan peninggalan sejarah yang ada di Desa Gilangharjo. “Semoga sarasehan budaya ini dapat menambah wawasan kita mengenai sejarah dan dapat meningkatkan kesadaran kita dalam melestarikan sejarah yang ada,” katanya.
Sedang dalam aspek pendidikan, kata Atik, Tim P3D PBSI FKIP UAD merintis sebuah taman literasi. Tujuannya untuk meningkatkan minat literasi, kreativitas dan inovasi masyarakat Desa Gilangharjo, khususnya anak-anak dan remaja serta sebagai upaya mendukung Gerakan Literasi Nasional (GLN).
Aspek seni dan budaya, tambah Atik, memberikan berbagai pelatihan kepada masyarakat Desa Gilangharjo. Di antaranya, pelatihan melukis, membatik, pembuatan makanan tradisional, menari, gamelan, dan revitalisasi permainan tradisional. Tujuannya, melestarikan seni dan budaya serta meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Gilangharjo di masa pandemi Covid-19.
Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) UAD, Choirul Fajri, SIKom, MA mengatakan Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati pernah berdoa di situs Gilangharjo sebelum mendirikan Kerajaan Mataram Islam. Itu menjadi sejarah peradaban Islam di Ngayogyokarto Hadiningrat.
Tahun 2021, kata Choirul Fajri, UAD mendapatkan enam dana hibah dari Kemendikbudristek. Dana hibah tersebut digunakan untuk pengabadian masyarakat. Dana tersebut sekaligus untuk mengimplementasikan Catur Dharma Perguruan Tinggi UAD.
“Agar pengabdian masyarakat berhasil dengan optimal, Bimawa memiliki komitmen terus mendampingi adik-adik mahasiswa. Sehingga bisa mengembangkan desa sebagai wujud Catur Dharma perguruan tinggi,” kata Choirul.
Choirul Fajri menambahkan hasil Sarasehan Jejak Petilasan di Gilangharjo ini akan dijadikan tulisan sehingga memudahkan masyarakat mengenali sejarah Desa Gilangharjo. “Kemajuan teknologi informasi telah membuat adik-adik atau generasi milenial lupa sejarah. Semoga usaha Tim P3D PBSI UAD ini memudahkan generasi milenial mengenali sejarah,” kata Choirul.
Sementara Dr Gatot Sugiharto, SH, MH, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni mengatakan apa yang dilakukan Tim P3D PBSI UAD merupakan salah satu cara merawat Indonesia. “Merawat Indonesia tidak harus menduduki posisi strategis atau pimpinan di pemerintahan. Tetapi anda melakukan sesuatu semampu saudara merupakan bagian dari cara kita ikut merawat Indonesia tetap terjaga persatuan, kesatuannya dan nilai-nilai budayanya,” kata Gatot.
Gatot Sugiharto berharap upaya dari Tim P3D PBSI UAD bisa menciptakan destinasi wisata baru di wilayah Bantul. Selanjutnya, destinasi wisata Gilangharjo ini bisa dikoneksikan dengan Agrowisata Organik yang dikembangkan Tim PHP2D HMPS Pendidikan Fisika UAD, beberapa hari lalu. Agrowisata Organik ini berada di Desa Srigading, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul yang baru saja diresmikan Wakil Bupati Joko Purnomo.