26.9 C
Jakarta

Tingkatkan Kegemaran Masyarakat Membaca, Badan Bahasa Gelar Bedah Buku Novel Lara Rasa dan Second Hope

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Perpustakaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa bekerja sama dengan Gramedia Pustaka Utama dan Elex Media Komputindo kembali menggelar kegiatan bedah buku pada Jumat (2/02/2024). Kegiatan yang diselenggarakan di aula Sasadu, Badan Bahasa tersebut membedah dua buku fiksi berjudul “Lara Rasa” karya Nureesh Vhalega dan “Second Hope” karya Flara Deviana.

Saat membuka resmi kegiatan bedah buku, Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin mengatakan kegiatan bedah buku merupakan program rutin triwulan Badan Bahasa. Tujuannya adalah meningkatkan ketertarikan masyarakat untuk membaca buku mengingat budaya membaca masyarakat Indonesia masih sangat memprihatinkan.

“UNESCO merilis hasil penelitiannya yang menyebutkan bahwa hanya 1 dari 1000 masyarakat kita yang memiliki kegemaran membaca buku. Padahal buku adalah jendela informasi untuk melihat dunia,” kata Hafidz.

Menurut Hafidz selain dari sisi budaya gemar membaya yang rendah, Indonesia juga menghadapi persoalan kurangnya fasilitas yang dapat mendukung masyarakat gemar membaca, dalam hal ini buku bacaan. Karena itu melalui kebijakan Merdeka Belajar episode 23 yaitu buku bacaan bermutu untuk literasi Indonesia, Kemendikbudristek mendistribusikan bantuan buku bacaan untuk wilayah 3T sebanayk 15,4 juta eksemplar pada 2022. Belasan juta eksemplar buku bacaan untuk PAUD dan SD tersebut telah didistribusikan ke sekolah-sekolah di wilayah Indonesia.

Bagi Hafidz, ketersediaan buku bacaan saja tidak cukup untuk meningkatkan literasi masyarakat Indonesia. “Ketersediaan buku bacaan juga harus disertai dengan upaya menumbuhkan minat baca masyarakat terhadap buku,” tegasnya.

Gairah membaca buku bisa dimulai dengan mengubah mindset bahwa membaca adalah kegiatan menyenangkan. Pemilihan buku bacaan menjadi hal penting yang harus dilakukan untuk bisa mengubah mindset ini. “Mulailah membaca buku yang memang ceritanya menyenangkan. Ada buku-buku romantisme, ada buku cerita yang seru, atau ada juga yang cerita seram. Memulai baca buku yang sesuai dengan Tingkat ketertarikan, tentu akan berpengaruh pada mindset seseorang,” tambahnya.

Bermula dari membaca satu buku yang menyenangkan, Hafidz yakin jika hal tersebut dilakukan berulang, dapat menambah kecintaan seseorang terhadap buku.

“Bedah buku adalah upaya mengajak orang tertarik untuk membaca buku. Hari ini kita bedah dua buku sekaligus hadir pula penulis dan psikolog,” kata Hafidz.

Ia berharap dari kegiatan bedah buku, orang akan dapat menyelami apa isi buku tersebut, apa pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis, dan bagaimana penulis mendapatkan ide kreatifnya untuk menuangkan dalam bentuk tulisan. “Itu sebab kami hadirkan psikolog untuk membahas isi buku,” jelasnya.

Lebih lanjut Hafidz mengatakan bahwa Badan Bahasa terus berupaya memberikan apresiasi kepada para penulis buku, terutama penulis buku cerita yang menginspirasi masyarakat. “Kami mendorong para penulis untuk terus berkarya,” katanya.

Kegiatan Bedah Buku merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh perpustakaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Tahun 2023 tidak kurang dari 10 kegiatan Bedah Buku sudah diselenggarakan oleh Perpustakaan Badan Bahasa. Kegiatan Bedah Buku ini menjadi agenda rutin dalam menjalin kerja sama dengan mitra strategis Badan Bahasa.

Dua buku yang kali ini dibedah merupakan buku yang mengangkat isu kesehatan mental. Kesehatan mental merupakan salah satu isu yang cukup ramai dibahas beberapa tahun belakangan ini, terutama oleh di kalangan remaja. Terbukanya era informasi dan meningkatnya taraf hidup menjadi salah satu alasan kesehatan mental menjadi salah satu perhatian masyarakat masa kini. Hadirnya karya novel yang mengangkat isu ini membantu pembaca untuk dapat menangkap isu ini lebih mudah melalui potret kehidupan sehari-hari yang dialami oleh karakter novel.

Hafidz berharap melalui kegiatan bedah buku ini dapat menjadi sarana untuk memperoleh masukan untuk kedua buku yang dibedah. Tidak hanya itu, melalui bedah buku ini, pembicaraan lebih mendalam antara karya sastra dan kesehatan mental dapat membantu pembaca memahami isu kesehatan mental yang seringkali lebih sulit dipahami oleh kaum awam. Melalui sastra pula, pembaca diharapkan dapat masuk ke dalam kisah alur cerita, mendorong pembaca memahami berbagai karakter yang akan membantu meningkatkan pemahaman akan konsep yang kompleks, sekaligus mampu memupuk rasa empati dalam kehidupan nyata.

Selain itu, kegiatan bedah buku ini merupakan sarana untuk mendiskusikan dan mengeksplorasi makna mendalam dari dua karya sastra terbaru, “Second Hope” dan “Lara Rasa”. Kegiatan ini diinisiasi sebagai upaya bersama untuk memberikan apresiasi kepada para penulis muda yang telah berkontribusi dalam mengembangkan dunia sastra Indonesia.

“Kerjasama antara Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Gramedia Pustaka Utama, dan Elex Media Komputindo diharapkan dapat menjadi langkah positif dalam mendukung perkembangan sastra Indonesia yang semakin berkembang,” tutup Hafidz.

Turut hadir dalam kegiatan Bedah Buku ini Nathalie Indry (moderator), Willy Tasdin, M.Psi, (Psikolog), Flara Deviana (Penulis), dan Nureesh Vhalega (Penulis). Nureesh Vhalega atau akrab disapa Nui, menulis di lini citylite dengan karakter-karakter perempuan kuat yang didera drama keluarga. Empat dari beberapa novelnya diterbitkan oleh Elex Media Komputindo: Eternal Flame (2015), Take Me for Granted (2018), As Always, I Love… (2020), dan Lara Rasa (2023).

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!