27.3 C
Jakarta

Tingkatkan Kompetensi Guru IPA, Kemendikbud Luncurkan Didamba

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) luncurkan program pendidikan dan pelatihan (Diklat) Daring Masif dan Terbuka (Didamba), Senin (13/4/2020). Program tersebut bertujuan memperluas jangkauan layanan bagi guru dan tenaga kependidikan IPA pada jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK yang ingin meningkatkan kompetensinya.

Didamba dapat diakses di mana saja dan kapan saja melalui https://pkb.p4tkipa.kemdikbud.go.id/mooc. Dengan demikian, Didamba merupakan langkah tepat yang dilakukan oleh PPPPTK IPA untuk tetap melakukan fasilitasi peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan IPA di tengah pandemi Covid-19.

Plt. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Plt. Dirjen GTK) Kemendikbud, Supriano, dalam teleconference menyampaikan apresiasi kepada PPPPTK IPA yang selalu berinovasi dan melaksanakan diklat dengan model daring.

“Kalau ini menjadi kebiasaan kita ke depan, diklat ini nanti tidak perlu lagi kita kumpul-kumpul, mungkin bisa dengan jarak jauh. Dengan begitu akan ada penghematan waktu maupun anggaran,” ujar Supriano dalam konferensi jarak jauh pada saat peresmian Program Didamba Angkatan Kedua di Kantor PPPPTK IPA, Bandung.

Diakui Supriano, kendala yang dihadapi sekarang ini bagi daerah yang belum terjangkau internet tentu mengalami kesulitan walaupun di kota terkadang juga mengalami hal yang sama.

“Saat ini kita memiliki Kemenkominfo dan Kemendes dengan program Dana Desa. Mendikbud berharap dengan situasi seperti saat ini agar kita semua bergotong royong, artinya di mana ada kesempatan untuk membangun infrastruktur dan sebagainya, itu kita lakukan bersama. Oleh karena itu Kemendikbud terus berkoordinasi dengan K/L maupun swasta yang berkaitan dengan jaringan internet ini,” kata Supriano.

Selain mendapatkan model pelatihan daring yang berbasis teknologi, lanjut Supriano, guru harus terus berinovasi dan harus diberi motivasi agar meningkatkan kompetensinya dalam penggunaan teknologi.

“Teknologi bukanlah pengganti guru, karena guru tidak akan terganti, melainkan gunakan teknologi sebagai alat bantu untuk proses pembelajaran. Itu yang harus kita garis bawahi,” terang Supriano.

Kepala PPPPTK IPA, Enang Ahmadi, dalam sambutannya menyampaikan bahwa untuk Angkatan 2, ada sebanyak 9200 pendaftar, sementara yang bisa diakomodasi saat ini berjumlah 936 peserta.

“Untuk saat ini jaringan infrastruktur masih terus dikembangkan dan untuk 936 peserta ini nantinya ada 17 jenis mata diklat dan nanti akan terus kami kembangkan. Untuk Angkatan 2 Tahap 1 dimulai sejak 13 April s.d. 1 Mei 2020,” ujar Enang.

Dijelaskan Enang, ada 2 tahap yang harus dilalui oleh para peserta, di mana tahap pertama adalah teori, dan tahap kedua adalah praktik.

“Untuk tahap pertama itu lamanya 3 minggu, setara 36 jam pelajaran (JP). Untuk tahap kedua lamanya juga 3 minggu setara 32 JP sehingga total jumlahnya 68 JP. Dalam 1 tahun, peserta sudah mendapatkan 2 angka kredit untuk pengembangan dirinya. Seluruh peserta yang memenuhi syarat akan mendapatkan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau Surat Keterangan bagi setiap tahap yang diikutinya,” tutur Enang

Tersedia 17 kelas daring bagi para peserta, yaitu 1) Pemanfaatan ISPRING untuk Pembelajaran IPA Interaktif; 2) Kelas Blended Learning IPA dengan Edublog; 3) Digital Tools pada Pembelajaran STEM Materi Ekosistem; 4) Analisis dan Penyusunan Soal Pilihan Ganda Berbasis Kompetensi Ilmiah; 5) Pemanfaatan Whiteboard Animasi dalam Pembelajaran IPA; 6) Pemanfaatan Software Tracker dalam Pembelajaran Fisika; 7) KTI Guru Biologi; 8) Pemanfaatan Media Digital sebagai Sumber Pembelajaran IPA; 9) Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja; 10) Pembelajaran Perubahan Lingkungan Berorientasi HOTS; 11) Komunikasi dalam Pembelajaran; 12) Covid-19 dan Pembelajaran Jarak Jauh; 13) Dasar-Dasar Robotika; 14) Penggunaan Bahan Alami sebagai Indikator Asam Basa melalui Pembelajaran Siklus Belajar SE; 15) Suhu dan Kalor; 16) Pemanfaatan Teknologi/Media Digital dalam Pembelajaran IPA Berbasis Computational Thinking; dan 17) Penggunaan Media Pembelajaran PhET pada Materi Energi SD dan SMP.

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, M. Rosihan Pribadi, menyampaikan apresiasi terhadap program yang dilaksanakan PPPPTK IPA.

“Sebagaimana Pak Dirjen katakan bahwa dalam program Didamba ini ada efisiensi dan efektivitas. Saya melihatnya dari sisi efektivitas, sasaran dan jangkauan Didamba sangat luas sekali. Kami baru ikut di Angkatan 2 tapi dari berbagai mata pelajaran yang ada, ada 17 orang guru yang bisa ikut. Kiranya program ini bisa berlanjut dengan sasaran yang lebih lagi dan agar PPPPTK yang lain bisa ikut melaksanakan program serupa sehingga jumlah guru yang bisa ikut akan lebih banyak dibandingkan dengan pelatihan yang sifatnya in-house,” jelas Rosihan.

Dampak Program Didamba

Salah seorang peserta Angkatan pertama program Didamba, Herfen Suryati, yang merupakan guru biologi dari SMA YPVDP Bontang, Kalimantan Timur mengungkapkan bahwa mengikuti diklat Didamba adalah pengalaman pertama yang mengesankan terutama kelas “Membuat media pembelajaran IPA dengan ISPRING”.

“Materi ini disusun secara runtut dan bertahap, mulai dari dasar sampai ke penerapan. Selain itu bahan diklat tersedia dalam bentuk softcopy sehingga kami hanya perlu mengunduh dan mempelajarinya,” ujar Herfen.

Menurutnya, banyak kompetensi yang Ia dapatkan melalui diklat ini, terutama dalam membuat bahan ajar interaktif, kuis interaktif, dan mengonversi file PPT ke berbagai bentuk, di antaranya HTML5, juga bisa dikonversi menjadi APK untuk android.

Senada dengan Herfen, Guru SMAN 1 Panarukan, Kab. Situbondo, Jawa Timur, Sugiono sangat terkesan dengan program pelatihan Didamba, khususnya mata pelajaran software tracker.

“Sangat luar biasa karena program-program seperti ini sangat pas dilaksanakan di masa Covid-19 ini karena low-cost dan dampaknya sangat besar bagi guru. Untuk kendala, saya tidak merasakan adanya kendala yang berarti. Yang dibutuhkan hanya koneksi jaringan internet yang stabil. Mudah-mudahan nanti bisa dibantu untuk fasilitas internet, terutama dari Dana BOS sehingga para guru dan siswa selaku pengguna internet bisa mengaksesnya dengan gratis,” tutup Sugiono.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!