28.9 C
Jakarta

Tolak Politik Identitas, Khatib Indonesia Siap Wujudkan Pemilu Damai

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Wasathi (Wadah Silaturahim Khatib Indonesia), organisasi para pengkhutbah moderat di Indonesia mengadakan kegiatan Talk Show Khatib dengan tema “Menolak Politik Identitas” pada hari Kamis (6/10/2022) di Aula Sekretariat Asrama Haji, Pondok Gede Jakarta Timur. Dibuka oleh Ketua Wasathi, H. A. Fauzan Amin, M. Hum. “Khatib saat berkhutbah itu sejatinya sedang menjadi juru bicara Tuhan di bumi. Jadi, setiap isi khutbah harus bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt”, Ungkap Fauzan.
Kegiatan diawali dengan prosesi wisuda 20 orang khatib yang telah mengikuti pelatihan khatib moderat angakatan 1 selama empat bulan. Hadir menyampaikan sambutan ketua komisi dakwah MUI KH. Ahmad Zubaidi. Serta Wasekjend MUI, KH. Abdul Manan Ghani yang memimpin baiat khatib moderat bagi wisudawan.
Hadir dalam kegiatan ini Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Kepolisian RI dengan memaparkan mengenai upaya pencegahan intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Kegiatan juga ini menghadirkan beberapa narasumber yaitu TGBKH Muhammad Abdul Majdi, Prof. Dr. KH. Noor Ahmad M.A (Ketua Baznas) & Analis politik Eep Saefullah Fatah (CEO PolMark). Dengan dimoderatori oleh Roqiyul Ma’arif Syam, talk show ini berupaya mendorong kesadaran khatib Indonesia untuk memainkan peran sentral dalam mencegah dampak negatif politik Indentitas.

“Peran ; khatib atau pendakwah memegang amanah nabi yang minimal harus dikembalikan secara utuh nilai-nilainya, tidak boleh berkurang”, Papar TGB.
“Masjid memiliki fitrahnya untuk membersihkan batin/jiwa seorang muslim, sehingga jangan sampai umat Islam keluar dari masjid malah panas hati sumpek pikirannya karena mendengar khutbah atau ceramah yang isinya adalah kebisingan politik”, tambah TGB.

Mengenai politik identitas, TGB menuturkan “Indentitas harus jd media taaruf, bukan malah menjadi alat untuk membentur-benturkan anatar kelompok dan mengeliminasi kelompok lain”.

Untuk menghindari dampak negatif politik identitas, TGB berpesan “hindari tasyisuddin alias mempolitisir agama, tapi prinsip islamnya yg harus dimunculkan yaitu keadilan. Hindari hate speech/khitobul karahiyah, munculkan khitobul mahabbah/ujaran kasih sayang”. Kata TGB kemudian menutup paparannya
Sementara itu, menurut ketua Baznas, Prof Noor Ahmad, “sejatinua nilai-nilai Islam melampaui situasi & kondisi, melampaui sekat organisasi, melampaui perkembangan ideologi, bahkan partai politik”.
“Secara historis para ulama di masa awal kemerdekaan telah menyebut Indonesia sebagai darus sulhi, darul mitsaq, darussalam. Dan sejak sepeninggal Nabi Muhammad saw, umat Islam telah mengenal perpecahan, karenanya sebagai sebuah agama, Islam menghindari politik Identitas yg mengarah pada perpecahan, banyak ayat2 al-Qur’an tentang ini”, ujar Prof Noor Ahmad.

Kemudian, ia menutup paparan dengan sebuah imbauan etik Islam ketika terjadi perpecahan, “Yang pertama, Islah, khatjib Indonesia (Wasathi) harus berperan di tengah menengahi & mengetengahkan kelompok ekstrim kanan & ekstrem kiri. Kedua, jadilah mubayyin, orang-orang, kelompok yg menjelaskan bayyinat-bayyinat, kelompok yangmau bertabayyun, klarifikasi mengungkap kebenaran. Ketiga, mengisi konten2 sosial media & media dakwah dengan ucapan-ucapan yang ma’ruf”.

Dalam talk show ini, CEO PolMark Indonesia, Eep Saefullah Fatah berupaya melacak politik Identitas ke depan.
“Masa depan politik identitas tidak cerah karena mendapat tantangan tiga hal. Surveri kami selama bertahun-tahun mengenai perkembangan politik di Indonesia membaca: pertama, pemilih semakin independen. Kedua, politik uang marak tapi tidak efektif. Ketiga, pemilih menimbang kehidupannya saat momen election”. Ungkap Kang Eep, sapaan akrabnya.
Menurut Eep, “masa depan cerah itu ada bagi politik jalan keluar. “Bagi para khatib, pendakwah, politik jalan keluar ialah dengan mempraktikkan ayat, bukan lagi hanya mendakwahkan ayat dengan maksud mengkapitalisasi politik bagi keuntungan sebagian orang atau kelompok. Politik yang memberikan solusi bagi permasalahan umat”, terang Kang Eep
Usai diskusi, kegiatan ini ditutup dengan deklarasi para khatib Wasathi untuk menciptakan pemilu damai.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!