KARANGASEM, MENARA62.COM. Setelah enam hari lamanya melanjutkan puasa sunnah di bulan Syawal 1444 H, tiba saatnya sebagian masyarakat Islam Indonesia, khususnya warga Saren Jawa, Karangase-Bali akan merayakan Lebaran Ketupat. Sebagaimana dijelaskan dalam beberapa hadist Nabi keutamaan puasa sunnah di bulan Syawal sebagai berikut :
1. Hadits Pertama
Ketentuan tentang puasa Syawal sebanyak enam hari, didasarkan pada hadits Rasulullah SAW berikut,
مَنْ صَامَ رَمَضانَ ثُمَّ أَتَبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كانَ كصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya: “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka baginya (ganjaran) puasa selama setahun penuh.” (HR Muslim)
2. Hadits Kedua
Hadits lainnya juga menjelaskan keutamaan puasa Syawal dalam redaksi berbeda,
عن ثوبان عن رسول اللہ ﷺ أنه قال : من صام رمضان وستة أيام بعد الفطر كان تمام السنة من جاء بالحسنة فله عشر أمثالها
Artinya: “Barang siapa yang berpuasa satu bulan Ramadhan, ditambah enam hari (Syawal) setelah Idul Fitri, pahala puasanya seperti pahala puasa satu tahun. Dan siapa yang mengerjakan satu amalan kebaikan, baginya sepuluh kebaikan.” (HR Ibnu Majah).
3. Hadits Ketiga
Selain hadits-hadits sebelumnya, melansir arsip detikEdu, ada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan nada serupa,
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، أَنَّ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ، كَانَ يَصُومُ أَشْهُرَ الْحُرُمِ . فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ “ صُمْ شَوَّالاً ” . فَتَرَكَ أَشْهُرَ الْحُرُمِ ثُمَّ لَمْ يَزَلْ يَصُومُ شَوَّالاً حَتَّى مَاتَ
Artinya: Seperti diceritakan dari Muhammad bin Ibrahim, Usamah bin Zaid terbiasa puasa di bulan-bulan suci. Rasulullah SAW kemudian berkata, “Puasalah di Bulan Syawal.” Lalu dia melaksanakan puasa tersebut hingga akhir hayat. (HR Sunan Ibnu Majah).
4. Hadits Keempat
Berdasarkan buku Rumedia-The Tausiyah oleh David Alvitri, Salah satu hukum berpuasa Syawal adalah dilaksanakan mulai sejak tanggal dua Syawal. Hal ini seperti dalam hadits yang disebutkan oleh Abu Sa’id al-Khudri:
عن عمر بن الخطاب وأبي هريرة وأبي سعيد رضي الله عنهم أن رسول الله صلى الله عليه وسلم نهى عن صوم يوم الفطر ويوم الأضحى
Artinya: “Nabi Muhammad SAW melarang berpuasa pada dua hari raya yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. (Maksudnya tanggal satu Syawal dan sepuluh Dzulhijjah).” (HR Muslim).
Mengutip dari detikhikmah, sejarah Kupatan atau Lebaran Ketupat adalah hasil dari pemikiran para Walisongo dalam menyebarkan dakwah Islam melalui budaya. Umumnya, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Jawa yang selalu digelar setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri sebagai harapan agar dapat saling memaafkan.
Bagi sebagian orang Lebaran Ketupat dianggap sebagai hari raya untuk mereka yang menjalankan puasa di bulan Syawal. Perayaan itu dianggap sebagai bentuk apresiasi bagi umat Muslim yang telah menjalankan puasa Syawal setelah puasa Ramadhan.
Selain itu, tujuan dari Lebaran Ketupat bisa dimaknai sebagai simbol kebersamaan dan lambang kasih sayang. Sebagaimana dirangkum dari situs kebudayaan.kemendokbud.go.id, tradisi Lebaran Ketupat dilestarikan di beberapa daerah, salah satunya di Kampung Saren Jawa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem-Bali.
Pada perayaan Lebaran Ketupat ini warga Saren Jawa akan merayakannya dengan makan ketupat bersama yang diadakan di masjid atau musalah setempat dimana setiap satu keluarga membawa sendiri-sendiri kupat atau ketupat yang telah dilengkapi dengan lauk pauk yang beragam dari rumah kemudian diadakan acara selamatan atau bancakan di dalam masjid dan khusus di Saren Jawa, prosesi makan bersama akan dilaksanakan setelah shalat duhur berlangsung.
Adapun makna dari Lebaran Ketupat mengutip dari islami.co, arti kupat bisa dimaknai sebagai “laku papat” yang menjadi simbol dari empat segi dari ketupat. Laku papat adalah empat tindakan yang terdiri dari Lebaran, Luberan, Leburan, Laburan.
Berikut ini makna mendalam di balik hidangan ketupat yang disuguhkan saat Lebaran Ketupat.
1. Lebaran yaitu tindakan yang telah selesai, diambil dari kata lebar. Maknanya selesai dalam menjalani ibadah puasa.
2. Luberan atau meluber, yaitu menyimbulkan agar melakukan sedekah dengan ikhlas layaknya air yang berlimpah hingga meluber dari wadahnya. Maka, tradisi berbagi atau bersedekah di hari raya Idul Fitri menjadi kebiasaan umat Islam di Indonesia.
3. Leburan yakni memiliki makna lebur sebagaimana dalam bahasa Indonesia. Lebur saat Idul Fitri ditandai dengan meleburnya dosa dengan cara saling bermaaf-maafan atau bersilaturahmi.
4. Laburan berasal dari kata kabur yang artinya kapur putih. Maknanya yakni hati seseorang dapat kembali menjadi putih dan suci setelah melakukan ibadah selama bulan puasa Ramadhan.
Setelah melaksanakan perayaan Lebaran Ketupat yang ditandai dengan makan bersama-sama, warga masyarakat akan melakukan perjalanan wisata ke tempat-tempat wisata yang telah direncanakan oleh keluarga masing-masing.
Tradisi Lebaran Ketupat dan Maknanya Di Kampung Saren Jawa, Karangasem.
- Advertisement -