33.1 C
Jakarta

Transformasi Digital Pendidikan: 256 Guru Belajar Koding dan AI di UMS

Baca Juga:

SOLO, MENARA62.COM – Sebanyak 256 guru dari 92 sekolah jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK di wilayah Solo Raya mengikuti kegiatan Diklat Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan dan Pengabdian (LPD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta (FKIP UMS).

Diklat ini diikuti oleh peserta dari lima wilayah, yaitu Kabupaten Boyolali, Kota Surakarta, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, dan Kabupaten Sragen. Terdapat total tujuh kelas yang terbagi berdasarkan jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA/K. Setiap kelas difasilitasi oleh dua dosen pendamping yang merupakan bagian dari tim fasilitator LPD FKIP UMS.

Ketua LPD FKIP UMS, Dr. Agus Susilo, S.Pd., M.Pd., menyampaikan bahwa program ini merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan UMS dalam peningkatan mutu pendidikan di wilayah Solo Raya. “Ini bukan kegiatan sekali selesai, tetapi bagian dari peran UMS dalam mendampingi transformasi pendidikan di tingkat satuan pendidikan,” tegasnya.

Tim fasilitator kegiatan ini terdiri dari dosen-dosen berpengalaman, yaitu: Jan Wantoro, S.T., M.Eng., Ph.D, Arif Setiawan, S.Kom., M.Eng.; Irma Yuliana, M.M., M.Eng.; Ahmad Chamsudin, M.Eng.; Aditya Nur Cahyo, S.Kom., M.Eng.; Sukirman, S.T., M.T.; Supriyono, M.Pd.; Adi Nur Cahyo, M.Pd.; M. Waluyo, M.Pd.; Hardika Dwi Hermawan, S.Pd., M.Sc.; Dr. M. Lutfi, M.Pd.; Ryan Rizki Adhisa, S.Kom., M.Kom. dan Ayik Oktafia, S.Pd.; Widodo, S.Pd.

Acara ini sukses diselenggarakan dalam satu rangkaian (IN-ON-IN) yang diawali dengan IN-1 selama lima hari, mulai Senin hingga Jumat, 14–18 Juli 2025, bertempat di Kampus 1 FKIP UMS Gedung B dan C, serta di SMP Negeri 2 Klaten sebagai lokasi mitra.

Agus Susilo menyebut, tugas – tugas rutin mulai tergantikan oleh otomatisasi. AI menggantikan pekerjaan yang bersifat berulang (clerical), tetapi juga menciptakan profesi baru. Kebijakan Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) merupakan program prioritas Kemendikdasmen untuk menyiapkan generasi yang melek teknologi, melatih siswa berpikir kritis – kreatif melalui Computational Thinking dan mampu berkolaborasi sehingga adaptif terhadap masa depan.

Core Skills in 2025 menurut Future of Jobs report 2025 mencerminkan perubahan signifikan akibat pesatnya kemajuan teknologi, khususnya AI, serta pergeseran kebutuhan tenaga kerja global. Agus Susilo melihat negara-negara di dunia mulai memasukkan kecerdasan artifisial ke dalam sistem pendidikan nasional mereka. Termasuk Indonesia yang mulai diperkenalkan di fase C (Kelas 5 dan 6 SD), sebagai mapel pilihan sesuai kesiapan sekolah dan siswa secara bertahap.

Implementasi mapel KKA dilakukan secara bertahap dengan pendekatan yang disesuaikan. Diklat KKA untuk guru merupakan salah satu upaya menyiapkannya. Meskipun 4 elemennya beririsan dengan dengan mapel wajib informatika (Fase D dan E), KKA memberikan penekanan pada etika penggunaan dan kolaborasinya untuk menunjang produktivitas manusia.

Pada jenjang SD berfokus pada peningkatan literasi digital dan etika AI secara bertahap dan menyenangkan. Jenjang SMP mengeksplorasi penggunaan AI dalam kehidupan sehari – hari. Jenjang SMA/K, pemrograman dasar, etika penggunaan AI serta proyek aplikatif.

Respon peserta terhadap kegiatan ini sangat positif. Mereka mengapresiasi pendekatan praktis yang diterapkan serta suasana pembelajaran yang kolaboratif. Salah satu peserta, Muhammad Rizky Aminudin dari SMA Al Islam 1 Surakarta, mengungkapkan pengalamannya.

“Dengan mengikuti pelatihan Koding dan Kecerdasan Artificial yang diadakan oleh LPD UMS, saya tidak hanya memperoleh banyak pengalaman dan ilmu, tetapi juga bertemu teman-teman baru dan saling berbagi metode. Kami juga mendalami konsep dasar kecerdasan artificial serta ilmu pedagogi untuk menyampaikannya secara efektif kepada siswa,” ujarnya.

Salah satu fasilitator, Irma Yuliana menekankan pada dasarnya AI tidak menggantikan peran manusia, melainkan memperkaya dan memartabatkan kita dengan membuka peluang baru untuk belajar, bekerja dan berkarya lebih bijaksana. Teknologi ini memungkinkan manusia memfokuskan energi pada hal – hal yang lebih bermakna, menjadikan pendidikan dan pekerjaan lebih manusiawi, kreatif dan penuh empati.

Pemanfaatan AI yang bertanggungjawab merupakan puncak dari literasi AI yang menitikberatkan pemanfaatan AI yang beretika dan lebih bijaksana sehingga terhindar dari penyalahgunaan dan ketergantungan. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!