26.4 C
Jakarta

UAD dan SEAMEO RECFON Gelar Seminar Program Makan Siang di Sekolah

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berkolaborasi dengan The Southeast Asian Ministers of Education Organization – Regional Centre for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) menggelar seminar program makan siang di sekolah. Seminar yang dilaksanakan Kamis (26/9/2024) di Ruang Amphitarium Lantai 9 Kampus 4 UAD menghadirkan empat pembicara.

Keempat pembicara adalah Dr Huy Meng Hut dari Kementerian Kesehatan Kamboja; Dr Mary Chong dari National University of Singapura; Dr Dexter Galban dari Departemen Pendidikan Philipina; dan M Ridwan Ansari SGz, MGizi dari UAD. Seminar Internasional ini mengangkat tema Program Makan Siang di Sekolah di Asia Tenggara: Praktik Terbaik dan Pembelajaran.

Ketua Panitia Seminar Internasional UAD, Dr Dyah Suryani SSi, MKes yang juga Ketua Program Studi Gizi mengatakan seminar ini merupakan realisasi kerjasama antara SEAMEO RECFON dengan UAD. Tujuannya, untuk bertukar pengalaman terkait school lunch program di berbagai negara seperti Kamboja, Singapore, Philipine, dan Indonesia.

Ada 125 orang peserta yang merupakan tamu undangan dari Government Board Manajer (GBM), perwakilan dari universitas dengan program studi Gizi di Yogyakarta, Puskesmas, Dinas Kesehatan, serta mahasiswa. “Harapannya setelah kegiatan ini, kita dapat banyak belajar terkait program makan siang di sekolah. Potensi tantangan yang mungkin akan dihadapi, serta bagaimana menetapkan indikator keberhasilan program dan upaya monitoring evaluasi yang memadai,” kata Dyah Suryani.

Seminar dibuka Rekor UAD, Prof Dr Muchlas MT dan dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya seminar internasional bersama dengan SEAMEO RECFON. “Kami sangat berterima kasih atas kolaborasi ini, yang memberikan kita semua ruang untuk berbagi ide, pengalaman, dan wawasan. Bersama-sama, mari kita mendalami isu krusial tentang peningkatan status gizi anak dan remaja,” kata Muchlas.

Sedang Dr dr Herqutanto, MPH, MARS, Direktur SEAMEO RECFON mengatakan pihaknya sangat antusias dengan menyelenggarakan seminar The Southeast Asian Youth Forum on Food and Nutrition. Sebab seminar ini akan memberdayakan generasi muda untuk menjadi advokat bagi peningkatan gizi di komunitas mereka.

Herqutanto menambahkan Rapat Dewan Gubernur tahunan merupakan pertemuan yang strategis dan penting. Sebab rapat tersebut telah mengambil keputusan yang akan langsung mempengaruhi masa depan program pangan dan gizi di seluruh Asia Tenggara.

Dalam seminar ini, pembicara kunci dari kawasan tersebut memberikan wawasan tentang keberhasilan dan tantangan dari program makan siang di sekolah masing-masing. Program-program ini dianggap sebagai intervensi penting untuk mengatasi gizi buruk pada anak-anak, terutama di daerah yang kurang terlayani.

Huy Meng Hut, dari Kementerian Kesehatan Kamboja, berbagi tentang bagaimana Kamboja memanfaatkan kemitraan publik-swasta untuk memperluas jangkauan program makan siang sekolahnya. Dia mencatat ‘Kebijakan Nasional Kesehatan Sekolah di Kamboja’ mendorong kolaborasi dengan lembaga non pemerintah dan pemangku kepentingan sektor swasta melalui koordinasi dari Komite Antar-Kementerian Kesehatan Sekolah.

“Pendekatan ini sangat penting untuk memastikan keberlanjutan inisiatif program makan siang sekolah di Kamboja, terutama di daerah pedalaman di mana sumber daya terbatas,” kata Huy Meng Hut.

Selanjutnya, Mary Chong dari National University of Singapore menekankan penggunaan teknologi dalam manajemen program Makanan Sehat di Sekolah di Singapura. Program Makanan Sehat di Sekolah (HMSP) di Singapura dimulai pada tahun 2011 untuk meningkatkan kualitas makanan dan camilan yang diberikan kepada anak-anak sekolah dan terus berkembang selama bertahun-tahun.

“Kami menggunakan sistem pembayaran non-tunai untuk pembayaran makanan dan analisis data untuk memantau keberhasilan program serta meningkatkan efisiensi. Ini memastikan bahwa sumber daya kami diarahkan ke tempat yang paling dibutuhkan,” jelas Mary Chong.

Dexter Galban dari Kementerian Pendidikan, Philipina, membahas keberhasilan dalam penurunan anak kurang gizi. Departemen Pendidikan telah meningkatkan gizi anak-anak, dan bisa mencapai kemajuan signifikan dalam mengurangi angka sangat kurus di kalangan peserta didik, dari 29% menjadi 7%, dan kurus dari 68,81% menjadi 22%, melalui program pemberian makan berbasis sekolah.

“Dengan memperpanjang program ini menjadi 120 hari dan mengintegrasikan inisiatif seperti pemberian makan untuk anak TK secara universal, kebun sekolah, serta kemitraan dengan petani lokal, kami tidak hanya meningkatkan kesehatan dan energi peserta didik, tetapi juga membangun sistem pangan yang berkelanjutan untuk masa depan,” kata Dexter Galban.

Sementara perwakilan Indonesia, M Ridwan Ansari, dari Universitas Ahmad Dahlan, memfokuskan pada tantangan yang dihadapi pada pelaksanaan program makan siang sekolah di Yogyakarta. Dia menyampaikan pentingnya pengelolaan program nasional makan siang di Indonesia yang baik untuk memastikan distribusi yang tepat sasaran, penyediaan makanan yang seimbang, aman, dan mendukung kesejahteraan siswa.

“Pemangku kebijakan perlu memperhatikan penguatan pada rantai pasokan, termasuk infrastruktur dan peningkatan kapasitas bagi pengelola makanan di sekolah, serta pelatihan keamanan pangan untuk mendukung keberhasilan Program Nasional Makan Siang di Sekolah,” kata Ridwan Ansari. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!