WONOSARI, MENARA62.COM — Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Wonosobo menjadi sekolah laboratorium Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Ahad (26/3/2017), MIM Wonosobo yang berada di Dukuh Melikan, Desa Banjarejo, Kecamatan Tangjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diresmikan Rektor UAD, Dr Kasiyarno M.Hum.
Dijelaskan Kasiyarno, sekolah laboratorium ini sebelumnya merupakan yang mau roboh. Hanya memiliki dua ruang kelas yang bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Namun atas rekomendasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, UAD menyanggupi membangunkan gedung MIM Wonosobo dan dijadikan sebagai sekolah laboratorium UAD.
Lebih lanjut Kasiyarno mengungkapkan MIM Wonosobo menempati tanah seluas 944 meter persegi. Bangunan sekolah dua tingkat memiliki luas total 768 meter persegi. Ada 6 ruang kelas, satu ruang perpustakaan, usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang kepala sekolah, ruang guru, mushola kapasitas 40 orang dan tempat wudhu, delapan toilet, dua gudang, dapur, tangga, dan ada dua ruang kelas yang bisa digabung untuk dijadikan aula.
Selain itu, bangunan MIM Wonosobo juga dilengkapi dengan infrastruktur, sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar. Pembangunannya membutuhkan waktu kurang lebih lima bulan dengan biaya sebesar Rp 3,45 miliar.
UAD akan terus mendampingi guru dan kepala sekolah untuk mengelola sekolah agar diminati karena sebagai sekolah berkualitas dan maju. “Minat menyekolahkan tidak hanya dari orang-orang sekitar Dukuh Melikan, tetapi lebih luas lagi. Bahkan berasal dari wilayah se Gunungkidul,” kata Kasiyarno.
UAD, kata Kasiyarno, juga akan memberikan gaji kepada kepala sekolah dan guru di MIM Wonosobo. “Mulai bulan depan, gaji kepala sekolah dan guru akan naik berlipat dari gaji yang diterima saat ini. Semoga para guru bersemangat untuk mengembangkan sekolah yang berada di daerah terpencil,” katanya.
Sedang Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir mengungkapkan Muhammadiyah terus berupaya untuk meningkatkan kualitas sekolah-sekolah di daerah terpencil. Selama ini, pengembangan pendidikan yang dilakukan lebih banyak ditekankan pada perguruan tinggi.
Peresmian MIM Wonosobo, kata Haedar, menunjukkan Muhammadiyah tidak hanya memperhatikan pendikan pada perguruan tinggi. Tetapi juga memperhatikan pendidikan tingkat dasar. “Muhammadiyah memperhatikan pendidikan dasar. Semoga keberadaan MIM bisa membentengi generasi muda bangsa,” tandasnya.
Wakil Bupati Gunungkidul, Dr Immawan Wahyudi mengatakan berterima kasih kepada UAD yang telah membangunkan gedung MIM Wonosobo. Keberadaan MIM Wonosobo diharapkan bisa meningkatkan Indek Pendidikan di Gunungkidul. Beberapa tahun lalu, Gunungkidul telah memiliki Indek Pendidikan 7,4, namun adanya perubahan pengukuran membuat indek pendidikan di Gunungkidul mengalami penurunan menjadi 6,4.
Keberadaan MIM Wonosobo, lanjut Immawan, juga semakin mendekatkan warga terhadap sekolah dan lama siswa berada di sekolah semakin tinggi. Untuk meningkatkan kehadiran dan lama belajar siswa, sekolah menerapkan sistem jemput bola. Sekolah menyediakan mobil untuk antar jemput. “Walaupun mobilnya tua, tetapi yang penting siswa ada yang mendampingi saat pergi dan pulang sekolah. Orangtua juga menjadi tenang,” kata Immawan.
Sementara Heri Mustofa SPd, Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Wonosobo, mengatakan sekolahnya berdiri sejak tahun 1980-an. Sekolah yang berada di Dukuh Wonosobo ini selama 10 tahun terakhir, keadaannya tidak layak dijadikan tempat pembelajaran.
Tahun 2012, sempat ada renovasi dari donatur, tetapi hanya cukup untuk satu ruang saja. Padahal 80 persen gedung sekolah membahayakan jika digunakan untuk proses pembelajaran. Bahkan pada tahun 2014, ada empat ruang yang nyaris roboh.
Berbagai cara telah ditempuh Heri untuk mendapatkan donatur yang mau merenovasi sekolahnya. Namun berekali-kali tidak berehasil dan menemui jalan buntu. Baru pada 30 Agustus 2014, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bersedia untuk memberikan bantuan untuk renovasi gedung MIM Wonosobo.
“Awalnya memang akan membantu renovasi gedung, tetapi karena ada permasalahan dengan status tanagh, akhirnya UAD membangun gedung sekolah baru di tanah yang baru, serta mencukupi fasilitas sekolah. UAD mengalokasikan dana Rp 3,45 miliar untuk membantu sekolah ini,” kata Heri.
Saat ini, kata Heri, masih ada puluhan orangtua siswa yang berasal dari tiga pedukuhan dekat sekolah yang menggantungkan pendidikan anaknya pada MIM Wonosobo ini. Keseluruhan siswa ada 70 anak, tenaga pendidik berjumlah 10 orang dan satu orang penjaga sekolah.
“Kami memiliki obsesi agar madrasah ini unggul dalam bidang akademis maupun non akademis dan siswa memiliki moral yang baik. Kami juga berharap nanti ada satu atau dua guru lulusan UAD. Saya percaya lulusan UAD memiliki kompetensi yang bagus sebagai tenaga pendidik,” katanya.
Penulis : Heri Purwata