YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mendidik guru vokasi dapat memiliki kompetensi yang baik. Sehingga guru vokasi lulusan UAD bisa menyiapkan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bekerja sesuai bidang ilmunya.
Rektor UAD, Dr Muchlas MT mengemukakan hal tersebut saat membuka Kuliah Perdana Magister Pendidikan Guru Vokasi (MPGV) secara blanded dari Kampus Utama UAD Yogyakarta, Sabtu (19/3/2022). Kuliah perdana mengangkat tema ‘Kurikulum Merdeka di SMK : Implikasi untuk Guru dan Pembelajaran.’
Kuliah perdana ini menghadirkan pembicara Dr Wardani Sugiyanto MPd, Direktur Sekolah Menengah Kejuruan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbudristek). Kuliah diikuti 20 mahasiswa baru MPGV UAD, Kepala Sekolah SMK, dan guru-guru SMK.
Dijelaskan Muchlas, tahun 2035-2045, bakal mendapatkan bonus demografi yaitu struktur penduduk usia produktif lebih banyak dibanding usia non produktif. Generasi calon usia produktif harus dibekali dengan kompetensi tertentu sehingga mereka bisa mengisi sektor-sektor pekerjaan di dunia usaha dan industri.
“Ini menjadi tantangan dan tugas dari para penggerak pendidikan vokasi agar bisa melakukan revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan sebaik-baiknya. Fungsi perguruan tinggi adalah menyiapkan para guru SMK agar memiliki kompetensi yang baik. Sehingga guru bisa menyiapkan para lulusan SMK siap bekerja pada bidangnya,” kata Muchlas.
Dengan bekal pendidikan vokasi, mereka dapat mengisi sektor-sektor pekerjaan yang tersedia. Tidak sebaliknya. Kalau kita tidak menyiapkan usia produktif dengan sebaik-baiknya maka yang terjadi adalah bencana demografi.
“Bencana demografi itu usia produktif banyak menjadi penganggur. Itu sesuatu yang tidak kita harapkan. Kita harus bisa memberikan satu bekal kompetensi yang baik kepada adik-adik kita para pemuda yang akan mengisi struktur paling banyak dibandingkan dengan usia non produktif. Ini tanggung jawab perguruan tinggi untuk menyiapkan guru-guru vokasi,” tandas Muchlas.
Menurut Muchlas, para guru SMK tidak hanya memiliki kompentensi hardskill saja, tetapi mereka dituntut juga menguasai softskill dengan baik. Ini akan diacu oleh para siswa sekolah vokasi. Di era seperti ini, kompetensi softskill menjadi kompetensi utama.
“Di dunia industri, softskill justru bisa mengatasi hardskill. Di dalam softskill, orang bisa lebih luwes, dapat mempengaruhi orang lain dengan mudah, berkomunikasi lebih baik, memiliki motivasi tinggi, bisa bekerjasama dalam tim. Semua kompetensi itu diperlukan di era digital seperti ini,” katanya.
Sementara Wardani mengatakan kurikulum itu semua baik pada saatnya. Kemendikbudristek telah mengembangkan kurikulum 1984. Kemudian kurikulum disesuaikan dengan kondisi terkini waktu itu menjadi kurikulum berbasis kompetensi tahun 1994, Kurikulum ini dirancang kuat dan tajam.
Bahkan kurikulum tersebut berkembang sampai sertifikasi kompetensi dari tahun 1994-2005. Siswa SMK diajari sertifikasi kompetensi misalnya, di teknik mesin, ada kompetensi di bidang CNC, permesinan. Setelah lulus mereka bekerja di bidang yang sama.
Tetapi lulusan tahun 2010 hingga saat ini, mereka tidak bekerja di tempat yang sesuai dengan bidangnya. “Kita ajari karburasi, injeksi di motor diesel, sekarang motor bensin pun sudah ada injeksi,” kata Wardani.
Karena itu, Kemendikbudristek telah mengujicobakan kurikulum dengan paradigma baru. Prototipe kurikulum ini telah diujikan pada 900 SMK Unggulan, dan sekolah tersebut menyatakan kurikulum baru sangat cocok dengan lingkungan kondisi saat ini.
“Kurikulum itu telah disempurnakan dan dipertajam. Kemudian melalui Merdeka Belajar episode 15 sudah dilaunching oleh Mas Menteri. Selama dua hari sudah ada 20.000 yang membuka YouTube. Saya pengin umpan balik dari mahasiswa dan dosen yang kritis terhadap Kurikulum Merdeka terhadap implementasinya,” kata Wardani.