29.9 C
Jakarta

UIN Surakarta Launching PUKAD-AK, Kukuhkan Diri Sebagai Kampus Garda Terdepan Antikorupsi dan Demokrasi

Baca Juga:

SOLO, MENARA62.COM — Mengukuhkan diri sebagai kampus berintegritas, Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta melangkah maju dengan meluncurkan Pusat Kajian Demokrasi dan Anti-Korupsi (PUKAD-AK). Lembaga baru ini diharapkan menjadi motor penggerak riset, edukasi, dan advokasi dalam membangun ekosistem akademik yang bersih dan berkeadilan.

Peluncuran PUKAD-AK berlangsung di Aula SBSN Lantai 1, Senin (27/10), berbarengan dengan Seminar Nasional Mahasiswa bertajuk “Dari Kampus untuk Negeri: Peran Strategis Mahasiswa dalam Membangun Ekosistem Anti-Korupsi.” Kegiatan ini menghadirkan lebih dari 340 peserta dari kalangan akademisi, mahasiswa, hingga tokoh masyarakat, serta menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia melalui Direktorat Pembinaan Peran Serta Masyarakat.
Langkah ini menjadi tonggak penting bagi UIN Surakarta dalam memperkuat peran kampus Islam sebagai garda moral dan intelektual bangsa dalam upaya pemberantasan korupsi dan pemantapan nilai-nilai demokrasi di Indonesia.

Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Prof. Dr. Toto Suharto, S.Ag., M.Ag., menegaskan bahwa kehadiran PUKAD-AK merupakan bentuk nyata dari komitmen moral dan spiritual kampus Islam dalam melahirkan generasi yang bersih, jujur, dan berintegritas.
“Korupsi bukan sekadar pelanggaran hukum, tetapi bentuk pengkhianatan terhadap amanah dan nilai kemanusiaan. Karena itu, perang melawan korupsi harus dimulai dari literasi dan kesadaran moral di lingkungan pendidikan,” ungkap Rektor di hadapan ratusan peserta.
Beliau menambahkan, kampus Islam harus menjadi ruang steril dari perilaku curang dan manipulatif, baik dalam aspek akademik maupun tata kelola kelembagaan.

“Melalui PUKAD-AK, UIN Surakarta ingin menjadi pelopor gerakan akademik antikorupsi yang menanamkan nilai amanah, kejujuran, dan keadilan sebagai dasar pendidikan tinggi Islam,” tambahnya.

Sebagai narasumber utama, Dion Hardika Sumarto, S.Hum., S.H., M.H., Analis Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Madya KPK RI, menyampaikan bahwa pendidikan memiliki peran vital dalam membentuk budaya integritas nasional.
“Pemberantasan korupsi tidak bisa hanya mengandalkan penegakan hukum. Ia harus dimulai dari revolusi mental yang ditanamkan sejak bangku kuliah. Kampus harus menjadi rumah integritas, dan mahasiswa adalah moral guardian bangsa,” tegasnya.

Dion juga memberikan apresiasi terhadap langkah UIN Surakarta yang berani mengambil peran strategis dengan membentuk pusat kajian khusus antikorupsi dan menggandeng langsung KPK RI.
“Ini bukan sekadar program, tapi gerakan intelektual yang memiliki potensi besar melahirkan budaya baru dalam dunia pendidikan,” ujarnya.

Salah satu sorotan utama acara adalah penetapan Ahmad Muhammad Mustain Nasoha, M.H., M.A., atau Gus Mustain, sebagai Ketua PUKAD-AK UIN Surakarta. Dikenal sebagai dosen muda yang cemerlang dan visioner, Gus Mustain menegaskan bahwa lembaga ini dirancang untuk menjadi pusat sintesis antara ilmu, moral, dan kebijakan publik.
“PUKAD-AK hadir sebagai academic and policy advocacy center yang berfokus pada penguatan tata kelola pemerintahan yang transparent, accountable, and just (transparan, akuntabel, dan berkeadilan),” jelasnya.

Ia menekankan bahwa demokrasi dan pemberantasan korupsi tidak boleh hanya menjadi wacana politik, melainkan agenda moral, hukum, dan spiritual bangsa.
“Prinsip amanah, kejujuran, dan keadilan adalah fondasi clean government dan pilar negara hukum (rechtsstaat) sebagaimana ditegaskan dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (3),” terangnya.

Melalui pendekatan kolaboratif lintas fakultas, disiplin, dan lembaga, Gus Mustain berkomitmen menjadikan PUKAD-AK ruang aktualisasi nilai-nilai integritas di dunia akademik.
“Integritas bukan sekadar konsep, tapi gaya hidup. Ia harus menjadi living values dalam budaya kampus dan masyarakat,” tandasnya.

Sebagai pembina, Prof. Dr. Muhammad Latif Fauzi, S.H., M.S.I., M.A., Ph.D., menegaskan bahwa PUKAD-AK harus menjadi mesin intelektual kampus, bukan hanya wadah kegiatan seremonial.
“PUKAD-AK harus menjadi center of knowledge production, melahirkan penelitian, riset kebijakan, dan kajian strategis yang berdampak langsung bagi publik,” ungkapnya.

Ia juga menekankan pentingnya internalisasi nilai-nilai antikorupsi dan demokrasi ke dalam kurikulum, riset, dan kegiatan kemahasiswaan, agar menjadi DNA akademik UIN RMS Surakarta.

Dekan Fakultas Syariah, Prof. Dr. Muh. Nashirudin, S.Ag., M.Ag., turut memberikan apresiasi tinggi.
“Peluncuran PUKAD-AK adalah langkah monumental bagi Fakultas Syariah. Kami ingin mahasiswa tidak hanya memahami hukum secara tekstual, tetapi menjiwainya secara moral dan spiritual. Di sinilah letak keunggulan kampus Islam — ada ilmu, ada moral, ada ruh,” tutur Dekan.

Prosesi launching PUKAD-AK berlangsung khidmat dengan penandatanganan prasasti oleh Rektor UIN RMS Surakarta, disaksikan para pimpinan universitas dan perwakilan KPK. Tepuk tangan panjang dari peserta mengiringi momen bersejarah itu, menandai lahirnya pusat kajian yang akan menjadi poros integritas dan demokrasi kampus.

Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi interaktif yang dipandu oleh Ahmad Dzaky Mubarok, CPS, alumni Program SINTESIS KPK 2025. Ia menegaskan bahwa gerakan antikorupsi harus dimulai dari diri sendiri.
“Jangan menunggu perubahan besar. Mulailah dari hal kecil: tidak mencontek, menghargai waktu, dan menjalankan amanah dengan benar. Itulah jihad integritas sejati,” ujarnya.

Acara kemudian ditutup dengan doa bersama dan pembacaan sholawat integritas, menandai kesungguhan sivitas akademika UIN Surakarta dalam menghidupkan semangat perubahan.
Peluncuran PUKAD-AK bukan hanya penambahan lembaga, tetapi lahirnya gerakan moral dan intelektual baru di dunia kampus Islam.

Momentum ini menegaskan komitmen UIN Raden Mas Said Surakarta untuk terus menjadi pusat pembentukan karakter, etika, dan integritas bangsa.
Dengan berdirinya PUKAD-AK, UIN RMS Surakarta menegaskan diri sebagai Kampus Garda Terdepan dalam Pemberantasan Korupsi dan Penegakan Demokrasi — kampus yang tak hanya melahirkan intelektual, tetapi juga penjaga nurani bangsa.
“Ilmu tanpa integritas adalah bencana peradaban. Karena itu, iman, ilmu, dan kejujuran harus menjadi satu tarikan napas dalam dunia akademik,” tutup Gus Mustain di akhir sesi, disambut tepuk tangan panjang seluruh hadirin. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!