SOLO, MENARA62.COM – Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kota Surakarta menggelar Uji Publik Calon Walikota dan Wakil Walikota Surakarta Periode 2025-2030 yang digelar di Auditorium Mohammad Djazman, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Senin (14/10/2024).
Pada uji publik tersebut Guru Besar UMS turut menjadi panelis bagi calon walikota dan wakil walikota mengetahui pandangan mereka atas isu tertentu. Rektor UMS Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si., menanyakan mengenai pendidikan inklusi, Guru Besar Ilmu Hukum Prof. Dr. Aidul Fitriciada Azhari, M.Hum., menanyakan mengenai demokrasi hukum, dan Prof. Dr. M. Farid Wajdi, S.E, M.M., menanyakan dari sisi ekonomi. Di samping itu, hadir panelis di bidang budaya yaitu Kiai Kusen/Cepu, Ph.D.
Pada sesi pertama dengan Pasangan Calon Nomor Urut 1 Teguh Prakosa – Bambang Gage menyampaikan orasi mengenai visi misinya. Berbicara mengenai pendidikan, Calon Walikota Solo itu menyampaikan bahwa di setiap sudut kota Surakarta pasti ada sekolah terutama sekolah Muhammadiyah.
“Kita tahu bahwa pendidikan merupakan kunci masa depan Kota Surakarta yang lebih baik. Kota Surakarta dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan yang cukup maju,” ungkap Teguh Prakosa.
Dia melanjutkan, mengatakan bagaimana setiap warga Surakarta bisa mendapatkan akses pendidikan yang layak.
Rektor UMS yang pada kesempatan tersebut menjadi panelis selanjutnya menyampaikan bahwa pendidikan yang inklusi adalah sistem pendidikan yang memberikan kesempatan yang sama baik bagi yang berkebutuhan khusus maupun yang normal.
Tetapi, dia melanjutkan, kita tidak bisa secara tiba – tiba berbicara mengenai inklusi karena ada sebab-sebab lainnya. Ketika berbicara inklusi, orang yang tidak normal namun masuk ke kelas yang normal ini harus menjadi satu pemahaman yang sama.
Dia bercerita atas kasus tertentu ketika ada anak berkebutuhan khusus sekolah di Solo, anaknya dipisahkan dari orang normal dan orang tua mereka mengatakan tidak puas karena perkembangan anak menjadi kurang dalam berinteraksi karena hanya berinteraksi dengan sesama yang berkebutuhan khusus. Tetapi di luar negeri, yang berkebutuhan khusus itu sekolah bersama dengan tidak berkebutuhan khusus.
“Saya rasa ke depan Solo itu harus dibangun sebagai kota yang aman dan inklusi itu seperti itu (red: sekolah luar negeri),” ungkap Sofyan Anif.
Sofyan Anif merumuskan pertanyaan bagaimana strategi perkembangan sekolah inklusi di Solo dalam rangka mewadahi anak-anak yang berkebutuhan khusus.
Calon Walikota Solo kemudian memaparkan bagaimana pelayanan yang didesain untuk sistem pendidikan yang inklusi. Calon Wakil Walikota juga menambahkan gagasannya mengenai sistem pendidikan yang inklusi.
Sekolah inklusi itu memang memberikan motivasi khusus buat anak-anak berkebutuhan khusus. Dari pengalamannya menyekolahkan anaknya di sebuah sekolah yang inklusi, Bambang Gage menerangkan bagaimana sekolah tersebut dapat menjadi sekolah yang inklusi dengan menghadirkan pendamping. Sehingga di sekolah tidak hanya guru tetapi juga pendamping.
“Ini juga menjadi sebuah lapangan pekerjaan baru untuk para pendamping karena memang tidak bisa di dalam satu kelas itu tanpa guru pendamping. Memang harus ada guru pendamping selain guru utama di kelas,” tutur Bambang Gage.
Sehingga ini menjadi memperluas kesempatan bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) untuk mendapatkan lapangan pekerjaan.
Kemudian Rektor UMS menyarankan agar nantinya pemerintah kota bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi khususnya FKIP, karena saat ini belum ada prodi yang khusus prodi sekolah inklusi. Sehingga nanti ketika bekerja sama, FKIP dapat merancang kurikulum dengan memasukkan pendidikan inklusi seperti yang dilakukan sekolah-sekolah di luar negeri.
Pada Sesi 2 akan digelar pada malam hari, yang dilanjutkan uji publik untuk Pasangan Calon Nomor Urut 2 Respati Ardi – Astrid Widayani. (*)