YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Forum Penguatan Hak Penyandang Disabilitas (CIQAL, MPM PP Muhammadiyah, ILAI) melakukan uji coba penggunaan “Buku Panduan Pembelajaran Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana bagi Penyandang Disabilitas di Sekolah.” Pelatihan pengurangan risiko bencana bagi penyandang disabilitas di sekolah dan risiko bencana kebakaran dilaksanakan di SMPLB YPLB Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (7/10/2017).
Pelatihan ini dipandu Arni Surwanti, Ahmad Ma’ruf dan Winarta. Kegiatan ini diikuti 75 personil terdiri atas kepala sekolah, pengurus yayasan sekolah, guru dan murid di sekolah luar biasa dan sekolah inklusi. Mereka menyambut dengan baik rencana pemberlakukan pembelajaran pengurangan risiko bencana bagi penyandang disabilitas di sekolah.
Dijelaskan Dr. Arni Surwanti, tujuan kegiatan ini pertama, untuk mendiskusikan muatan buku panduan dan metode pembelajaran yang digunakan untuk pendidikan pengurangan risiko bencana bagi penyandang disabilitas di sekolah. Kedua, ujicobakan draft “Buku Panduan Pembelajaran Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana Bagi Penyandang Disabilitas di Sekolah”. Ketiga, mendapatkan masukan untuk penyempurnaan draft “Buku Panduan Pembelajaran Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana Bagi Penyandang Disabilitas di Sekolah” serta metode pembelajaran pada sekolah Sekolah Luar Biasa (SLB) dan sekolah inklusi.
Kegiatan ini sangat penting dilakukan mengingat latar belakang kondisi penyandang disabilitas pada ssat terjadi bencana. Selama dekade terakhir, di Indonesia telah terjadi peningkatan bencana besar. Bencana-bencana besar tersebut antara lain bencana geologi, bencana perubahan iklim.
Indonesia juga berpotensi bencana geologi, karena Indonesia berada pada ring of fire yang rawan terjadi gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung merapi, tanah longsor. Bencana perubahan iklim rawan terjadi kekeringan, kemarau basah, angina puting beliung. Bencana-bencana ini bisa karena lingkungan, bisa juga karena buatan manusia. Dampak bencana tentunya memberikan pengaruh pada penduduk setempat.
Dampak Bencana secara individual sangat tergantung pada berbagai faktor seperti kemiskinan, status sosial, lokasi geografis, akses ke mitigasi dan bantuan sumber daya.
Penyandang disabilitas yang jumlahnya diperkirakan sekitar 15 persen dari jumlah penduduk menghadapi risiko yang lebih tinggi ketika terjadi bencana. Data yang tersedia menunjukkan bahwa tingkat kematian penduduk disabilitas adalah dua sampai empat kali lebih tinggi dari populasi non-disabilitas dalam banyak situasi bencana (United Nations Department Of Economic And Social Affairs, 2014).
Penyandang disabilitas merupakan kelompok masyarakat yang sering terabaikan ketika terjadi bencana. Karena itu perlu adanya upaya untuk membantu mengurangi risiko bencana dan membangun masyarakat dan komunitas tangguh, dalam menghadapi bencana secara inklusi. Salah satu upaya mitigasi yang diperlukan adalah memberikan pendidikan kebencanaan.
Pendidikan kebencanaan ini akan efektif apabila dilakukan melalui sekolah. Pada saat ini pendidikan kebencanaan yang inklusif dan terstruktur di sekolah umum dan sekolah khusus belum dilaksanakan. Karena itu pada program ini berupaya mengadvokasi adanya kebijakan menteri untuk dapat memastikan pemberian pendidikan kebencanaan yang inklusif sebagai kegiatan ekstrakuler pada sekolah umum dan sekolah luar biasa di Indonesia.