MEDAN, MENARA62.COM – Bertepatan dengan momentum Hari Sumpah Pemuda Ke-93, Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara (Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemedikbudristek)) mempersembahkan dua penghargaan prestisius dari Museum Rekor Indonesia (MURI).
Penghargaan pertama diperoleh pada saat pelaksanaan giat Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif Merdeka yang diikuti secara daring oleh 5.000 pelajar setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang tersebar di 18 wilayah cabang Dinas Pendidikan pada 33 kota/kabupaten di Provinsi Sumatera Utara (Sumut), dan yang kedua diperoleh lewat rekor peserta UKBI terbanyak yang menggunakan busana adat terbanyak pula.
Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz, bertekad untuk menyelenggarakan UKBI Adaptif ini secara lebih masif dari yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Sebagai alat uji, kata Aminudin, UKBI Adaptif dapat mengukur kemahiran berbahasa dari tingkat terendah sampai dengan tingkat tertinggi.
“Mengapa ini saya perlu sampaikan kepada jajaran PAUD dan Dikdasmen karena memang ada target yang dikatakan Mendikbudristek bahwa UKBI harus secara masif digunakan sebagai salah satu alat uji,” tuturnya melaui keterangan tertulis, Ahad (31/10/2021).
Ketika ditemui dalam acara pemberian Rekor MURI tersebut, Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatra Utara, Maryanto, menyampaikan bahwa Penghargaan MURI yang diperoleh menjadi bukti konkret pentingnya kehadiran Balai Bahasa Provinsi Sumut. Sebagai UPT Badan Bahasa Kemendikbudristek, Balai Bahasa terus-menerus bergerak bersama dengan pihak pemerintah daerah Provinsi Sumut guna mengusung program besar Kemendikbudristek untuk memajukan bahasa dan sastra di wilayah kerja.
“Momentum tanggal 28 Oktober adalah bukti empiris kebahasaan betapa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dimaksud masih terus memerlukan perjuangan semangat kepemudaan kita semua. UKBI Rekor MURI bolehlah dikatakan sebagai salah satu pemantik semangat juang bagi kita,” pungkasnya.
Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi, dalam sambutan yang disampaikan secara luring di rumah dinasnya, Kamis, (28/10), mengatakan bahwa peringatan Hari Sumpah Pemuda sangat berarti, terutama dengan adanya momentum pelaksanaan UKBI Adaptif Merdeka yang dilaksanakan oleh pelajar. “Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan sikap positif dalam berbahasa dengan menunjukkan khazanah kebinekaan Indonesia,” ujarnya.
Edy mengatakan, miniatur kebinekaan Indonesia ada di wilayah Sumut. Melalui kegiatan ini, bahasa Indonesia dibuktikan tetap tangguh dan tumbuh mengingkat kebinekaan itu. Demikian tujuan kegiatan gerak serentak giat UKBI itu, selain untuk menyiapkan proposal kembalinya Kongres Bahasa Indonesia (KBI) di Sumatra Utara pada tahun 2023 sebagaimana KBI (yang pertama setelah NKRI lahir) di Medan pada tahun 1954.
“Terima kasih kepada semua pihak, terutama Balai Bahasa dan Dinas Pendidikan Provinsi Sumut. Saya berharap kegiatan semacam ini dapat sering dilakukan. Semoga pandemi berakhir sehingga kita bisa melakukan kegiatan yang menampilkan kekayaan budaya Indonesia,” ujar Gubernur Edy setelah menerima dua plakat Rekor MURI yang diserahkan secara langsung oleh Senior Manager MURI, Yusuf Ngadri.
Instrumen UKBI berisi tiga hal kompetensi: pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pengetahuan strategi berbahasa Indonesia—antara lain untuk mencari, mengolah, dan menyajikan informasi (ilmu) pengetahuan sesuai dengan konteks situasi dan budaya—merupakan persoalan kebahasaan yang diujikan dalam UKBI. Instrumen ini pun mengujikan keterampilan berbahasa Indonesia secara lisan dan tulis. Keterampilan berbahasa Indonesia lisan diujikan melalui butir-butir soal mendengarkan pada Seksi I dan keterampilan tulisnya melalui butir-butir soal membaca pada Seksi III.
Sementara itu, Seksi II (Merespons Kaidah) lebih menekankan soal-soal pengembangan sikap positif—setia, bangga, dan tanggung jawab—terhadap kaidah penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Hasil UKBI secara keseluruhan menggambarkan peta kompetensi peserta uji dengan pemeringkatan kemahiran berbahasa Indonesia sebagai berikut. Peringkat I (Istimewa) dengan skor 725—800; II (Sangat Unggul) dengan skor 641—724; III (Unggul) dengan skor 578—640; IV (Madya) dengan skor 482—577; V (Semenjana) dengan skor 405—481; VI (Marginal) dengan skor 326—404; VII (Terbatas) dengan skor 251—325. Peringkat dan predikat kemahiran itu menunjukkan peserta uji sebagai sumber daya yang potensial untuk menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis, dalam keperluan komunikasi pada ranah sintas, sosial, dan keprofesian, serta akademik. Kendala komunikasi berbahasa pada setiap ranah itu akan mudah teratasi dengan kemahiran yang makin meningkat.
Penggunaan UKBI di masyarakat telah diatur di dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar Kemahiran Berbahasa Indonesia. Dalam peraturan tersebut, Badan Badan Bahasa diberi tugas untuk menyusun soal, mengembangkan soal, dan memberikan layanan UKBI yang dapat dilakukan melalui ujian berbasis kertas, ujian berbasis jaringan komputer, atau ujian berbasis jaringan internet
Maryanto menambahkan bahwa tujuan utama kegiatan pemecahan rekor tersebut ialah untuk meningkatkan sikap positif, bangga di kalangan generasi muda terhadap penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Selain itu, kegiatan itu juga untuk menunjukan beragamnya kebinekaan bangsa yang terungkap dalam busana daerah khususnya di Sumut. “Dipilihnya peringatan Sumpah Pemuda lantaran pada saat itu bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan tercantum di dalam teks Sumpah Pemuda,” ungkap Maryanto sambil menegaskan bahwa Sanusi Pane merupakan tokoh pergerakan yang memberikan persetujuan/pengakuan pertama atas ide pelahiran bahasa Indonesia dalam perumusan teks Sumpah tersebut pada tanggal 2 Mei 1926.
Ide bahasa persatuan itu terus diusung oleh Sanusi Pane melalui gerakan sukma keindahan kata dalam jagat kesusastraan Indonesia. Sanusi Pane adalah sastrawan kondang dari angkatan Pujangga Baru. Gagasan lembaga kebahasaan “Institut Bahasa Indonesia” juga dilahirkan pada tahun 1938 oleh Sanusi Pane, yang memberikan inspirasi pentingnya lembaga kebahasaan yang ada sekarang. Luar biasa sumbangan bagi bangsa dalam menggerakkan bahasa persatuan Indonesia sehingga Sanusi Pane pun telah diusulkan untuk memperoleh gelar Pahlawan Nasional melalui surat Gubernur Sumatera Utara Nomor 464/3267/2021 tertanggal 31 Maret 2021 kepada Menteri Sosial Republik Indonesia.
Bahasa Indonesia—dalam 93 tahun sejak lahir dari gagasan para pemuda Indonesia—telah maju berkembang dan—bahkan—memiliki perangkat tes UKBI seperti halnya bahasa Inggris dengan adanya TOEFL. Sebagai tes standar, UKBI Adaptif Merdeka telah secara resmi diluncurkan pada awal tahun 2021 agar berfungsi tidak hanya untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan atau kemahiran berbahasa Indonesia, tetapi juga untuk menumbuhkan sikap positif dan rasa bangga masyarakat Indonesia terhadap bahasanya. Sebagaimana diketahui, setelah resmi diluncurkan pada awal tahun 2021 oleh Badan Bahasa (Kemendikbudristek), UKBI disepakati penggunaanya secara masif pada satuan pendidikan semenjak bulan September 2021.