26.5 C
Jakarta

Ulama Perempuan ‘Aisyiyah Gelar Seminar Nasional

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM – Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah menggelar Seminar dan Workshop Pra-Silaturahmi Nasional (Silatnas) I Ulama ‘Aisyiyah bertajuk “Konstruksi Pemikiran Ulama ‘Aisyiyah: Respons terhadap Isu Keumatan dan Kebangsaan”, Sabtu (13/12/2025). Kegiatan yang berlangsung di Aula Kantor PP ‘Aisyiyah ini diikuti oleh lebih dari 70 ulama ‘Aisyiyah dari berbagai daerah.

 

Ketua Pelaksana kegiatan, Siti Aisyah, yang juga Ketua PP ‘Aisyiyah Bidang Majelis Tabligh dan Ketarjihan, menyampaikan bahwa seminar dan workshop ini merupakan bagian dari persiapan menuju Silaturahmi Nasional I Ulama ‘Aisyiyah. Agenda tersebut direncanakan akan digelar bertepatan dengan Milad ‘Aisyiyah ke-109 pada tahun 2026.

 

Menurut Siti Aisyah, Silatnas Ulama ‘Aisyiyah bertujuan untuk mengonsolidasikan kekuatan ulama perempuan yang dimiliki ‘Aisyiyah dan tersebar di berbagai wilayah. Peran ulama, kata dia, memiliki landasan yang sangat kuat dalam Al-Qur’an sebagai pembimbing umat dan menjawab persoalan keumatan.

 

“Landasannya adalah QS. Fathir ayat 27–29, sebuah pijakan yang sangat kuat bahwa ulama adalah mereka yang memiliki khasyah—rasa takut dan khawatir kepada Allah—serta membawa pesan rahmatan lil ‘alamin,” ujar Siti Aisyah.

 

Ia menegaskan bahwa makna ulama tidak terbatas pada mereka yang mendalami ilmu keagamaan semata. Ayat tersebut, menurutnya, juga mengisyaratkan adanya ulama yang mendalami ayat-ayat kauniyah atau berbagai disiplin ilmu. “Semua yang mendalami ilmu secara mendalam adalah ulama. Namun, untuk saat ini ‘Aisyiyah memang memfokuskan pada ulama di bidang agama,” jelasnya.

 

Siti Aisyah juga menekankan bahwa kehadiran ulama perempuan merupakan sebuah keniscayaan, baik pada masa Rasulullah maupun di masa kini. “Secara historis, kepemimpinan ‘Aisyiyah selalu diisi oleh perempuan-perempuan yang merupakan ulama di bidangnya masing-masing,” ungkapnya.

 

Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa perhatian Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah terhadap kaderisasi ulama telah dimulai sejak awal berdirinya organisasi. Pada tahun 1918, Muhammadiyah mendirikan Qismul Arqa sebagai lembaga pendidikan calon ulama laki-laki dan perempuan, yang kemudian berkembang menjadi Madrasah Mu’allimin dan Mu’allimaat dengan visi menyiapkan zu’ama atau pemimpin umat, menyiapkan pemimpin, dan menyiapkan pendidik.Karena menurutnya, ulama bukan hanya menebar wacana tapi juga menggerakkan umat untuk menebarkan kebaikan

 

Sementara itu, Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kehadiran Islam bertujuan memerdekakan manusia dari berbagai bentuk kegelapan menuju cahaya. “Misi Islam dan para nabi adalah membebaskan manusia dari ketidakadilan dan diskriminasi. Karena itu, seluruh pemahaman dan perjuangan agama harus mengarah pada penegakan keadilan,” tegasnya.

 

Salmah menyoroti masih adanya praktik pemahaman keagamaan yang merugikan perempuan. Ia menilai dominasi ulama laki-laki turut memengaruhi lahirnya tafsir dan keputusan keagamaan yang belum sepenuhnya adil gender. “Keberpihakan terhadap perempuan masih kurang. Oleh karena itu, ‘Aisyiyah ingin mengonsolidasikan ulama perempuan yang memiliki perspektif pembelaan terhadap hak-hak perempuan agar pemahaman terhadap ayat Al-Qur’an dan hadis tidak diskriminatif,” ujarnya.

 

Salmah berharap ulama perempuan memiliki keunggulan tersendiri, khususnya dalam merespons isu-isu yang berkaitan dengan perempuan. Ia juga mengingatkan bahwa pada masa Rasulullah terdapat banyak ulama perempuan seperti Aisyah, Asma, Ummu Salamah, dan Hafsah. Bahkan, Aisyah binti Abu Bakar menjadi rujukan utama bagi para ulama laki-laki karena kecerdasannya.

 

“Peran ulama perempuan harus semakin signifikan di ruang publik, setara dengan ulama laki-laki,” pungkas Salmah. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!