Bijak bermedia sosial sudah menjadi mutlak karena bila tidak bijak, umat gampang diadu domba. “Bayangkan, pernyataan pimpinan ormas Islam, ulama yang didapat langsung saja di-share lewat medsos padahal isinya ada yang dipelintir, tentu saja hal ini bisa membuat resah karena ada ujaran kebencian, adu domba,” ucap Dr Usman Yatim MPd MSc, Sekretaris Komisi Informasi dan Komunikasi (Infokom) Majelis Ulama Indonesia (MUI) saat memandu acara Forum Dialog Literasi Media “Bijak Bermedia Sosial” di Semarang, Kamis (2/11/2017).
Menurut Usman Yatim, bijak bermedia maksudnya jangan langsung percaya terhadap suatu informasi yang beredar, meski itu datang dari teman dekat, termasuk tokoh publik. “Klarifikasi patut dilakukan, kita perlu cek dan ricek, apalagi bila isinya sesuatu yang membuat kita emosi,” ujar Usman.
Forum dialog ini menampilkan pembicara KH Dr Ahmad Darodji, (Ketua Umum MUI Jawa Tengah),
Dr H Nurul Irfan MAg (Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat) dan Donny Budi Utoyo (Tenaga Ahli Menteri Kominfo RI).
Ketua MUI Jateng Ahmad Darodji mengatakan, MUI punya tugas membantu umat dalam menghadapi berbagai dampak negatif penyebarluasan informasi yang merusak, terutama lewat media sosial. “Tugas MUI adalah mengajak umat agar punya daya tangkal kuat menghadapi berita hoax, ujaran kebencian yang tersebar lewat media sosial,” ucapnya.
Menurut Ahmad Darodji, pemerintah sudah serius memerangi konten negatif, hoax di media sosial, antara lain dengan memblokir 6 ribu situs berkonten negatif dalam 6 bulan terakhir. “Namun, blokir saja tidak cukup. Ibaratnya, dalam Islam, pencuri dipotong tangannya itu ok saja tapi bukan itu tujuannya. Melainkan, bagaimana kita tidak menyimpang dalam menggunakan medsos,” ujar pensiunan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang ini. “Kita berharap, jangan sampai umat mudah jadi penyebar informasi yang menyesatkan,” lanjutnya.
Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat Dr H Nurul Irfan MAg menyatakan pula, umat patut menggunakan fatwa MUI tentang bermedsos sebagai panduan, pedoman dalam bermedsos. “Fatwa MUI tentang bermedsos sudah sangat jelas, mudah dipahami. Jadikan fatwa MUI itu sebagai pedoman bagi umat,” ucap dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Donny Budi Utoyo, Tenaga Ahli Menteri Kominfo yang menyajikan materi “Literasi Media di Era Digital” banyak mengungkap data dan fakta seputar medsos. Diingatkannya, dari 262 juta penduduk Indonesia sebanyak 132,7 juta adalah pengguna internet dan 106 juta aktif bermedsos ria. “Nah, banyak pengguna medsos yang sadar atau tidak ikut menjadi penyebar hoax karena ketidakpahaman, menyamakan penggunaan bahasa lisan, tulisan, audio visual, bahkan bahasa tubuh yang multi tafsir. Di sinilah kita perlu, bijak bermedia,” ujar Donny.
Forum Dialog Literasi Media ini digelar kerjasama Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) dengan Komisi Infokom MUI. Menurut Kepala Subdit Direktorat Media Online Kemkominfo Dra Nurlaili MSi, acara ini juga digelar di sejumlah kota lainnya di Indonesia. Acara ini sangat penting dalam upaya membangun karakter bangsa, terutama terhadap generasi muda. “Banyak pengguna medsos tapi banyak yang belum bertanggungjawab sehingga perlu ada literasi media,” ujarnya.
Kepala Dinas Kominfo Pemprov Jateng Dadang Sumantri ATD MT yang membuka acara mengatakan, kita harus dapat membentengi diri dari segala konten negatif media sosial. “Harus diakui, kita sebetulnya sering belum siap menggunakan perangkat teknologi informasi, termasuk dalam bermedsos,” ujarnya. (ist)