SUKOHARJO,MENARA62.COM-Memperingati HUT ke-75 Kemerdekaan Indonesia, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tetap menggelar upacara pengibaran bendera di tengah situasi dan kondisi pandemi Covid-19. Upacara pengibaran bendera kali ini dilakukan dengan standar protokol kesehatan pencegahan corona secara ketat.
Upacara yang dihadiri oleh pimpinan universitas, pegawai universitas, dan perwakilan ortom Muhammadiyah ini bertempat di halaman Gedung Induk Siti Walidah UMS, Kamis (17/8/2020). Peserta yang hadir hanya perwakilan dari masing-masing unit mengingat pertimbangan protokol pencegahan covid-19.
Semua peserta diharuskan memakai masker, menjaga jarak minimal 1,5 meter antar peserta lainnya. Kemudian tidak ada salaman dan menghindari kerumunan.
Dalam pidato kebangsaannya, Rektor UMS Prof. Dr Sofyan Anif menyampaikan bahwa pandemi covid-19 belum jelas kapan berakhir. Sementara kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam mematuhi arahan pemerintah guna menekan penyebaran Covid 19 di Indonesia, juga menjadi problem tersendiri.
“Di tengah perjuangan keras oleh para pimpinan negara atau pimpinan daerah tampaknya sudah kehabisan amunisi, kehabisan berbagai cara atau strategi bahkan hingga timbul rasa bosan, karena dengan berbagai cara yang dilakukan ternyata masyarakat luas belum sepenuhnya memiliki kesadaran yang kuat untuk mematuhi protokol kesehatan. Tapi hal itu tidak bisa sepenuhnya disalahkan kepada masyarakat. Mungkin perlu dicari model strategi yang lain,” ungkapnya.
Prof Anif juga menambahkan Indonesia ini berbeda dengan negara lain. “Mungkin kalau dari logika, dalam hitungan matematik barang kali kita akan lumpuh, pertumbuhan ekonomi menjadi minus. Tapi di sisi lain banyak kita temui sektor-sektor informal UMKM tetap tumbuh,” ungkapnya.
Lebih jauh, kata Anif, Muhammadiyah telah menjadi garda terdepan dalam penanganan covid 19 dengan dibentuknya MCCC di tingkat pusat hingga tingkatan daerah. Semua memiliki andil dalam menangani pandemi Covid-19 dan itu diakui hingga internasional.
Ia juga menyoroti sektor pendidikan di tengah pandemi yang justru mengurangi nilai-nilai dari pendidikan itu sendiri seperti kedisiplinan, lalu interaksi atau hubungan antara guru dan murid, dosen dengan mahasiswa.
Adanya pembelajaran daring, baik dari siswa, guru, dosen ataupun mahasiswa mengalami shock dikarenakan adanya tekanan untuk tetap menjalankan pembelajaran walau secara daring dari rumah.
Mahasiswa, siswa, dosen, guru mengalami kebuntuan interaksi secara alamiah sehingga yang terjadi hanyalah transfer knowledge (ilmu pengetahuan) saja, sedangkan sisi-sisi motivasi, semangat juang, nilai-nilai kemanusian dan aklaqul karimah tidak tersampaikan secara optimal.
Karena itulah, Sofyan Anif mengharapkan proses belajar mengajar kembali normal, sehingga munculnya kembali nilai-nilai leluhur seperi kejujuran, nilai juang yang tinggi, motivasi, kedisiplinan, empati dan lainnya dalam proses pembelajaran di sekolah. Juga ia mengharapkan kembalinya empat kompetensi yakni Intelektual, Spiritual, Sosial dan Emosional. Karena di saat pandemi ini pembelajaran melalui daring mengurangi nilai-nilai tersebut. (Risq)