SOLO, MENARA62.COM – Tim Pengabdian PKM-KI Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menyelenggarakan kegiatan Pelatihan dan Pendampingan Media Pembelajaran Berbasis Artificial Intelligence (AI) untuk Penguatan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Kegiatan ini terlaksana di SD Muhammadiyah Tegalgede Karanganyar sebagai upaya memperkuat pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) di era digital.
Ketua Tim PKM-KI UMS Dr. Istanto, S.Pd.I., M.Pd., menerangkan, kegiatan ini berkolaborasi juga dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tegalgede Kabupaten Karanganyar.
Pelatihan ini diikuti oleh seluruh guru SD Muhammadiyah Tegalgede, dengan fokus pada pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi kecerdasan buatan. Para peserta dilatih untuk memanfaatkan aplikasi seperti ChatGPT, Gemini, dan berbagai platform gamifikasi pembelajaran guna menciptakan media ajar yang lebih kreatif, interaktif, serta relevan dengan karakter siswa sekolah dasar.
Istanto menyebut, kolaborasi ini merupakan bagian dari komitmen UMS dalam mendukung peningkatan kapasitas guru Muhammadiyah di era transformasi digital. “Kami ingin memastikan guru memiliki keterampilan digital yang selaras dengan nilai-nilai Islam, sehingga teknologi menjadi penguat, bukan pengalih dari esensi pendidikan Islami,” terangnya, Senin (29/12).
Kegiatan pelatihan dan pendampingan itu tidak hanya terlaksana sekali. Beberapa rangkaian dilakukan untuk memaksimalkan dampak. Kegiatan terlaksana pada Rabu–Kamis, 10–11 Desember 2025, dan dilanjutkan Senin–Selasa, 22–23 Desember 2025.
Pada pembukaan acara, hadir Wakil Ketua PCM Tegalgede, Pengawas Sekolah Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar, Ketua Yayasan SD Muhammadiyah Tegalgede, Ketua Tim PKM-KI UMS Dr. Istanto, S.Pd.I., M.Pd., serta Kepala SD Muhammadiyah Tegalgede Suwandi, S.Pd.I., M.Pd., yang turut memberikan sambutan dan membuka kegiatan secara resmi.
Suwandi menyampaikan bahwa teknologi AI harus dimaknai sebagai peluang untuk memperkaya proses pendidikan, bukan menggantikan peran guru. “Kecerdasan buatan bukan untuk menggantikan peran guru, melainkan menjadi sarana dakwah dan inovasi agar proses belajar lebih efektif dan bermakna,” ujarnya.
Kegiatan ini menjadi salah satu langkah konkret dalam membangun sinergi antara perguruan tinggi Muhammadiyah dan amal usaha pendidikan di tingkat dasar. Melalui integrasi teknologi dan spiritualitas, guru-guru SD Muhammadiyah Tegalgede diharapkan mampu menjadi pelopor pembelajaran Islami berkemajuan yang sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka. (*)
