JAKARTA, MENARA62.COM– Literasi adalah bagian dari pembangunan manusia yang dapat membuka jalan untuk memutus mata rantai kemiskinan di masyarakat. Sayangnya, tingkat literasi masyarakat Indonesia masih sangat rendah dan itu berpengaruh pada pembangunan sumber daya manusianya.
Data UNESCO menunjukkan, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.
Namun Muhammad Syarif Bando sebagai Kepala Perpustakaan Nasional RI dalam webinar Literasi Dalam Membangun Ekonomi Masyarakat, Selasa (20/10) mengakui bahwa opini rendahnya tingkat literasi indonesia itu murni disebabkan oleh faktor rasio antara ketersediaan bacaan dengan jumlah penduduk yang berbeda sangat jauh.
“Jika setiap tahun perpustakaan hanya menyediakan 50 juta buku bacaan terbaru, secara de facto ada kekurangan 217 juta buku (1 buku baru/orang) per tahun. Sementara UNESCO menetapkan standar minimal 3 buku baru setiap orang per tahun,” katanya.
Syarif juga menjelaskan bahwa sejak tiga tahun terakhir, perpustakaan nasional sudah menetapkan literasi yang menjadi tahapan untuk mencapai tingkatan literasi global dengan membangun akses terhadap sumber informasi yang terpercaya dengan jumlah yang cukup seperti membangun aplikasi perpustakaan digital. Saat ini sudah ada 1350 perpustakaan digital yang memungkinkan untuk diakses masyarakat Indonesia.
Diakui Syarif dengan penguatan Literasi, masyarakat Indonesia mampu memiliki kedalaman pengetahuan yang diperoleh dari kemampuan mengumpulkan sumber-sumber bahan bacaan, memahami yang tersirat dan tersurat, mengemukakan gagasan dan kreativiatas serta inovasi baru, dan menciptkaan barang dan jasa yang bermutu demi mencapai target tahun emas Indonesia yang dimulai dari adanya peningkatan ekonomi.
“Kita beruntung tinggal di Indonesia yang dipenuhi dengan sumber daya alam yang melimpah, ini adalah ruang yang paling memungkinkan bagi penduduk Indonesia untuk bersaing secara global dan membangun ekonomi dengan target 5 besar pada saat tahun emas atau 100 tahun indoensia merdeka dengan konsisten membangun peradaban melalui literasi, perpustakaan, minat membaca,” ungkap Syarif menutup sambutannya.