SUKOHARJO, MENARA62.COM – Pemerintah menetapkan kebiasaan baru untuk mencegah penularan Covid-19 seperti memakai masker, menjaga jarak, rajin cuci tangan memakai sabun, belajar dari rumah, dan membatasi kontak sosial. Adaptasi kebiasaan baru tersebut ternyata menjadi salah satu sumber stressor bagi semua penduduk, termasuk penghuni panti.
Dalam sebuah penelitian terkait dampak Covid-19 pada anak dan remaja (usia < 18 tahun) ditemukan adanya gangguan kecemasan dan depresi, reaksi emosi dan kesehatan mental, tekanan psikologis dan gangguan perilaku yang kesemua itu mempengaruhi kehidupan.
Selain itu, pandemi Covid-19 yang berkepanjangan juga berpengaruh tidak langsung terhadap emosi negatif remaja sehingga mempengaruhi kualitas tidur, timbulnya gangguan psikologis berupa kurang perhatian, mudah tersinggung. Pembatasan kontak sosial bahkan berdampak pada kesehatan mental seperti : cemas, depresi, kesepian, stress, gangguan hubungan sosial, penurunan kesehatan mental positif.
Untuk mengurangi dampak dari pandemi Covid-19 bagi anak dan remaja, Tim Group Riset Universitas Sebelas Maret (UNS) melakukan pendampingan teknik relaksasi otot progresif bagi anak asuh Panti Asuhan Mardhatilah Sukoharjo Jawa Tengah. Kegiatan yang merupakan bagian dari program pengabdian pada masyarakat tersebut digelar selama Mei-Juni 2021 dengan melibatkan tim yang terdiri atas Erindra Budi Cahyanto, S.Kep.Ns,M.Kes; Dr. Senyum Indrakila, dr, SpM; Prof. Dr. Soetrisno, dr, SpOG(K); Annang Giri Moelya, dr, SpA, M.Kes; Hafi Nurinasari, dr, SpOG(K).
Dalam keterangan tertulisnya, Ketua Tim Group Riset UNS Erindra Budi Cahyanto menjelaskan usia remaja merupakan peralihan dari usia anak ke dewasa. Berbagai perubahan memberi dampak baik fisik maupun mental. Dalam kondisi normal saja banyak remaja yang membutuhkan dukungan untuk melewati masa peralihan. “Apalagi bagi remaja yang tidak tinggal bersama keluarganya, misalnya di panti asuhan sehingga termasuk dalam kelompok rentan. Dalam kondisi pandemi Covid -19, stressor makin besar,” katanya, Ahad (11/7/2021).
Anak asuh di panti asuhan lanjut Erindra, umumnya memiliki beberapa permasalahan diantaranya pada aspek penyesuaian diri dengan lingkungan di dalam panti asuhan seperti penyesuaian dengan teman se-panti asuhan, dengan pengasuh, masalah penyesuaian dengan lingkungan sekitar, maupun dengan lingkungan sekolah. “Hal ini juga dialami anak-anak panti asuhan Mardhatillah Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah,” lanjutnya.
Ia mengatakan remaja dimanapun berada, baik di panti asuhan maupun tinggal bersama keluarga, berhak mendapatkan keadaan sehat baik fisik maupun jiwa. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang dapat berkembang secara fisik, psikologi, sosial dan spiritual sehingga orang tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Berbagai laporan penelitian di atas menyebutkan selama masa pandemi covid 19, terjadi penurunan kesehatan tidak hanya fisik saja tetapi juga kesehatan jiwa.
“Remaja yang sehat akan mampu berkontribusi dalam pembangunan, tidak menambah permasalahan akan tetapi justru turut serta memecahkan permasalan. Berbagai persoalan di atas membutuhkan tindakan pencegahan guna meningkatkan kesehatan jiwa anak asuh panti asuhan. Salah satu tindakan yang tepat adalah relaksasi otot progresif (ROP),” tukas Erindra
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik relaksasi dengan cara menegangkan dan kemudian mengendorkan otot wajah hingga kaki, mata dan dahi, pipi, mulut, tengkuk, bahu, tangan, dada, perut, punggung, pantat, kaki, telapak kaki, dilakukan beberapa kali sambil melakukan nafas dalam dan memusatkan perhatian pada perasaan yang ada. Terjadi interaksi antara relaksasi fisik dan emosional sehingga mengurangi stress psikologis. Beberapa hasil penelitian menunjukkan teknik ini mampu meningkatkan kenyamanan, kualitas tidur, menurunkan kecemasan, mengurangi nyeri.
Terkait kegiatan pendampingan teknik relaksasi otot progresif bagi anak asuh Panti Asuhan Mardhatilah Sukoharjo, selama dua bulan tim pengabdian melakukan pengukuran kesehatan jiwa menggunakan kuesioner Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), setelah selesai pendampingan. Hasilnya diperoleh rerata skor 12,93, skor ini berada pada rentang normal. Anak asuh merasa berkurang kecemasannya, lebih semangat dalam menjalani kehidupan meskipun masih dalam suasana pandemi Covid-19.