Menara62.com, OPINI – Titik awal dalam pendidikan Islam adalah masalah keimanan. Banyak sekali perkataan sahabat mengenai masalah ini, seperti ungkapan: “Kami diberikan keimanan sebelum kami diberikan Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an memiliki berbagai keistimewaan, di antaranya adalah hanya orang yang beriman yang bisa mengambil “bagian” atau manfaat Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak bisa menyentuh hati kecuali hati yang mukmin.
Selain masalah keimanan, dalam pendidikan Islam juga sangat penting yaitu tentang akhlak seorang manusia. Akhlak selain untuk berhungan dengan manusia, akhlak pun sangat berhubungan erat antara Tuhan dan hamba-Nya, yaitu dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa mendekatkan diri dengan-Nya.
Penting untuk dicatat bahwa qalbu adalah komponen sentral manusia. sedemikian pentingnya dan sentralnya peranan qalbu bagi manusia, ia dianggap sebagai penentu baik buruknya manusia.
Manusia sering kali melakukan sesuatu atas dasar hawa nafsunya yang mengakibatkan perbuatan tersebut berdampak negatif ditengah-tengah masyarakat. Untuk menghindari penyesalan di akhir perbuatan yang akan dilakukan, maka seyogyanya bertanyalah pada hati kecil, baik dan buruknya perbuatan tersebut. Oleh karena itu setiap manusia dituntut untuk memahami hatinya.
Jika hati dan anggota tubuh seseorang telah berserah diri kepada Allah swt, terutama terhadap semua yang dibebankan Allah swt kepadanya, baik yang bersifat lahiriyah maupun bathiniyah, maka dia sudah bisa dianggap sebagai muslim sejati.
Karena keadaan hati seseorang sangat berpengaruh dalam menentukan setiap tindakan manusia. Tentunya dalam melakukan segala kegiatan kita juga berpengang pada dua pedoman umat Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Untuk bisa menyembuhkan atau mengobati penyakit yang ada di dalam hati manusia, atau pun
menghidupkan hati manusia yang telah mati, tentunya sangat penting dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah saw.
Hati merupakan hal yang terpenting bagi kehidupan manusia yang perlu dididik dengan baik, kalau hati dididik dengan baik, maka hati tersebut dapat terhindar dari berbagai macam penyakit hati. Apabila hati berada dalam kondisi kotor, sakit, bahkan mati, maka untuk memulihkan dan mensterilkannya kembali harus ada upaya pensucian (tazkiyah), pengobatan, dan menghidupkan kembali hati tersebut.
Layaknya tubuh manusia secara fisik yang membutuhkan makanan untuk menjaga kondisi tubuhnya, hati manusiapun demikian juga. Hati manusia memerlukan makanan untuk kehidupan hati yaitu dengan ketaatan.
Menurut Ahmad Farid dalam bukunya yang berjudul Zuhud dan Kelembutan Hati: “ketaatan merupakan sebuah keharusan untuk kehidupan hati. Beliau merinci lima perkara yang menjadi urgensi bagi hati antara lain adalah Dzikir kepada Allah swt dan tilawah Al-Qur’an, Istighfar, Do’a, Sholawat kepada Nabi saw dan Shalat malam.
Dengan melakukan ibadah tersebut di atas, maka manfaat/hasil yang diperoleh antara lain adalah Selalu merasa dekat dengan Allah swt, Hati menjadi sehat, Hati menjadi tenang dan tentram, Hati terhindar dari berbagai macam penyakit hati, Terhindar dari pengaruh setan yang selalu mementingkan hawa nafsu, Mendapat kebahagiaan di dunia dan di akherat, dan lain sebagainya.
*Penulis adalah Asfar Rinaldy M.Pd
(Dosen IAIN Sultan Amai Gorontalo)