JAKARTA, MENARA62.COM – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Amirsyah Tambunan menyambut baik wacana Kementerian Agama (Kemenag) pemberlakuan libur sekolah selama bulan puasa.
Menurutnya, sekolah bisa memanfaatkan kegiatan pesantren kilat Ramadan yang inkusif agar anak-anak memperoleh cara belajar baru, kreatif, menyenangkan dengan metodologi belajar yang lebih memperkuat fisik, mental spritual tengah menjalankan ibadah puasa.
Hal ini disampaikan secara tertulis kepada media menanggapi rencana dari Kemenag untuk meliburkan anak-anak selama bulan ramadhan, patut disambut gembira dan positif.
“Agar anak-anak tahu bulan puasa itu adalah bulan suci yang harus dihormati tetapi itu bukan berarti anak-anak tidak belajar dan tidak akan mendapatkan pendidikan,” tulisnya lagi pada, Rabu (2/1/2025).
Menurut Buya Amirsyah bahwa anak-anak bisa mendapatkan penguatan pendidikan spritual di lingkungan sekolah selama Ramadhan. Bahkan momentum Ramadhan dapat menanamkan pendidikan akhlak bangsa.
Perkuat Karakter Akhlak Generasi Muda
Generasi muda harapan bangsa di harapkan mampu menghadapi tantangan ke depan di tengah sikap pesimistis sebagaian kalangan, yang menganggap generasi sekarang sebagai generasi strawberry.
Kategori generasi strawberry merupakan sebagian generasi Z yang memiliki karakter seperti strawberry, antara lain; pertama, memiliki penampilan yang menarik, tapi kurang tahan dalam menghadapi ujian, cobaan; kedua, kurang mampu menerima tekanan (pressure) sehingga kurang siap menerima masukan dari orang lain; ketiga, merasa dirinya paling benar dan merupakan generasi yang lemah.
Keempat, secara mental dan mudah menyerah; kelima, untuk melengkapi generasi Gen Z yang notabene lahir dari tahun 1997-2012 rata rata sudah mulai bekerja. Namun secara empirik muncul banyak pada perusahaan yang tidak bisa menerima generasi Z, seperti dikutip dari New York Post.
Banyak perusahaan telah memecat pekerja Gen Z hanya beberapa bulan setelah mempekerjakan mereka dan beberapa pemilik bisnis mengatakan mereka ragu untuk mempekerjakan lulusan perguruan tinggi baru-baru ini karena kekhawatiran tentang lemahnya etos kerja, keterampilan komunikasi, dan kesiapan mereka untuk melakukan pekerjaan.
Desain Materi Penguatan 7 Kebiasaan Hidup Tangguh
Dalam kondisi seperti ini diperlukan kerja extra membentuk watak anak didik; pertama, memperkuat kehidupan spritual dalam beragama agar mampu membentuk perilaku dan watak anak-anak yang mampu bekerja keras, sabar, ulet, tangguh dalam menghadapi ujian.
Kedua, menanamkan sikap optimisme melalui pendidikan agar proses pematangan emosional dapat terwujud sehingga tidak bersikap instan. Sikap instan merupakan salah satu dampak negatif dari ketergantungan pada handphone.
Anak usia dini harus di jauhkan dari handphone agar tidak merusak mentalnya. Mental yang kuat adalah mental yang tahan banting dalam menghadapi berbagai masalah.
Agar anak-anak kuat fisik dan mentalnya diperlukan penguatan fisik dan mental spritual melalui kebiasaan yang baik dalam beribadah.Misalnya bagi orang tua wajib melatih generasi muda Islam agar rajin beribadah, rajin salat, puasa, dan lain lain.
Jadi ketujuh kebiasaan hidup cukup memadai, hanya saja diperlukan waktu yang panjang untuk melatih kebiasaan anak-anak agar kebiasaan yang baik menjadi hebit sehingga menjadi watak dan perilaku yang kuat dan tahan banting.
Perkuat Visi MUI
Oleh sebab itu MUI ingin mengajak lembaga pendidikan berupa Pesantren, Perguruan Tinggi untuk mendukung program MUI antara lain melalui Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PDPAB).
Program ini merupakan Gerakan yang perlu mendapat dukungan semua pihak secara nasional. Untuk itu program ini merupakan rintisan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang memiliki pijakan yang kuat; pertama, visi MUI ingin mewujudkan masyarakat berkualitas (khairu ummah) bagi semua lapisan masyarakat; kedua, memperkuat akhlak bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur yakni negeri yang baik dan diampuni Tuhan.
Al-Qur’an, QS: Saba’:15, yang merupakan sebutan Allah untuk Negeri Saba’ digambarkan sebagai negeri yang subur dan makmur, dengan alam yang indah dan penduduk yang bersyukur atas nikmat yang mereka terima.
Namun, kejayaan dan kemakmuran Negeri Saba’ berakhir ketika kaumnya berpaling dan meninggalkan ketaatan kepada Allah SWT.
Para ahli tafsir memiliki beragam pendapat tentang makna baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, di antaranya; pertama, Asy-Syaukani mengatakan bahwa baldatun thayyibatun berarti negeri yang baik karena banyaknya pohon-pohon dan bagus buah-buahannya.
Kedua, Ibnu Zaid menerangkan bahwa di Negeri Saba’ tidak pernah terlihat ada nyamuk, lalat, kutu, kalajengking, dan ular;
Ketiga, Muqatil mengatakan bahwa wa rabbun ghafur berarti Rabb kalian adalah Rabb yang Maha Mengampuni dosa-dosa, jika kalian bertaubat sehingga menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur).
Oleh sebab itu, kondisi negara saat ini dan kedepan akan menghadapi tantangan yang semakin berat. Oleh karena itu diperlukan pelatihan untuk penguatan akhlak bangsa.
Artinya semua komponen bangsa, terutama anak didik harus bertanggung jawab memperbaiki akhlak bangsa dan negaranya.
Praktik korupsi yang semakin memprihatinkan harus dimulai dari; pertama, pembiasaan hidup berani jujur, karena jujur itu hebat, dan lain lain.
Dalam konteks ini mendukung 7 Kebiasaan hidup agar dapat diimplementasikan secara masif dan universal sebagai gerakan nasional agar bangsa kedepan memiliki modal sosial (social capital) untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Salah kesiapan Indonesia emas; pertama, bonus demografi yang siap untuk memajukan bangsanya; kedua, mampu mengolah sumber daya alam (SDA) yang kaya untuk kemaslahatan umat dan bangsa.
Ini harus menjadi gerakan masif secara nasional diperlukan; pertama, penguatan literasi tentang 7 kebiasaan yakni bangun pagi; Beribadah; Berolahraga; Makan sehat dan bergizi; Gemar belajar; Bermasyarakat; dan Tidur cepat.
Gerakan anak Indonesia hebat penguatan literasi maupun edukasi bagi anak-anak melaui semua jenjang pendidikan serta penguatan sosialisasi secara masif melalui media sosial sehingga menjadi gerakan nasional dalam bentuk perbaikan akhlak bangsa.