MAGELANG, MENARA62.COM — Walikota Magelang, dr H Muchamad Nur Aziz, SpPD,K-GH,FINASIM berpesan kepada pemuda yang belum pernah merokok jangan coba-coba. Sebab kalau sudah mencoba merokok bisa menjadi ketagihan dan akan mengalami kesulitan untuk berhenti merokok.
Muchamad Nur Aziz mengemukakan hal itu pada Talkshow Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2021 secara virtual, Rabu (16/6/2021). Talkshow yang diselenggarakan Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) mengangkat tema ‘Berani Berhenti Merokok.’
Selain Walikota Magelang, talkshow juga menghadirkan pembicara Muhammad Muhaimin, wirausahawan sukses dari Windusari; Muhammad Wahid Ibrahim SE, alumni Unimma yang studi lanjut di United Kingdom. Sedang penanggap Dr Abdillah Ahsan, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia; Utusan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusiadan Kebudayaan (Kemenko PMK); dan utusan dari Kementerian Keuangan.
Talkshow diikuti sekitar 250 peserta atau internet protokol (IP) yang terdiri dari siswa-siswi SMP, SMA, mahasiswa dan masyarakat umum. Juga hadir anak-anak petani tembakau dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Lebih lanjut Muchamad Nur Aziz yang juga seorang dokter ini menjelaskan ada sebagian masyarakat menganggap merokok kebutuhan. Bahkan ada yang mengatakan bila tidak merokok tidak bisa berkreasi atau bekerja. “Dari sisi kesehatan merokok dapat menganggu kesehatan. Perokok bisa terkena berbagai penyakit, seperti jantung, stroke, masalah kesuburan, dan gangguan pada paru-paru, misalnya kanker paru-paru,” kata Muchamad Nur Aziz.
Sedang Sarno, perwakilan dari Kementerian Keuangan mengatakan prevalensi merokok penduduk berusia 10-18 tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data Riskesdas (2018), tahun 2013 tercatat hanya 7,1 persen, tahun 2018 meningkat menjadi 9,1 persen. Penggunaan e-cigarettes juga mengalami peningkatan.
Rokok, lanjut Sarno, menjadi beban pengeluaran tertinggi rumah tangga nomor 2. Kemudian sebanyak 21 persen dari kasus penyakit kronis di Indonesia terkait rokok. Penanganan penyakit ini menimbulkan beban ekonomi sebesar 1,2 miliar dolar Amerika Serikat per tahun.
“Perilaku perokok menjadi salah satu penyumbang pembengkakan defisit Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Keluarga perokok memiliki kepatuhan membayar JKN lebih rendah,” kata Sarno.
Sukses Tanpa Rokok
Muhammad Muhaimin warga Candisari, Windusari, Temanggung merupakan salah satu pemuda yang sukses menjadi wirausaha ubi jalar. Ia mengaku meskipun orang tuanya petani tembakau namun dirinya telah berhenti merokok.
Saat masih remaja, dia mengaku pernah merokok. Namun Muhaimin yang suka olahraga voli ini sempat muntah-muntah dan keluar darah saat latihan fisik. “Kemudian saya ditanya pelatih, kamu merokok ya… maka sejak itu saya berhenti merokok,” kata Muhammad Muhaimin.
Menurut Muhammad Muhaimin, di bidang pertembakauan banyak kartel. Banyak permainan. Sehingga permainan harga tersebut membuat petani mengalami kerugian. Karena itu, Muhaimin tidak mau melanjutkan usaha orang tuanya menjadi petani tembakau.
Ia justru memilih menggeluti bisnis ubi jalar yang ditanam di sela-sela tanaman tembakau, sejak tahun 2017. Waktu itu, harga ubi jalar sangat rendah, hanya Rp 1.000 per kilogramnya.
Kemudian Muhammad Muhaimin mencari cara agar ubi jalarnya bisa mendapat harga yang pantas. Karena itu, Muhaimin mencoba untuk memilahkan ubi dengan empat katagori berdasarkan ukuran ubinya yaitu A, B, C, dan D. Kini Muhaimin bisa mengekspor ubi katagori A ke Jepang dan Singapura. Katagori B untuk kebutuhan supermarket, katagori C untuk warung-warung, dan katagori D diolah menjadi makanan kecil yang dijual ke supermarket dan warung.
Sedang Muhammad Wahid Ibrahim, alumni Fakultas Ekonomi Unimma yang tidak merokok bisa sukses dalam menuntut ilmu. Kini Muhammad Wahid yang menjadi lulusan terbaik Unimma ini sedang melanjutkan studi di University of Birmingham, United Kingdom.
Menurutnya, merokok itu merupakan orang yang tidak bisa bersyukur terhadap Allah SWT. “Tidak mensyukuri kesehatan yang telah diberikan kepada kita. Merokok itu bisa merusak kesehatan,” kata Muhammad Wahid Ibrahim.
Sementara Dra Retno Rusdjijati, MKes, Ketua MTCC Unimma mengatakan lembaga yang dipimpinnya berkonsentrasi pada pengendalian tembakau. Kegiatan MTCC Unimma yang dilaksanakan sejak tahun 2018, telah menelorkan regulasi Kawasan Tanpa Rokok. Regulasi tersebut berupa peraturan bupati/walikota, dan peraturan daerah di 11 kabupaten/kota dari 22 dampingan di Provinsi Jawa Tengah.
Selain itu, kata Retno, terbentuknya Forum Petani Multikultur Indonesia dan pendirian Sekolah Tani Muhammadiyah yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan pendampingan kepada petani tembakau. “Tujuan utama MTCC Unimma membantu pemerintah dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang dicirikan sehat, cerdas, trampil, dan sejahtera,” kata Retno.