27.3 C
Jakarta

Warga Muhammadiyah Jangan Terkecoh, Indikasi Menutup Isu Palestina?

Baca Juga:

 

Oleh : Ace Somantri

BANDUNG, MENARA62.COM – Alhamdulillah ala kulli hal, sejak lahirnya persyarikatan Muhammadiyah hingga kini dan menyebar ke berbagai pulau di belahan dunia. Diawali dengan niat tulus ikhlas sangat visioner dan mulia, yaitu mencerdaskan umat, bangsa dan negara dari ilmu pengetahuan beragama dan berbangsa. Sedikit banyak, bahkan tak terhitung nilainya akan kebaikan Muhammadiyah yang tak lepas dari sosok profil diri sang penggerak, pembaharu, pencerah dan pemberdaya yaitu K.H. Ahmad Dahlan.

Dari tangan dan kaki serta seluruh anggota tubuhnya rela untuk dijadikan tameng dalam menjalankan amanah dan syari’at Allah Ta’ala melalui Nabi dan Rosul-Nya. Spirit keberjamaahan kunci kekuatan berpersyarikatan, tidak banyak orang menggerakkan entitas persyarikatan Muhammadiyah yang dijalankan saat-saat diawal pendiriannya. Namun, tak kalah hebat dan heroik nilai juangnya dengan tokoh-tokoh pergerakan Islam di dunia seperti di Mesir, Suriah, Irak, Iran dan Pakistan serta negara-negara lainnya.

Di sisi lain, hiruk pikuk perbedaan pendapat selalu ada dari sejak masa nabi, namun pada masa Rosulullah selalu berhenti dan selesai dihadapan-Nya. Wajar dan lumrah hal tersebut muncul dan masih ada, pasalnya tabiat manusia pada umumnya berbeda, termasuk dalam hal memahami keberagamaan manakala dirinya merasa memiliki kemampuan.

Terlebih mulai sejak pasca perang Sifin terjadi arbitrase masa khalifah Ali Bin Abi Thalib, semakin meruncing akibat perbedaan pandangan dalam menyikapi peristiwa tersebut. Kemudian terus berlanjut perbedaan paham-paham keberagamaan, khususnya di masa tabiin-tabiuttabiin hingga kini yang berkaitan dengan furu’iyah masih berlanjut. Perbedaannya, di saat masa keemasan imam mujtahid yang terkenal di kalangan suni sangat terkenal dengan gagasan keilmuannya yaitu Imam Hanafi, Imam Malik, Imama Syafii dan Imam Hambali mereka saling menghargai dan menghormati karena perbedaan pandangan sekalipun ada hubungan guru dan murid, dengan keluhuran akhlak mereka tetap saling bersikap tadzim satu sama lainnya, itulah orang-orang berlimu yang sebenarnya.

Perilaku, sikap dan tabi’atnya telah meneladani generasi ke generasi, walaupun masih tetap menyisakan beberapa yang merasa berilmu dan berpengetahuan namun merasa diri paling benar dan hebat sehingga sampai-sampai mengkafirkan kepada orang lain atau disebut juga sikap takfiri.

Begitupun dalam internal organisasi Islam selalu ada beda pandangan, baik dalam berorganisasi maupun dalam hal lain yang berkaitan dengan pemahaman keislaman mazhab yang dianut atau paradigma keberagamaan lainnya. Saat ini sedang viral isu terkait dengan pandangan mengenai Qur’an dan Surat serta ayat yang berkaitan dengan musik dan sejenisnya. Viral menjadi pembahasannya di beberapa kanal youtube ustadz-ustadz yang berpaham beda dengan pandangan ustdz Adi Hidayat, dan kemudian banyak tokoh-tokoh Muhammadiyah menyikapi fenomena tersebut dengan sudut pandang berbeda, harus dipahami khazanah Islam sangat kaya, luas dan luwes dilihat dari berbagai perspektif keilmuan.

Apalagi paham keislaman yang disebarluaskan oleh Muhammadiyah lebih mencerahkan dan memajukan. Adapapun saat ini sedang viral saling menanggapi dan menjustifikasi personal ustadz yang ada kecenderungan saling memojokan dan menyalahkan satu dengan yang lainnya dengan argumentasi dalil-dalil yang digunakan. Sangat disayangkan dalam situasi umat muslim dihadapkan dengan isu-isu kemanusiaan yang menimpa warga Gaza dan rakyat Palestina, dengan jumlah kurang lebih 37.000 nyawa melayang begjtu saja akibat kekejian genosida Zionis Israel yang sangat brutal.

Mohon dengan sangat hormat, kepada para tokoh muslim di Indonesia termasuk ustadz-ustadz yang memiliki kanal youtube untuk kembali membangun spirit membela dan aksi kemanusiaan bagi rakyat Palestina yang mengalami ketertindasan yang semakin memilukan, dan juga bagi warga Muhammadiyah selain berpartisipasi aksi nyata, juga fokus kembali menggerakkan amal kebaikan, memperbaharui dinamika kemanusiaan, mencerahkan paham manhaj sesuai tarjih serta memberdayakan kaum dhuafa agar keluar dari jebakan kemiskinan intelektual dan harta. Apalagi beberapa hari ini seluruh civitas akademika perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah se-Indonesia melakukan aksi keprihatinan kemanusiaan mendesak pemerintah Indonesia terus aktif memberikan tekanan politik luar negeri untuk mengutuk keras tindakan Zionis Israel terhadap Palestina, serta menggalang kekuatan negara muslim lainnya bersuara sama.

Dengan adanya tanggapan dengan berbeda dan memojokkan, nampaknya hal tersebut tidak dijadikan isu-isu yang terkesan memalingkan atau membelokkan hal ihwal Palestina yang dalam posisi terdesak dan kritis, sehingga kepedulian terhadap isu kejahatan kemanusiaan Isrel luput dari opini publik, khususnya muslim Indonesia yang termasuk paling masif dan aktif menyuarakan keprihatinan.

Sangat memilukan yang begitu mendalam, tindakan penyerangan ke Raffah sekalipun ditentang oleh berbagai negara akan tetapi Zionis Israel tidak peduli, dengan sombong dan congkaknya tetap memutuskan serangan. Hal itu terbukti sudah terjadi peluncuran rudal-rudal Zionis Israel menembus kota Raffah perbatasan dengan Mesir, tidak ada lagi tempat berlindung dari gempuran rudal dan bom-bom Israel yang tak terbatas, kecuali pertolongan Allah Ta’ala, wajib semua umat muslim dunia memohon dengan sungguh-sungguh agar segera diberhentikan kejahatan zionis Israel dengan kehendak-Nya. Tidak dapat berharap banyak dari negara-negara arab yang menjadi sekutu Amerika Serikat, semua hanya bengong tak mampu berbuat banyak.

Saat pertemuan OKI atau persatuan negara-negara muslim hanya mengeluarkan pernyataan sikap, sementara pembantaian terus berlanjut. Dari kondisi Palestina terkini, sangat ironis masih ada ustadz yang mempersoalkan hal-hal yang justru memecah belah umat Islam khususnya umat muslim Indonesia, dengan ego dan keakuanya mempersoalkan makna hukum yang tergolong masuk ranah Ijtihadi dan furuiyah di kalangan para ulama, padahal hal tersebut sudah dibahas ratusan tahun lalu.

Bermuhamamdiyah bukan sekedar berorganisasi semata, melainkan menjalin ukhuwah Islamiyah dalam berbagai bingkai kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat secara luas tanpa batas wilayah. Kehadiran Muhammadiyah sejak satu abad lebih yang lalu dalam rangka menyelesaikan umat yang masih terbelakang kehidupannya, hingga berharap membahagiakan setiap umat Islam di manapun berada. Wasthiyah paham berislam di Muhammadiyah cukup jelas dan tegas, terbuka, elegan dan egaliter telah membangun bangsa dan negara serta masyarakat Indonesia teruji dan terbukti. Namun, hal itu bukan berarti tidak ada kekuarangan dan kelemahan. Sehingga penguatan kepada para kader keumatan diberikan bekal yang mumpuni hal ihwal keislaman bermanhaj tarjih secara kaffah.

Termasuk revitalisasi penguatan kurikulum Al Islam Kemuhammadiyah di sekolah dan kampus milik persyarikatan terus diperkuat baik nalar intelektualnya maupun sikap perilaku serta keterampilan mentransformasikan kepada peserta didik dan mahasiswa, referensinya sudah termaktub dalam rumusan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.

Sebagai bahan pertimbangan umat muslim Indonesia, ternasuk warga Muhammadiyah tidak terkecoh dengan isu-isu klasik yang sudah terlewati masanya. Kita lihat sekarang, jantung pergerakan di Amerika Serikat persisnya di kampus Columbia University telah membuat resonansi gerakan keprihatian terahadap Palestina, dan fenomena tersebut terulang sejarah masa lalu yang dimulai dari kampus yang sama yaitu pada tahun 1968 perang USA dengan Vietnam yang mengubah peta nasional politik internal mereka yang akan berdampak politik global. Tidak harus menunggu, muslim Indonesia harus terus bergerak menekan membuat mata dunia fokus perhatiannya kepada Palestina. Pengorbanan gerakan mahasiswa di USA dan negara-negara bagiannya, pihak aparat pemerintah menangkap para aktifis menyentuh ke angka 2.200 orang mahasiswa dan dosen ditangkap dengan cara-cara represif. Begitupun survei di kalangan milenial terdidik di USA menunjukan angka hingga 65% sikap ketidaksetujuan tindakan zionis Israel yang dilakukan terhadap Palestina (safinah.id). Pergeseran fenomena tersebut akan membuat ketergangguan situasi global yang dikomandoi oleh USA sendiri atau lebih tepatnya, “senjata makan tuan” untuk negaranya sendiri.

Pelajaran berharga, momentum tepat menguji kemampuan diri melihat situasi masyarakat dunia yang tidak dalam baik-baik. Keberpihakan bangsa dan negara terhadap kemanusiaan semakin berkurang, jangankan dikarenakan kerusakan iklim merusak habitat mahluk hidup termasuk manusia yang tak terlihat visual kasat mata wujud materi kejahatannya. Pembantaian atau genosida manusia di Palestina mata dunia menutup rapat-rapat, jauh dari merasa satu rasa sebagai sesama suku, ras dan bangsa dalam satu agama pun tak peduli dan tidak memiliki kepekaan. Muhammadiyah dan warganya harus sepakat dan tampil secara penuh untuk mempelopori tingkat dunia Internasional mengangkat panji pembelaan terhadap Palestina pada forum masyarakat dunia agar segera memberhentikan paksa zionis Israel menyerang Palestina dengan kebijakan apa pun yang dibuat.

Tidak ada alasan bagi warga Muhammadiyah dan institusinya menolak aksi nyata keprihatinan dan solidaritas kemanusiaan. Berharap menjadi pemantik saat aksi serentak membela Palestina dari kampus Muhammadiyah dan sejauhmana respon kampus lainnya. Sekali lagi, bukan hanya warga Muhammadiyah melainkan umat muslim harus terus membuat opini sekuat dan semampunya untuk mem-farming isu pembelaan terhadap warga Palestina sehingga dapat direspon oleh warga dunia. Wallahu’alam.

Bandung, Mei 2024

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!