30 C
Jakarta

Webinar Institut STIAMI: Membaca Peluang Usaha pada Era New Normal

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Menyambut datangnya era new normal, Institut STIAMI gelar seminar nasional, Ahad (21/6/2020). Seminar nasional yang digelar secara daring (webinar) tersebut melibatkan sekitar 500 peserta baik dari kalangan dosen maupun mahasiswa.

Webinar bertema ‘Peluang dan Tantangan Indonesia Menuju Era New Normal’ tersebut menghadirkan tiga pembicara yang berkompten yakni Ajib Hamdani, Owner Tanijoy, Bima Laga, dari Bukalapak dan Lukmanul Hakim S.Pd, MM, Dosen Institut STIAMI.

Dr. Novianita Rulandari S.AP, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Institut STIAMI dalam sambutannya mengatakan pemerintah telah mengambil kebijakan era new normal di tengah pandemi Covid-19 yang belum ada tanda-tanda bakal berahir. Era new normal tersebut ditandai dengan dibukanya kembali aktivitas masyarakat terutama terkait dengan ekonomi.

“Era new normal membolehkan masyarakat beraktivitas kembali, tetapi harus dengan mengadopsi perilaku hidup bersih dan sehat,” kata Novianita.

Diakui pandemi Covid-19 telah memberikan perubahan yang amat besar di hampir semua bidang. Baik kesehatan, pendidikan maupun ekonomi. Semuanya terkena imbasnya bahkan untuk bidang ekonomi sebagian besar ambruk. Perhotelan, restoran, gym, penerbangan, dan lainnya.

Tetapi menurut Novianita tidak semua bisnis langsung lesu darah. Bisnis yang berhubungan dengan makanan dan obat-obatan justeru mengalami kenaikan. Hanya saja, metode pemasarannya yang bergeser dari offline menjadi online.

Baca juga:

“Artinya e-commerce berkembang pesat. Orang mulai terjun ke dunia e-commerce baik sebagai konsumen maupun pedagang,” lanjutnya.

Menurutnya ini adalah peluang bisnis yang kini terbuka lebar pada era new normal. Dan inilah yang harus diadaptasi oleh para mahasiswa maupun kalangan perguruan tinggi. Mereka dituntut untuk segera beradaptasi dengan kondisi di lapangan.

“Menciptakan bisnis dengan model baru, inovasi baru yang sesuai dengan tatanan baru. dan ini membutuhkan SDM andal dalam bidang tersebut,” katanya.

Ajib Hamdani, Owner Tanijoy menilai tidak semua sektor usaha mengalami dampak negative selama pandemi. Sektor usaha yang tertekan dan sulit untuk bertahan misalnya industry pengolahan, pertambangan, penggalian, ekspor barang tambang, penerbangan, energy, restoran, perhotelan, pariwisata dan perdagangan.

Adapun sektor usaha yang dapat bertahan antara lain perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, listrik, gas, air bersih dan pengangkutan.

“Nah untuk sektor usaha makanan, kesehatan, teknologi informasi, produk kesehatan pribadi dan retail malah mengalami peningkatan,” katanya.

Senada juga dikatakan Bima Laga, AVP Public Policy & Government Relations Bukalapak. Selama pandemi Covid-19, belanja online mengalami peningkatan hingga 25 persen, belanja makanan meningkat 100 persen belanja produk yang berkaitan dengan perlindungan virus meningkat 60,34 persen.

“Jadi e-commerce meningkat signifikan dan ini tentu menjadi peluang usaha yng bisa dilakukan pada era new normal,” katanya.

Meski mengalami peningkatan, ia mengingatkan bahwa 66 persen penduduk Indonesia yang saat ini belum memiliki rekening bank. Fakta ini tentu menjadi kendala dalam hal pengembangan ekonomi digital ke depan.

Sementara itu Lukmanul Hakim, dosen Institut STIAMI menilai new normal tidak selalu menuntut perubahan bentuk bisnis.Bbisa saja kita tidak perlu mengubah bisnis, tetapi hanya perlu mengubah caranya. Misalnya penjualan yang awalnya lebih kepada straregi offline, kini harus memperhitungkan cara-cara baru berupa online.

“Adaptif dan kreatif sangat dibutuhkan, tidak sekedar inovasi. Orang harus mulai berpikir bagaimana mengubah produk, penyajian hingga strategi menawarkannya,” jelasnya.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!