28.8 C
Jakarta

Webinar Institut STIAMI: New Normal, Strategi Pemerintah Hindari Krisis Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan pertumbuhan ekonomi nasional melambat. Pada kuartal pertama tahun 2020, pertumbuhan ekonomi tercatat hanya 2,97 persen, menurun drastic dari 5,2 persen pada 2019. Angka tersebut akan terus menurun antara 2,3 persen hingga minus 0,4 persen pada kuartal kedua jika pemerintah tidak segera mengambil langkah cepat mengatasi pandemi Covid-19.

“Pemberlakuan new normal menjadi salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk merecovery perekonomian nasional,” kata Deputi IV Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kementerian Bidang Perekonomian RI, Dr. Ir. Mohammad Rudy Salahudin, MEM pada Webinar bertema “Peluang dan Tantangan Indonesia Menuju Era New Normal dari Perspektif Ekonomi” yang digelar Institut STIAMI, Ahad (28/6/2020).

Rudy menjelaskan betapa dasyatnya efek domino dari pandemi Covid-19. Pandemi yang melanda seluruh dunia tersebut telah mengakibatkan kinerja ekonomi menurun tajam, konsumsi terganggu dan kegiatan investasi juga terhambat.

Pandemi Covid-19 memang awalnya hanya mengakibatkan krisis kesehatan. Tetapi kemudian krisis ini merambat ke sektor sosial. Ini ditandai dengan berhentinya aktivitas ekonomi yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.

Menurut Rudy, jika kondisi ini tidak segera ditangani, maka Indonesia akan mengalami krisis ekonomi dan krisis keuangan. Karena itulah pemerintah melakukan berbagai kebijakan dengan tujuan mengurangi dampak dari pandemi Covid-19 tersebut.

Dekan Fakultas Administrasi Institut STIAMI Novianita Rulandari

Kebijakan tersebut diantaranya adalah dengan new normal dan Program Pemulihan Ekonomi Nasional-PEN (PP 23/2020). Sedang strategi kebijakan ekonomi dalam era new normal yang diterapkan oleh Pemerintah Indonesia adalah stimulus fiskal dalam APBN 2020, digitalisasi mewujudkan transformasi ekonomi, Program Kartu Pra Kerja, kebijakan pembiayaan bagi UMKM (dengan KUR khusus berbasis kluster serta pemberian insentif pajak berupa fasilitas pemotongan pajak hingga 200% dari biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan vokasi.

Meski hampir semua aspek terkena dampak dari Covid-19, namun sektor pariwisata menjadi sektor yang paling parah disamping sektor konstruksi dan sektor perhubungan. Sedangkan sektor tekstil, kimia-farmasi-alat kesehatan, makanan minuman, adalah sektor yang berpotensi menjadi pemenang.

Dr. Frans Teguh, MA, Deputi Sumber Daya dan Kelembagaan Berkelanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI mengakui pariwisata adalah sektor yang paling awal terdampak pandemi Covid-19 dan akan menjadi sektor paling lama recoverynya. Dibutuhkan waktu sekitar 2 atau 3 tahun untuk memulihkan sektor ini, tentunya dengan berbagai penyesuaian.

Untuk merecovery sektor pariwisata, pemerintah diakui telah melakukan sejumlah langkah strategis. Mulai dari mitigasi krisis pariwisata, langkah pemulihan, strategi percepatan pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pada new normal serta strategi pariwisata berkelanjutan.

“Masa pandemi ini menuntut peningkatan tata kelola ekosistem pariwisata dengan baik, dengan berprinsip pada sustainable development, resilience, locality, adaptation/ mitigation, climate changes, implementation code of ethics, balancing life, happiness, equilibrium values, danconvergence values,” papar Frans.

Baik Frans maupun Rudy memandang bahwa di tengah hantaman krisis akibat pandemi Covid-19, peluang ekonomi masih tetap terbuka. Meski peluang tersebut tentu harus beradaptasi dengan pandemi Covid-19.

Salah satu peluang yang dapat digarap adalah mewujudkan transformasi ekonomi digitalisasi dengan mentransformasi aktivitas ekonomi dan menciptakan peluang usaha baru. Percepatan ekonomi digital tersebut harus dilakukan segera sambil menanti ditemukannya vaksin Covid-19.

Sementara itu Dekan Fakultas Administrasi Institut STIAMI Novianita Rulandari menjelaskan skenario new normal ini sudah disiapkan oleh pemerintah sebagai upaya menyelamatkan negara dari krisis ekonomi dan krisis keuangan.

“Di tengah upaya pemerintah melakukan recovery ekonomi, ternyata kurva Covid-19 di Indonesia angkanya masih tinggi. Dan ini perlu kita pecahkan bersama. Itu mengapa kita mengadakan seminar ini sebagai media sharing mencari solusi terbaik dari krisis yang diakibatkan virus corona,” tandas Novianita.

Webinar itu sendiri menjadi serial terakhir dari tiga webinar yang disiapkan oleh Institut STIAMI terkait peluang dan tantangan Indonesia memasuki era new normal. Tercatat lebih dari 500 peserta baik itu dosen, mahasiswa maupun akademisi ambil bagian dalam webinar tersebut.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!