32.9 C
Jakarta

Webinar Institut STIAMI: Sektor Ketenagakerjaan Harus Segera Beradaptasi dengan Era New Normal

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Sektor tenaga kerja menjadi salah satu sektor yang mengalami dampak cukup parah akibat pandemi Covid-19. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memprediksi saat ini 20 juta penduduk dunia kehilangan pekerjaan dan angka tersebut akan terus meningkat seiring belum berakhirnya wabah virus corona yang melanda semua negara.

“Di Indonesia sendiri, data Kementerian Ketenagakerjaan, angka pengangguran meningkat 71 persen dari 7,1 juta orang meningkat menjadi 12,2 juta orang selama pandemi Covid-19,” kata Euis Komalawati S.Sos, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Manajemen Institut STIAMI di sela seminar nasional online bertema Peluang dan Tantangan Indonesia di Era New Normal dari Perspektif SDM, Sabtu (27/6/2020).

Seminar Nasional Online yang digelar untuk kedua kalinya oleh Institut STIAMI tersebut menghadirkan narasumber Prof. Dr. Pribadiyono, Ir, MS, Pakar dalam bidang Organisasi dan SDM PT Quantum, Tina Talisa, Jubir Badan Koordinasi Penanaman Modal, serta Dickdick Sodikin Natamihardja, Dosen Institut STIAMI.

Menurut Euis, meningkatnya jumlah pengangguran tersebut akan menimbulkan masalah jika tidak segera diantisipasi sejak sekarang. Karena itu, sektor yang berhubungan dengan ketenagakerjaan terutama lembaga pendidikan harus segera beradaptasi dengan era new normal, tatanan baru kehidupan.

Webinar Institut STIAMI bertema Peluang dan Tantangan Indonesia di Era New Normal dari Perspektif SDM

Senada juga dikemukakan Prof Pribadiyono. Dalam sesi paparannya, ia mengatakan pandemi Covid-19 telah membuat perubahan tatanan kehidupan terjadi lebih cepat dari prediksi para pakar.

“Sebenarnya 5 sampai 10 tahun lalu, perubahan yang ditandai dengan disrupsi baik dibidang teknologi maupun sektor lapangan kerja sudah dimulai. Dan ini akan terus berlangsung,” kata Prof Pribadiyono.

Hanya saja, perubahan menuju tatanan baru tersebut terjadi lebih cepat setelah adanya pandemi Covid-19. Dalam waktu hanya 3 bulan, hampir semua aspek kehidupan mengalami perubahan seperti sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi, ketenagakerjaan dan lainnya. Kebiasaan-kebiasaan lama dalam waktu singkat harus ditinggalkan oleh masyarakat dan kini era new normal memaksa semuanya harus beradaptasi.

“Terjadi loncatan yang luar biasa, penggunaan teknologi sedemikian massif, dan ini mempengaruhi masyarakat dalam perilaku bekerja,” tambahnya.

Baca juga:

Sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi, menurut Prof Pribadiyono, Institut STIAMI harus melakukan perubahan besar. Misalnya dengan membuka program studi digital manajemen dimana materi-materinya menyentuh masalah microchip dan big data.

Sementara itu, Tina Talisa memandang pandemi Covid-19 akan membuat tingkat kompetisi tenaga kerja semakin tajam. Selain meningkatnya jumlah pengangguran akibat pandemi Covid-19, masyarakat juga harus berhadapan dengan virus coronanya sendiri.

“Jadi ada dua faktor yang membuat peta ketenagakerjaan berubah, yakni dari segi jumlah penganggurannya itu sendiri dan jenis lapangan kerja yang pasti akan mengalami penyesuaian dengan munculnya virus corona,” katanya.

Senada juga dikemukakan Dickdick Sodikin. Ia mengatakan bahwa tidak ada standar organisasi terbaik yang akan berlaku sepanjang masa, kecuali menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

“Perilaku kaum milenial sebenarnya sudah mendisrupsi banyak hal, perilaku kebanyakan masyarakat. Misalnya saja ada banyak jenis pekerjaan yang dilakukan kaum milenial, membuat jenis pekerjaan tertentu hilang. Dan kini pandemi Covid-19 telah mendisrupsi semua aspek kehidupan,” tutup Dickdick.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!