Jakarta, Menara62.com – Wabah Virus Covid-19 yang yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia, tidak serta merta membawa kabar duka semata. Kabar gembira datang dari sektor ekonomi Syariah di mana Indonesia meraih peringkat ke-2 dalam Islamic Finance Development Indicator (IFDI) dengan peringkat ke-1 pada subbidang pendidikan dan peringkat ke-2 pada subbidang penelitian.
Hal tersebut terjadi tak lama setelah peleburan (merger) bank Syariah yang berada di bawah naungan BUMN yaitu BRI Syariah, BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI) merupakan sebuah tonggak sejarah di penghujung tahun 2020 terlepas segala tantangan yang dihadapi sektor ekonomi.
Peleburan itu merupakan aksi korporasi terbesar untuk umat. Pemerintah dan umat berharap pemulihan ekonomi akan membaik secara signifikan serta membawa keberpihakan bagi umat.
Dari itu lah Rabu Hijrah dengan dukungan penuh dari BRI Syariah menggelar Serial Webinar Masa Depan Ekonomi Umat.
Seri pertama dari rangkaian webinar ini telah dilaksanakan pada Rabu, 6 Januari 2021 lalu. Melanjutkan kesuksesan seri pertamanya, Rabu Hijrah menyelenggarakan seri kedua webinar ini pada Rabu, 27 Januari 2021 dengan mengangkat tema “Bank Syariah Indonesia; Aksi Korporasi Terbesar Untuk Umat”.
Di dalam webinar ini hadir Erick Thohir, Menteri BUMN Republik Indonesia yang juga merupakan Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) sebagai Keynote Speaker; serta narasumber Arief Rosyid Hasan, Penggagas Rabu Hijrah; Hery Gunardi, Direktur Utama Bank Syariah Indonesia; Profesor Ahmad Erani Yustika, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Ekonomi dan Daya Saing SetWapres; Helmy Faishal Zini, Sekretaris Jenderal PBNU; dan Razikin Juraid, Ketua PP Pemuda Muhammadiyah yang memberikan pemaparan terkait hadirnya BSI sebagai aksi korporasi terbesar untuk umat.
Webinar mengundang banyak perhatian berbagai unsur masyarakat, khususnya warga negara Indonesia yang berdomisili di luar negeri dan turut bergabung dalam webinar ini.
Dilanjutkan dengan keynote speech, Erick Thohir, Menteri BUMN Republik Indonesia menyampaikan bahwa tingkat penetrasi Syariah di Indonesia tergolong rendah.
Namun demikian, sejak 2016, mulai terjadi pergeseran minat penduduk Indonesia terhadap Syariah yang kian meningkat.
Sebagai Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Erick percaya bahwa hal ini merupakan peluang besar bagi institusi penyedia layanan Syariah di Tanah Air.
“Konsep Syariah saja tidak cukup, perlu dikemas secara digital dengan kualitas pelayanan tinggi, serta adanya institusi yang kuat. Oleh sebab itu, kehadiran BSI diharapkan akan meningkatkan kapitalisasi dan kapabilitas perbankan Syariah di Indonesia,” ujarnya.
Saat ini, BSI menempati peringkat ke-8 di Indonesia. Sebagai nahkoda dari hasil merger ketiga bank Syariah Himbara.
Adapun Profesor Ahmad Erani Yustika, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Ekonomi dan Daya Saing SetWapres menjelaskan dalam pemaparannya bahwa dewasa ini, daya saing ekonomi semakin keras yang mengharuskan kita, sebagai suatu bangsa, untuk terus meningkatkan daya saing.
“Semua negara membentengi ekonomi domestik dengan adanya globalisasi dan pandemi. Kalau kita tidak dapat meningkatkan daya saing, maka di hari depan akan menjadi semakin berat,” ujarnya.
Adapun Profesor Ahmad Erani Yustika, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Ekonomi dan Daya Saing SetWapres menyampaikan dalam pemaparannya bahwa dewasa ini, daya saing ekonomi semakin keras yang mengharuskan kita, sebagai suatu bangsa, untuk terus meningkatkan daya saing.
“Semua negara membentengi ekonomi domestik dengan adanya globalisasi dan pandemi. Kalau kita tidak dapat meningkatkan daya saing, maka di hari depan akan menjadi semakin berat,” ujarnya.
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi menyampaikan cita-cita BSI yang adalah menjadi Top 5 Bank Nasional dan Top 10 Bank Syariah Global.
“Kementerian BUMN menunjukkan komitmen keberpihakan kepada ekonomi umat melalui peleburan ketiga bank Syariah Himbara,” ujarnya.
“Dengan aset sebesar kurang lebih Rp 200 triliun per Desember 2020, BSI akan membangun sebuah brand yang kuat dengan produk dan layanan Syariah yang inovatif untuk nasabah universal,” kata Hery.
Sementara itu Helmy Faishal Zini, Sekretaris Jenderal PBNU dalam kesempatan ini turut menyatakan respon positif dan dukungannya terhadap BSI. Helmy mengatakan, bahwa hadirnya BSI membawa upaya bangsa kepada kesejahteraan ekonomi dan pemberdayaan ekonomi umat.
Dengan banyaknya pesantren yang menginspirasi, perlu adanya tindakan nyata dari pemerintah yang dapat melihat potret-potret UMKM ini, khususnya di pesantren, guna memberdayakannya bagi umat.
Diskusi itu dibuka dengan kata sambutan oleh Phirman Rezha, Chairman Rabu Hijrah yang menegaskan komitmen Rabu Hijrah dalam mengajak seluruh generasi muda dan segenap lapisan masyarakat untuk mendukung Masyarakat Ekonomi Syariah dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan dan ekonomi Syariah serta mendukung BSI Top 10 bank terbesar di dunia.
Adapun Arief Rosyid Hasan, tokoh penggerak dan aktivis Islam yang kini konsen pada isu ekonomi Islam sekaligus Penggagas Rabu Hijrah menyampaikan, melalui keynote speech maupun pemaparan dari masing-masing narasumber. Dapat ditarik kesimpulan tentang betapa sektor ekonomi syariah di Indonesia menyimpan potensi yang sangat besar.
“kita dapat melihat jelas BSI pada hakikatnya hadir untuk kemaslahatan. Rasanya tidak ada tema yang lebih cocok untuk memayungi webinar kita malam hari ini bahwa kehadiran BSI memang benar-benar aksi korporat terbesar untuk umat,” ujarnya.
“Saya sebagai pribadi, maupun atas nama segenap pengurus Rabu Hijrah, akan terus berkomitmen menggandeng generasi muda dalam menyukseskan program-program BSI dan BUMN guna pengembangan sektor riil ekosistem ekonomi Syariah di Indonesia,” paparnya.
Setelah resmi mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Rabu, 27 Januari 2021, BSI akan mulai beroperasi pada tanggal 1 Februari 2021 mendatang.
“Rabu Hijrah siap mengawal dan menjadi bagian integral dari kemajuan ekonomi Syariah di Indonesia, salah satunya melalui kehadiran BSI,” ujar Arief.