JAKARTA, MENARA62.COM – Pandemi Covid-19 telah memaksa lembaga pendidikan baik sekolah maupun perguruan tinggi mengubah metode pembelajaran dari tatap muka (offline) menjadi daring (online). Metode pembelajaran ini sebenarnya cepat atau lambat pasti akan digunakan seiring era industri 4.0.
Hanya saja dalam perubahan metode pembelajaran yang saat ini terjadi, guru, dosen maupun sekolah dan kampus tidak memiliki waktu lebih banyak untuk mempersiapkan diri. Pandemi Covid-19 telah memaksa satuan pendidikan dan para pengajarnya untuk langsung praktik pembelajaran secara daring.
“Pandemi Covid-19 memaksa kita, mau tidak mau harus segera menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan perubahan yang lebih cepat dan maju,” kata Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Moestopo Dr. Prasetya Yoga Santoso, MM pada Live Workshop Virtual – Metode Penelitian untuk Inovasi Pembelajaran, Kamis (9/7/2020).
Workshop yang dimoderatori Drs M Muminto Arief M.I. Kom, dosen FIKOM Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) tersebut menampilkan pembicara Guru Besar UNY Prof Dr Sugiyono, Drs Darman, M.Pd, dosen Universitas Negeri Padang dan Dr Benny Agus, Dosen UT.
Dalam sistem pembelajaran daring ini, lanjut Prasetya, peran guru kemudian digantikan oleh orang tua. Ini tentu menimbulkan berbagai hambatan kultural di tengah masyarakat.
Beberapa hambatan yang banyak dijumpai antara lain kuota data internet habis, keterbatasan dana untuk membeli kuota data, kurangnya penjelasan dosen atau guru terhadap peserta didik karena hanya memberikan tugas kepada peserta didik, persoalan signal internet dan lainnya.
Hambatan-hambatan tersebut tentu harus dicarikan solusinya, mengingat pandemi Covid-19 belum bisa diprediksi kapan akan berakhir. Karena itulah, adaptasi model pembelajaran harus terus dilakukan oleh satuan pendidikan.
Sementara itu Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta Prof Sugiyono dalam materinya menjelaskan pandemi Covid-19 tidak hanya mengubah metode pembelajaran di sekolah-sekolah dan kampus. Akibat Covid-19, gedung sekolah menjadi tidak terpakai, tidak ada tatap muka antara guru dengan siswa sehingga kurang inspiratif, banyak guru mengajar dengan daring lebih banyak memberikan tugas kepada siswa.
“Hasil belajar baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik selama pembelajaran daring belum kita ketahui seperti apa,” katanya
Dalam kesempatan tersebut, Prof Sugiyono juga banyak menyoroti pentingnya guru atau dosen sebagai manajer dalam sistem pembelajaran jarak jauh. Dibutuhkan ketrampilan manajemen dari guru dan dosen untuk menciptakan sistem pembelajaran jarak jauh yang lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Tindakan manajemen pengajaran tersebut mulai dari perencanaan (planning), sistem pengawasan (controling) hingga evaluasi hasil pembelajaran.
“Manajemen akan berlangsung baik jika manajernya baik. Manajer disini adalah guru atau dosen yang diberi tugas mengajar,” jelas Prof Sugiyono.
Ia mengingatkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran secara daring, hal yang harus diingat adalah bahwa materi daring harus menarik, jaringan berfungsi baik, guru mengajar secara interaktif melalui daring, perlu kreativitas, perlunya mengukur keberhasilan serta melibatkan orangtua atau lingkungan.
Sementara itu Darman, Dosen Universitas Negeri Padang mengatakan pembelajaran secara daring tidak akan efektif selama sistem dan manajemen pembelajaran belum dilaksanakan dengan baik.
Ia mengingatkan bahwa dalam pembelajaran daring, konsep utama yang dibangun adalah bahwa peserta belajar secara mandiri dan dilaksanakan ditengah masyarakat. Pembelajaran jarak jauh ini tidak memungkinkan peserta didik diberi penjelasan secara maksimal. Itu sebabnya, peserta didik harus mencari tahu secara mandiri agar sesuai Kurikulum 13.
“Berbagai hambatan di lapangan harus dicarikan solusinya agar pembelajaran jarak jauh berlangsung efektif dan efisien,” tutupnya.