JAKARTA, MENARA62.COM – Pemerintah Indonesia dan Belanda gelar kegiatan pekan kerjasama pendidikan dan riset (The Week of Indonesia-Netherlands Education and Research) atau WINNER 2021. Kegiatan yang berlangsung 26-28 Oktober 2021 secara hybrid di Erasmus Huis, Kedutaan Besar Belanda di Jakarta tersebut diikuti 25 mahasiswa dari Indonesia dan Belanda.
WINNER 2021 bertujuan untuk merefleksikan sejarah panjang kolaborasi dalam penelitian dan pendidikan antara Indonesia dan Belanda, mengidentifikasi prioritas kedua negara dan memperdalam serta membentuk kolaborasi baru.
Dalam sambutan melalui tayangan video, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Makarim menekankan ambisi besarnya di bidang pendidikan dan perlunya mentransformasi pendidikan vokasi melalui kemitraan publik-swasta. “Gerakan berani kami dengan ‘Merdeka Belajar’ akan mengubah masa depan pendidikan di Indonesia. Dengan kolaborasi yang kuat, kami siap untuk mengambil langkah lebih lanjut untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs),” kata Menteri Nadiem.
Menteri Pendidikan, Budaya, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Ingrid van Engelshoven, dalam sebuah pesan video, secara khusus menyambut para mahasiswa yang telah hadir baik di Jakarta, Indonesia maupun Utrecht, Belanda untuk mengajukan pertanyaan selama sesi hybrid online. “Sangat penting bahwa kami menggunakan minggu ini untuk berdiskusi dan berkolaborasi, itulah tepatnya tentang WINNER,” paparnya.
WINNER akan mempererat hubungan Indonesia – Belanda dalam mencapai tujuan pembangungan berkelanjutan (SDGs) melalui kegiatan pendidikan dan riset.
Pada kesempatan yang sama Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia (BRIN) Dr Laksana Tri Handaka menyebutkan bahwa kerjasama riset antara Indonesia dan Belanda adalah hubungan kerjasama yang sudah sangat lama. “Dengan WINNER ini bagaimana kolaborasi tersebut lebih kita tingkatkan,” tegasnya.
Kolaborasi riset tersebut lanjut Kepala BRIN, bisa dilakukan melalui berbagai bentuk seperti program pertukaran mahasiswa, kerjasama riset yang melibatkan dosen dan mahasiswa dari Indonesia dan Belanda, dan sebagainya. BRIN juga akan membuka kesempatan kepada mahasiswa dari Belanda untuk melakukan riset bersama.
Senada juga disampaikan Plt Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek Prof Nizam. Ia mengatakan bahwa program magang mahasiswa, platform Kedaireka, program IISMA, yang merupakan bagian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka memberikan peluang lebih luas kepada mahasiswa dan dosen dari dua Negara untuk saling berkolaborasi. “Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka memungkinkan antar kampus menjalin kerjasama di berbagai bidang seperti riset, pengabdian pada masyarakat dan kegiatan lain,” tuturnya.
Prof Nizam mengingatkan bahwa riset dan inovasi bukan hanya tentang ‘hard sciences. “Dasar untuk pembangunan berkelanjutan adalah pendidikan, kita perlu memperkuat pendidikan untuk mencapai SDG’s,” tegasnya.
Sementara itu, Profesor Inge Hutter (Rektor International Institute of Social Studies, University of Rotterdam), mengatakan bahwa inovasi bisa bersifat teknis, tetapi juga sosial. “Kerja sama interdisipliner adalah tantangan besar. Oleh karena itu penting bahwa prioritas penelitian disepakati dalam penciptaan bersama,” tuturnya.
Dalam sesi tanya jawab, muncul beberapa pertanyaan dari para mahasiswa di Indonesia dan Belanda tentang bagaimana para mahasiswa dan lembaga pendidikan sendiri dapat berkontribusi lebih aktif terhadap SDGs, sebagai contoh dengan mengintegrasikannya ke dalam kurikulum. Seorang mahasiswa menunjukkan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) sangat cocok dengan “Kampus Merdeka”, kebijakan pendidikan Indonesia yang mengejar cara belajar yang inovatif dan didorong oleh permintaan.
Direktur Nuffic Neso Indonesia Peter van Tuijil mengatakan kegembiraannya bahwa pandemi tidak menjadi penghalang bagi mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan studi ke Belanda. Dengan semakin banyaknya jumlah mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studi ke Belanda, maka kolaborasi dalam bidang pendidikan dan riset akan semakin erat.
“Ada banyak bentuk kolaborasi yang sudah dilakukan oleh pemerintah Belanda dan Indonesia. Salah satu contohnya adalah terkait sanitasi air di perkotaan di mana Belanda sebagai negara yang berada di dibawah permukaan air laut memiliki banyak pengalaman dan teknologi untuk pengelolaan air perkotaan,” tegasnya.
Terumbu Karang dan Desain Industri
Pembicara utama Dr. Lisa Becking (Associate Professor Tropical Marine Biodiversity at Wageningen University & Research and Naturalis Biodversity Center), membawa inovasi ini ke dalam praktik. Dalam kontribusinya, Lisa berbicara tentang keberhasilan kerjasama internasional dan interdisipliner dalam meneliti ketahanan terumbu karang. “Di Papua Barat tempat kami bekerja, penelitian dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan penduduk setempat,” katanya.
Dalam keynote speech kedua, dr. Dwinita Larasati (Industrial designer, lecturer, researcher at Man & Industrial Product Design Research Group, Industrial Design Program, Faculty of Art and Design, Institut Teknologi Bandung (ITB)), Indonesia menyoroti ekonomi kreatif yang inklusif untuk pembangunan yang berpusat pada manusia. Secara khusus dia membahas ‘fashion village lab’, sebuah proyek percontohan untuk industri mode sirkular. “Masyarakat ekonomi kreatif memiliki atribut utama untuk beradaptasi dengan tantangan masa depan”, ungkapnya.
“Inovasi datang dalam berbagai macam bentuk”, simpul moderator Dirk-Jan Koch (Chief Science Officer di Kementerian Luar Negeri Belanda) di pihak Belanda. “Kekuatan kerja sama antara Belanda dan Indonesia adalah bahwa kami berbagi prinsip penelitian independen dan kebebasan akademik. Ini merupakan hal yang sangat penting, jika perlu, peneliti independen dapat memanggil pemerintah untuk memerintahkan ketika SDG sudah tidak dalam jalur yang tepat.
Dalam rangkaian acara pembuka berlangsung pula panel diskusi yang membahas bagaimana menginovasi kolaborasi penelitian untuk mencapai tujuan pembangungan berkelanjutan (SDGs). Panel diskusi ini dihadiri oleh Anka Mulder (Member of the Steering Committee on Online Education in Higher Education in the Netherlands), Dudi Hidayat (Director Research Centre for STI Policy and Management (BRIN)), Prof. Anita Hardon (NWO Executive Board, Chair Domain Social Sciences and Humanities), Mego Pinandito (Deputy for Utilization of Research and Innovation BRIN), Edy Giri Rachman Putra, PhD (Deputy for Utilization of Research and Innovation BRIN).
Konferensi WINNER berlanjut pada tanggal 27 dan 28 Oktober dengan program yang sangat beragam menghadirkan lebih dari 120 pembicara yang mempunyai latar belakang sebagai kaum akademisi, peneliti, wirausaha, pemangku jabatan pemerintah dan berdiskusi secara pararel terkait sains, pendidikan, kerjasama dan kebijakan.