“…Berdoalah kamu kepada-Ku, niscaya aku perkenankan permintaanmu”. (Q.S. Ghafir: 60)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap doa yang dipanjatkan seorang hamba kepada Allah, pasti akan dikabulkan-Nya. Setiap permintaan yang diajukan kepada-Nya, pasti akan diperkenankan-Nya. Dan setiap permohonan yang ditujukan kepada-Nya, pasti akan diijabah (dipenuhi)-Nya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada seorang Muslim pun yang berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa dan memutus hubungan silaturrahim, kecuali Allah akan memberikan kepadanya satu diantara tiga hal : dikabulkan doanya, ditangguhkan hingga hari kiamat, atau dijauhkan dari suatu keburukan atau musibah yang serupa.” (HR. Ahmad)
Hadis di atas menegaskan bahwa pada hakekatnya setiap doa yang dipanjatkan seorang hamba kepada Allah SWT pasti akan dikabulkan. Adapun cara Allah mengabulkan doa hamba-Nya bisa dengan beragam bentuk.
Dari hadis di atas dijelaskan bahwa ada tiga cara dalam pengabulan doa. Pertama, doa dikabulkan sesuai dengan permintaan yang diajukan seorang hamba. Kedua, jawaban doa ditangguhkan hingga hari kiamat. Dan ketiga, doa dikabulkan dengan cara menjauhkan seorang hamba dari suatu keburukan.
Tentang tiga cara pengabulan doa ini sering dimaknai oleh para ulama sebagai berikut:
Pertama, yakni doa dikabulkan secara langsung sesuai dengan permintaan. Ini merupakan ‘jalur khusus’ atau keistimewaan yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul.
Hak istimewa ini diberikan Allah kepada mereka, karena para Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia ma’shum, yang terjaga dari khilaf dan dosa. Mereka adalah manusia-manusia pilihan yang memiliki kesucian pikiran, hati dan jiwa. Faktor ‘kesucian’ inilah yang menyebabkan mereka begitu dekat dengan Allah. Sehingga apapun permintaan yang mereka panjatkan kepada-Nya selalu dikabulkan oleh Allah sesuai dengan isi permintaan tersebut. Kita, sebagai manusia biasa, yang tidak terlepas dari dosa dan kesalahan, tidak memiliki hak istimewa ini.
Kedua, jawaban doa ditangguhkan hingga hari kiamat. Ini adalah cara Allah yang diberikan kepada kita, manusia pada umumnya.
Mengenai penangguhan jawaban atas doa, ada yang memaknai bahwa jawaban doa kita akan diberikan Allah kelak pada hari kiamat tiba. Tetapi ada juga yang memahami bahwa pada hakikatnya doa kita sudah dijawab oleh Allah. Tetapi jawaban itu masih ‘digantungkan’ kepada kita. Artinya bahwa jawaban atas doa kita Allah berikan sesuai dengan usaha kita. Misalnya, kita berdoa meminta diberi kelimpahan rezeki, maka sesungguhnya Allah sudah menyediakan kelimpahan rezeki kepada kita. Tergantung bagaimana kita berusaha untuk mencapai serta meraihnya. Tugas kita adalah mengerahkan segala kekuatan, daya serta upaya untuk meraih kelimpahan rizki tersebut. Maka sejauh usaha kita, sejauh itu pula hasil yang akan kita peroleh.
Ketiga, doa diakabulkan tidak sesuai dengan permintaan, tetapi diganti dengan yang lebih baik. Ini juga merupakan cara Allah menjawab doa hamba-Nya, yakni kita manusia pada umumnya.
Allah Maha mengetahui yang terbaik buat hamba-Nya. Maka jika seorang hamba mengajukan permohonan yang menurutnya baik, tetapi menurut Allah tidak, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Ketika seseorang berdoa memohon kepada Allah agar diberi harta yang banyak, misalnya, tetapi menurut Allah itu bukan yang terbaik, mungkin saja Allah menggantinya dengan diberikan kesehatan kepadanya, atau diselamatkannya dari musibah.
Dengan demikian, hakekatnya semua doa yang dipanjatkan seorang hamba kepada Allah, selalu dikabulkan oleh-Nya dengan berbagai macam cara. Sehingga tidak selayaknya kita menganggap bahwa Allah tidak mengabulkan doa kita.
Yakinlah bahwa setiap doa, setiap permohonan yang kita ajukan kepada Allah selalu diijabah atau dikabulkan oleh-Nya.
Ruang Inspirasi, Senin (22/6/2020)