JAKARTA – Kanker bisa mengena siapa saja, pada usia berapa saja. Tidak perlu menjadi tua dahulu untuk terkena kanker. Karena itu upaya pencegahan menjadi tindakan paling tepat untuk menghindari kanker. Tindakan tersebut adalah dengan pola hidup sehat termasuk mengintervensi asupan nutrisi yang baik.
“Penyebab kanker sampai hari ini belum bisa diketahui dengan pasti, namun ada faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang beresiko terkena kanker,”papar Prof Chau Chi Fai, Pakar Bioteknologi, Biologi dan Nutrisi dari National Chung Hsing University Taiwan pada seminar kesehatan nasional bertema Diet, Nutrition & Cancer Prevention yang digelar PT Citra Nusa Insan Cemerlang (CNI), Sabtu (29/7).
Mengutip data WHO, 30% hingga 50% kejadian kanker bisa dicegah. Beberapa faktor bisa dikontrol salah satunya adalah pola makan dan gaya hidup.
Prof Chau lebih jauh memaparkan zat-zat nutrisi tertentu akan berhubungan dengan faktor resiko kejadian Kanker. Bukti – bukti klinis berserta mekanismenya dalam tubuh keterkaitan antara pola konsumsi makanan tertentu dengan faktor resiko kejadian Kanker.
Salah satu contoh hasil penelitian Prof Chau adalah pada sumber pangan biji-bijian (wholegrain) yang baik untuk mengontrol level berat badan dan melalui teknologi pangan, pengolahannya tidak merusak enzim yang baik digunakan oleh tubuh.
Diet sehat, mengubah pola hidup dan minum suplemen yang tepat lanjut Prof Chau, bisa mencegah perkembangan kanker. Itu sebabnya sangatlah penting untuk mengamati segala perubahan tak wajar yang timbul pada tubuh agar kanker bisa dideteksi lebih dini.
“Kanker memiliki sejarah dan perjalanan panjang, tidak serta merta tumbuh kanker. Tetapi semakin dini ditemukan, semakin dini ditangani, maka peluang untuk sembuh juga makin besar,” jelasnya.
Sementara itu, Chew Say Loo, Executive Director CNI Group mengemukakan kehadiran Prof Chau Chi Fai dalam seminar nasional kali ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan menambah wawasan masyarakat umum tentang kanker dan pencegahannya.
“Beliau telah berkiprah di bidang Ilmu Pangan dan Bioteknologi selama 20 tahun, dan dalam kesempatan ini datang ke Indonesia memaparkan mengenai konsep tata laksana perawatan kanker yang benar kaitannya dengan pola makan yang tepat,” kata Chew Say Loo.
CNI diakui memiliki suplemen kesehatan yang baik untuk penderita kanker. Sun Chlorella Agaricus Suplemen Antikanker yang mengandung Agaricus blazei Murril yaitu sejenis jamur yang terbukti bermanfaat sebagai antikanker. Jamur ini ditemukan oleh Dr. Inosuke Iwade (Prof. di Dept Pertanian, Mie University, Jepang) dan dibudidayakan oleh Dr. Hitoshi Ito (Direktur The Research Institute of Fungal Pharmacology di Jepang) yang memiliki hak paten sebagai formula original karena tidak semua Agaricus memiliki efek anti kanker.
Sun Chlorella Agaricus jelas Chew Say Loo, adalah suplemen yang dapat membantu melawan sel kanker namun tindakan seperti radiasi, operasi atau kemoterapi sebaiknya tetap dilakukan. Dengan tambahan Chlorella Growth Factor (CGF), Sun Chlorella Agaricus menjadi suplemen antikanker yang aman untuk sel normal yang sehat berbeda dengan obat kanker umumnya yang tidak hanya membunuh sel kanker tapi juga membunuh sel normal yang sehat.
Manfaat Sun Chlorella Agaricus adalah menyerang dan menghancurkan sel kanker dengan meningkatkan Natural Killer Cell. Mengoptimalkan hasil kerja obat dan terapi kanker seperti kemoterapi atau radioterapi. Mengurangi efek samping dari terapi kanker seperti muntah, kehilangan nafsu makan, dan kerontokan rambut, serta membantu memperbarui sel-sel yang rusak.
“Bila pasien diberikan obat dokter (diluar kemoterapi), maka obat tersebut harus diminum sesuai anjuran dan diberi selang waktu 2-3 jam dengan konsumsi Sun Chlorella Agaricus,” tutupnya.
Seminar kesehatan ini diselenggarakan sebagai bagian dari kampanye #CNIAgainstCancer yang diselenggarakan di tiga kota yakni Makassar (27/7), Medan (28/7) dan Jakarta (29/7). Selain masyakarakat awam, seminar juga dihadiri beberapa perwakilan dari institusi akademisi seperti lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Diharapkan adanya diskusi ilmiah ini, menjadi bahan atau sumber bagi penelitian-penelitian lanjutan mengenai diet dan kanker di Indonesia.