PERNAH mengalami gangguan buang air besar (BAB) yang mengeluarkan darah, sembelit atau diare tanpa sebab yang jelas? Sebaiknya waspada jika menjumpai gejala-gejala tersebut. Apalagi jika disertai rasa sakit di perut, mudah lelah dan berat badan cenderung turun. Bisa jadi, kanker usus besar sudah menyerang.
“Gejala umum dari kanker usus adalah timbulnya benjolan semacam polip. Benjolan ini tumbuh tidak terkendali,” kata dokter spesialis bedah digestif Siloam Hospitals Kebon Jeruk Dr. dr. Wifanto Saditya Jeo, Sp.B-KBD pada temu media bertema Laparoskopi – Transanal Kooperatif Mengobati Tumor pada Usus Besar yang digelar secara virtual, Sabtu (5/12/2020).
Benjolan kecil jinak berupa polip ini dalam perkembangannya dapat bertransformasi menjadi ganas. Keganasan muncul disertai dengan gejala lain yang lebih khas atau spesifik seperti BAB berdarah, nyeri perut dan sebagainya.
Menurut dr Wifanto, kanker usus besar termasuk jenis kanker yang umum ditemukan dan dapat terjadi pada siapa saja. Maka itu, kesadaran akan bahaya kanker usus besar perlu diketahui sejak dini agar dapat dicegah dan ditangani dengan cepat dan tepat.
“Kanker ini berisiko terjadi pada segala usia, baik kelompok muda maupun tua. Pada kelompok usia muda, biasanya disertai gejala yang lebih buruk,” lanjut dr Wifanto.
Dijelaskan, kanker usus besar sering ditemukan pada rektum dan sigmoid. Lokasi ini berada 5-15 cm di atas anus dan tumbuhnya kanker pada lokasi tersebut menganggu fungsi otot sfingter yang mengatur pembuangan kotoran seperti proses defekasi. Berbagai teknik operasi dilakukan untuk mengobati kanker ini dan masih terus dikembangkan untuk mendapatkan hasil lebih baik.
Sebagai salah satu pusat unggulan di bidang pengobatan digestif, Siloam Hospitals Kebon Jeruk melalui Digestive Clinic telah mengembangkan teknik terbaru dalam penangananan kanker usus besar. Salah satunya adalah teknik Trans-Anal Total Mesorectal Excision (TaTME). Teknik ini kata dr Wifanto merupakan tindakan operasi minimal invasif (minimal invasive surgery) yang tidak hanya bertujuan untuk penanganan usus buntu dan batu empedu, tapi juga efektif untuk pengobatan pasien kanker rektum (usus besar bagian bawah).
Jika umumnya operasi kanker rektum membutuhkan sayatan di perut sepanjang 10-15 cm dan tumor dikeluarkan melalui luka sayatan besar, teknik Trans-Anal Total Mesorectal Excision hanya membutuhkan luka sayatan sekitar 1-2 cm saja. Teknik terbaru ini juga memungkinkan spesimen tumor dan usus yang dipotong dapat dikeluarkan melalui lubang anus.
“Keunggulan paling signifikan dari operasi laparoskopi dengan teknik Trans-Anal Total Mesorectal Excision adalah sayatan lebih kecil, sehingga bekas luka dan rasa sakit yang dialami lebih minim. Kondisi ini membuat pasien tidak membutuhkan obat nyeri dalam dosis besar dan mengurangi efek samping obat. Teknik ini juga membuat luka operasi lebih minimal dan proses perawatan di rumah sakit menjadi lebih singkat,” tandas dr. Wifanto