BOYOLALI, MENARA62.COM — Semarak Milad ke-113 Muhammadiyah di RS PKU Aisyiyah Boyolali menghadirkan tausiyah inspiratif dari Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, Wakil Ketua PWM Jawa Tengah sekaligus Rektor UIN Salatiga, Sabtu (29/11). Dalam ceramahnya, ia menegaskan bahwa karakter utama warga Muhammadiyah adalah memberi untuk kehidupan, bukan untuk kematian.
“Orang Muhammadiyah itu sedekah untuk kehidupan, bukan untuk kematian. Warga Muhammadiyah seperti kunang-kunang: jumlahnya sedikit di banyak tempat, tetapi sinarnya menerangi kehidupan. Sekolah jadi, perguruan tinggi jadi, rumah sakit jadi, masjid juga jadi. Inilah orientasi hidup yang membuat amal usaha Muhammadiyah tumbuh di mana-mana,” ujar Prof. Zakiyuddin dalam kegiatan bertema Etika Muhammadiyah Strategis dan Spirit Peradaban.
Acara yang digelar di Aula H. Jalal Sayuti tersebut merupakan kolaborasi LKKS PDM Boyolali, Majelis Dikdasmen, PDA Boyolali, dan RS PKU Aisyiyah Boyolali. Pimpinan Muhammadiyah–Aisyiyah, ketua majelis/lembaga, ortom, dan jajaran rumah sakit turut hadir meramaikan kegiatan.
Kekuatan Muhammadiyah Ada pada Pengajian
Dalam ceramahnya yang panjang dan mendalam, Prof. Zakiyuddin menegaskan bahwa pusat kekuatan Muhammadiyah ada pada budaya pengajian. Menurutnya, dalam tradisi Jawa dikenal istilah kumpul–kembul–tukul: berkumpul, berinteraksi, lalu memunculkan gagasan pembangunan.
“Jangan meremehkan pengajian. Banyak amal usaha Muhammadiyah bermula dari pertemuan kecil, dari obrolan sederhana tentang kebaikan. Dari situlah peradaban Muhammadiyah dibangun. Pikiran Muhammadiyah itu besar, tetapi langkahnya dimulai dari yang kecil: jamaah dan pengajian,” ungkapnya.
Ia menilai tema milad Memajukan Kesejahteraan Bangsa sangat sejalan dengan Pembukaan UUD 1945. Semangat itu, katanya, sudah dicontohkan oleh ulama-ulama klasik.
“Imam Syafi’i dan Ibnu Hajar menekankan pengulangan ilmu untuk membentuk karakter. Itulah yang dilakukan Kiai Ahmad Dahlan ketika mengajarkan Surah Al-Ma’un selama hampir empat bulan. Tujuannya satu: agar ayat itu hidup sebagai tindakan nyata — merawat fakir miskin, menyantuni yatim, dan menjaga kaum lemah,” jelasnya.
Dari Al-Ma’un inilah Prof. Zakiyuddin menekankan nilai dasar warga Muhammadiyah.
“Inti dakwah Al-Ma’un adalah caring and sharing: peduli dan berbagi. Karena itu warga Muhammadiyah memberi bukan untuk kematian, tetapi untuk kehidupan: membangun sekolah, rumah sakit, panti, dan layanan sosial yang menyelamatkan manusia.”
Amal Usaha Berdiri dari Keberanian Moral
Prof. Zakiyuddin juga menyoroti bahwa banyak rumah sakit Muhammadiyah berdiri berkat patungan warga.
“Rumah sakit Muhammadiyah banyak berdiri dari sertifikat tanah para warga. Bukan karena punya kekayaan besar, tetapi karena keberanian moral, kepedulian, dan keyakinan bahwa ibadah harus diwujudkan dalam kontribusi nyata,” ungkapnya.
Sambutan dan Harapan Pimpinan Daerah
Direktur RS PKU Aisyiyah Boyolali, dr. Zahrosofi Ahmadah, MARS, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kepercayaan menjadikan RS PKU sebagai tuan rumah silaturahmi warga Muhammadiyah. Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi agenda rutin dan memperkuat semangat bermuhammadiyah di lingkungan rumah sakit.
Sementara itu Ketua PDM Boyolali, Dr. Ali Muhson, M.Ag., M.Pd.I., M.H., M.M., mengajak seluruh warga terus menghidupkan kajian Islam di semua lapisan.
“Ngaji di Muhammadiyah itu harus mencerdaskan. Majelis-majelis harus berperan sesuai bidangnya — ekonomi, hukum, pendidikan — untuk menciptakan masyarakat tercerahkan,” tegasnya.
Kegiatan milad ini diharapkan menjadi momentum memperkokoh komitmen warga Muhammadiyah dalam merawat tradisi pengajian, memperluas amal usaha, dan menghidupkan nilai Al-Ma’un melalui tindakan nyata. (*)

