JAKARTA – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir membuka secara resmi Intermediate Senior Official Meeting (ISOM) Asia Europe Meeting (ASEM) on Education ke-3 di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (4/6). Kegiatan ini diadakan untuk membahas dan menyelaraskan kebijakan pendidikan tinggi pada negara-negara di kawasan Asia Eropa melalui wadah kerjasama ASEM.
Pada tahun ini Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menjadi tuan rumah untuk perhelatan internasional yang berlangsung pada 3-5 Juni 2018. Acara tersebut diikuti sekitar 140 peserta dari 14 negara Eropa dan 13 negara Asia serta 9 organisasi internasional sebagai stakeholder. Dari Indonesia hadir 48 perguruan tinggi, 6 Kopertis, 3 Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), dan kementerian lain.
Dalam pertemuan ini akan dibahas beberapa tema penting terkait pengembangan pendidikan tinggi seperti Recognition and Quality Assurance, Balanced Mobility, Engaging Bussiness and Industries, Long Life Learning (LLL) dan Technical and Vocational Education and Training (TVET).
Terkait dengan tema tersebut Nasir mengatakan dalam kesempatan ini Indonesia akan berbagi mengenai pengembangan pendidikan tinggi Indonesia melalui program penjaminan mutu pendidikan tinggi serta program-program untuk mendorong kerjasama antara akademisi, bisnis, dan pemerintah (konsep Triple Helix).
“Inovasi juga menjadi hal yang penting dalam pengembangan pendidikan tinggi. Karena hasil riset dari berbagai bidang ilmu harus diaplikasikan ke industri dan masyarakat untuk dikomersialisasikan serta harus memenuhi kebutuhan pasar dunia,” pungkas Nasir.
Selain itu Nasir juga menyebutkan program student mobility yang telah dijalankan Indonesia sebagai upaya internasionalisasi pendidikan tinggi Indonesia. Diantaranya ASEAN International Mobility for Students (AIMS), Joint Degree/Double Degree, Joint Curriculum, Credit Transfer, Credit Earning, Fast-track program, dan ODL (Online/Blended Learning).
“Program student mobility adalah salah satu program untuk mendukung kolaborasi internasional dan juga untuk meningkatkan kualitas serta bentuk tanggung jawab sosial,” ujar Nasir dalam siaran persnya.
Sementara untuk mendorong Triple Helix Nasir menerangkan Kemenristekdikti memiliki program seperti training dan magang untuk techno-entrepreneur muda yang berasal dari perguruan tinggi dan lembaga litbang, memberikan insentif untuk Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT), serta berkolaborasi dengan perusahaan swasta untuk mempromosikan pertumbuhan start-up di Indonesia melalui program inkubasi.
“Semua program ini mungkin akan dieksplor dan dikembangkan ke program internasional,” sebutnya.
Program-program ini akan dibahas lebih lanjut dalam dua hari ke depan. Hadir pula dalam acara ini Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Intan Ahmad, Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek Dikti Patdono Suwigno, Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Jumain Appe, ASEM Education Secretariat David Urban, Nadya Reynders, para rektor perguruan tinggi, Kepala Biro Kerjasama dan Komunikasi Publik Kemenristekdikti, Nada Marsudi, Direktur Penjaminan Mutu Kemenristekdikti Aris Junaidi, Direktur Pembelajaran Kemenristekdikti Paristiyanti, serta tamu undangan lain.