JAKARTA, MENARA62.COM — Siapa pun senang bila mendapat pujian, termasuk anak-anak. Ya, memberi pujian diartikan sebagai apresiasi Anda terhadap usaha dan prestasinya. Namun, memberi pujian pada anak itu ada triknya tersendiri. Memang seperti apa cara yang benar dalam memuji anak? Yuk, simak ulasannya berikut ini.
Perlukah Anda memuji anak?
Anak-anak perlu mempelajari banyak hal. Mulai dari keterampilan mengendalikan dan mengekspresikan emosi, kemampuan tubuh dalam melakukan kegiatan tertentu, hingga membiasakan diri untuk menerapkan perilaku baik.
Untuk mencapai itu semua, anak perlu membangun self esteem (harga diri). Menurut Kids Health, harga diri membuat anak merasa diterima, dicintai, dan dilindungi.
Nah, salah satu cara orangtua untuk membangun self esteem anak adalah dengan memberinya pujian. Pujian adalah bentuk hadiah atas kerja kerasnya dalam mencapai hal itu dan sebagai bentuk rasa bangga orangtua.
“Anak-anak menganggap pujian sebagai hadiah untuk dirinya. Pujian adalah cara untuk membantu mereka menjadi percaya diri dan bertanggung jawab,” jelas Michelle Macias, MD, seorang dosen kesehatan anak di Medical University of South Carolina sekaligus anggota American Academy of Pediatrics pada laman Parents.
Akan tetapi, memuji anak juga bukan hal yang mudah. Bukan hanya sekedar, “Kamu hebat, kami bangga padamu” saja. Pujian yang tidak tepat ternyata bisa juga memberikan dampak buruk bagi anak, yakni menghambat pertumbuhan anak.
Perlu diingat bahwa Anda tidak boleh terlalu berlebihan dalam memberi pujian pada anak. Selain itu, pujian juga harus diberikan secara tulus.
Jika tidak, pujian bisa menjadi bumerang yang membuat anak takut untuk mencoba hal baru atau mengambil risiko. Penyebabnya karena mereka takut tidak bisa berada di posisi yang membanggakan untuk orangtuanya.
Cara memuji anak yang benar dan tepat
Jika tidak ingin salah langkah dalam memberi pujian pada anak, coba perhatikan beberapa hal berikut ini.
1. Puji anak secara spesifik
Kata-kata yang keluar sebagai pujian perlu diperhatikan. Pujilah anak secara spesifik atau tepat sasaran. Mungkin banyak di antara orangtua yang memuji secara general, yang artinya sangat luas. Contohnya, “Nak, kamu hebat main bola.”
Bila pujian tersebut diartikan, tentu bisa meliputi banyak hal. Apakah anak baik dalam menendang, menggiring, atau menjaga gawang dari bola lawan. Anak tentu akan menangkap bahwa ia menguasai semua hal itu. Padahal belum tentu demikian.
Jadi, cobalah untuk memuji anak dengan tepat sasaran. Misalnya, “Kamu pintar banget jaga gawangnya. Papa yakin kamu bisa jadi kiper yang hebat nanti.” Dengan pujian seperti ini, anak akan lebih memahami keunggulan dalam dirinya.
2. Puji anak dengan tulus
Supaya tidak berlebihan, Anda perlu mengetahui waktu yang tepat untuk memberikan pujian pada anak. Jadi, jangan memuji anak terlalu sering karena bisa menimbulkan kesan bahwa pujian tersebut tidak tulus.
Terlalu sering memuji juga bisa membuat Anda tak lagi dipercaya oleh anakl. Parahnya lagi, ini akan membuat anak kesulitan membedakan apakah pujian ini tulus atau mungkin hanya sekadar basa-basi.
Ketulusan dalam memuji anak bisa diwujudkan dengan melibatkan emosi Anda. Cobalah untuk memusatkan perhatian Anda pada si kecill, pilih kata yang tepat untuk memuji, dan tunjukkan ekspresi dan gerakan tubuh bahwa Anda benar-benar bangga atas prestasinya.
3. Puji prosesnya bukan hasilnya
Pujian tidak selalu berbicara tentang hasil yang dicapai oleh anak Anda. Akan tetapi, bisa juga pada proses dan usaha anak Anda untuk mendapatkannya. Inilah pujian yang sifatnya membangun seseorang agar menjadi lebih baik di kemudian hari.
Nah, salah satu contoh memuji anak yang membangun, “Gimana susah nggak ulangannya? Yaudah nggak usah cemas lagi, yang penting Papa lihat kamu sudah belajar maksimal semalam.”
Bila Anda perhatikan baik-baik, pujian di atas memang tidak membanggakan hasil yang dicapai anak, melainkan proses dan usaha yang dilakukan anak. Dengan begitu, anak merasa usaha yang telah dilakukannya juga dihargai tanpa bergantung pada hasil yang mungkin didapat. (hellosehat.com)