JAKARTA, MENARA62.COM – Sebagai upaya berkontribusi dalam pencegahan penyebaran Covid-19, unit pendidikan vokasi di bawah naungan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) turut berperan aktif dalam perakitan GeNoSe C 19. Alat yang berfungsi sebagai pendeteksi Covid-19 tersebut kini sudah digunakan di berbagai tempat, seperti stasiun kereta api.
“Mungkin banyak yang belum tahu, bahwa salah satu unit pendidikan Kemenperin yaitu Sekolah Menengah Kejuruan – Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMK-SMTI) Yogyakarta, mempunyai peran yang cukup besar dalam membangun alat GeNoSe C 19 untuk mendeteksi Covid-19. Sekolah ini dipercaya untuk melakukan proses assembling atau perakitan GeNoSe C 19,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam kunjungannya di Yogyakarta, Rabu (19/5).
Menperin menuturkan, dipilihnya SMK-SMTI Yogyakarta menjadi tempat perakitan oleh konsorsium pengembang GeNoSe C 19 dari Yogyakarta, menunjukkan bahwa sekolah vokasi Kemenperin tersebut mempunyai kualitas di atas standar. Melalui kerja sama tersebut, SMK-SMTI Yogyakarta menyediakan tempat produksi atau perakitan GeNoSe C 19, sekaligus memberdayakan dan memberikan kesempatan kepada siswa-siswi jurusan Kimia Industri untuk menjadi tenaga operator.
“SMK-SMTI Yogyakarta pada tahap awal produksi sudah mampu memenuhi target perakitan 3.000 unit GeNoSe C 19. Sedangkan produksi yang saat ini running untuk memenuhi target 2.000 unit. Jadi total 5.000 unit GeNoSe C19 yang dirakit di sini,” ujar Agus.
Menperin menyampaikan, pemerintah akan terus mengawal pengembangan GeNoSe C 19, nantinya tidak hanya digunakan pada bidang transportasi saja, tetapi didorong agar dimanfaatkan di dunia pendidikan. “Sehingga bisa juga didorong pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi agar mereka bisa rutin melakukan pemeriksaan ke murid dan guru. Melalui upaya tersebut, selain mendorong produksi, pemerintah juga menciptakan pasar yang luas untuk berbagai macam produk yang dibuat anak bangsa,” ucapnya.
Agus menyebut, capaian yang telah dilakukan oleh SMK – SMTI Yogyakarta, sekaligus membuktikan bahwa unit pendidikan Kemenperin bisa mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang bisa menjawab kebutuhan industri.
“Kemudian perlu diketahui juga, salah satu yang menjadi program unggulan dari SMK-SMTI Yogyakarta adalah mekatronika, tidak banyak SMK yang ada di Indonesia, yang mempunyai progam mekatronika, ini juga menunjukkan keunggulan dari SMK ini,” jelas Menperin.
Menurutnya, saat ini teknologi mekatronika di dunia hampir 78% dikuasai Jepang, bahkan negara-negara Eropa juga ketinggalan. “Namun justru ini yang kami punya, peralatan labolatorium mekatronik ada di SMK-SMTI Yogyakarta ini,” papar Agus.
Menperin menambahkan, selain itu SMK- SMTI Yogyakarta juga menjadi satu-satunya sekolah vokasi di tanah air yang dipercaya sebagai SIEMENS Certification Center di Indonesia. Sekolah tersebut juga diusulkan menjadi model untuk pembentukan German Indonesia Vocational Institute (GIVI). “Dengan memanfaatkan teaching factory (pabrik mini) yang ada, SMK- SMTI Yogyakarta juga didorong untuk bisa membuat alat-alat kesehatan seperti ventilator,” sambungnya.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Arus Gunawan mengatakan, kolaborasi perakitan GeNoSe C19 yang terjalin antara SMK-SMTI Yogyakarta dan konsorsium pengembang GeNoSe C 19 membuktikan bahwa program link and match antara sekolah vokasi Kemenperin dan industri berjalan baik. “Kerja sama ini merupakan contoh nyata link and match antara unit pendidikan dengan industri dalam bentuk pengembangan teaching factory,” sebutnya.
Ia menyampaikan, link and match dengan konsorsium pengembang GeNoSe C19 berawal dari hubungan baik antara sekolah-sekolah Kemenperin dan industri yang sudah terjalin sejak lama. “Hal itu berkat penyelenggaraan program vokasi yang merupakan hasil kolaborasi langsung dengan industri,” jelas Arus.
Adapun kolaborasi yang dimaksud meliputi proses penyusunan kurikulum, rekruitmen, implementasi pendidikan sistem ganda (dual system), serta kolaborasi dalam transformasi teknologi Industri 4.0, termasuk di dalamnya penerapan kurikulum industri 4.0 yang sudah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Perindustrian Nomor: 1532 Tahun 2019 tentang Kurikulum Industri 4.0 pada Pendidikan Vokasi Industri di Lingkungan Kementerian Perindustrian.
“Dengan adanya link and match antara sekolah vokasi dan industri, peran industri dalam penyusunan kurikulum, penyediaan tempat praktik kerja industri (prakerin), penyerapan lulusan dapat semakin optimal,” tuturnya.
Menurut Arus, sejak 2017, BPSDMI Kemenperin telah memfasilitasi program pendidikan vokasi yang link and match antara 2.615 SMK dengan 856 Industri di seluruh Indonesia.
Kepala Sekolah SMK -SMTI Yogyakarta Rr. Ening Kaekasiwi menambahkan, kolaborasi perakitan GeNoSe 19 tersebut melibatkan 60 orang siswa-siswi yang terbagi dalam dua jam kerja. Dalam satu jam kerja terdiri dari 30 orang. “Mereka dilatih bekerja selama tiga hingga empat jam dalam sehari dalam satu shift, selama lima hari dalam seminggu dengan diawasi oleh PT. Steqhoq Robotika Indonesia Bersama dan guru-guru dari SMK SMTI Yogyakarta,” jelasnya.
Ening mengatakan, dalam memilih siswa yang dilibatkan dalam perakitan GeNoSe C19, pihak sekolah bersama konsorsium sangat selektif. Awalnya, dibuka lowongan magang, kemudian guru dari jurusan Kimia Industri menyeleksi siswa-siswi tersebut berdasarkan sofskill dan nilai akademik.
Selanjutnya, siswa yang terpilih wajib mengikuti pelatihan selama dua hari, antara lain pada hari pertama diberikan materi Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB ) dengan menerjukan pemateri dari PT. Swayasa Prakarsa. Kemudian pada hari kedua dilakukan pelatihan perakitan GeNose C19 dengan pemateri dari PT. Stechoq Robotika Indonesia.
“Sebelum memasuki ruangan pelatihan, terlebih dahulu dilakukan screening Covid-19 menggunakan GeNose C19 kepada siswa, operatornya dari PT. Swayasa. Apabila hasil dari screening selama pelatihan dua hari negatif Covid-19, maka siswa siap untuk merakit GeNose C19,” tandasnya.