27.2 C
Jakarta

Rabu Hijrah Bahas Masa Depan Industri Asuransi Syariah yang Punya Potensi Tumbuh BesaR

Baca Juga:

Jakarta, Menara62.com – Potensi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia sangat besar, sayangnya potensi ini belum digarap maksimal. Termasuk sektor asuransi syariah yang berpotensi untuk didorong menjadi lebih besar seiring dengan populasi umat Islam di Indonesia di mana pada 2025 diproyeksikan mencapai 184 juta penduduk.

Mayoritas jumlah penduduk Muslim ini merupakan kalangan menengah atas dan mayoritas bekerja di sektor swasta sehingga memberikan peluang bagi penyedia layanan asuransi syariah untuk semakin berkembang. Meski demikian ada beberapa tantangan agar industri asuransi syariah tumbuh pesat seperti harapan pemerintah, salah satunya terkait Sumber Daya Insani (SDI) yang minim di sektor ini, selaiin itu juga belum meratanya sebaran layanan yang masih terpusat di Pulau Jawa.
Hal ini terungkap dalam diskusi rutin yang diadakan Rabu Hijrah dengan tema Revolusi Industri Asuransi Syariah Seri ke 2 : Masa Depan Wajah Industri Asuransi Syariah.

Forum Group Discussion (FGD) yang digelar secara daring terbatas ini, dipandu oleh Wahyudin Rahman, Ketua Pelatihan & Sertifikasi Islamic Insurance Society (iis) dan dibuka oleh Chairman Rabu Hijrah, Phirman Reza.
Reza berharap target agenda ini ialah menghasilkan rekomendasi strategis yang akan disampaikan kepada pihak terkait termasuk kepada Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin dan pemangku kepentingan terkait.
“Beliau selama ini sangat konsen dalam perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia, apalagi pertumbuhan asuransi syariag di masa pandemi tetap kuat. Disini kami berharap akan jadi masukan bagi para pimpinan. Kami terima kasih atas kesediaan hadir semoga acara ini bisa menghasilkan manfaat dan jadi kontribusi kami terhadap penguatan asuransi syariah,” jelasnya.

Adapun Arief Rosyid selaku Komisaris Independen Bank Syariah Indonesia mengatakan ada empat hal yang ia teringat tentang pengembangan asuransi syariah di Indonesia dan sering digaungkan oleh Wakil Presiden Maruf Amin.
“Hal yang saya ingat dan disampaikan Pak Wakil Presiden melalui KNEKS ialah pembentukan World Class Takaful Operator di Indonesia di masa kepemimpinan pak Jokowi dan KH Ma’ruf ini. Apalagi KH Ma`ruf mempunyai komitmen yang sangat besar untuk ekonomi dan keuangan syariah sehingga dijuluki bapak ekonomi & keuangan syariah Indonesia. Selain itu trendnya umat muslim Indonesia di tahun 2050 bukan saja umat Islam terbesar dunia tapi umat beragama terbesar,” jelas Arief.

“Kedua, belakangan ini juga kesadaran orang untuk menggunakan produk halal terus meningkat kalau dibandingkan 10 tahun lalu tidak seterbuka sekarang. Ini jadi momentum yang harus benar-benar kita jadikan kesempatan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ketiga Covid ini meninggalkan duka tapi juga membawa kabar baik bahwa industri syariah semakin baik kinerjanya, menurut saya tentu kalau ada bencana kebutuhan perlindungan resiko jiwa meningkat. Harapannya kita tidak hanya sadar saat krisis setelah itu lupa lagi,” tambah Arief.

Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia, Tatang Nurhidayat mengatakan salah satu yang menarik tentang hadirnya Undang Undang 40 tahun 2014 tentang spin off unit syariah.
“Gambarannya kita pemain asuransi paling banyak tapi sharenya dan penetrasinya kecil. Dengan dorongan spin off agar syariah fokus dengan dorongan permodalan mungkin pemain akan semakin mengerucut hanya yang serius akan garap lahan tidak ada lahan tidur, sehingga lahannya akan efektif semua bisa digarap tentu dengan adanya World Class Takaful. Diharapkan dalam 10 tahun kedepan, pangsa pasar tumbuh 8 kali lipat menjadi 20 persen.Ini bisa kita garap walau dengan pemain lebih sedikit tapi lahannya maksimal dan optimal” ujarnya.

Ketum islamic insurance society, M. Zamachsyari sebagai salah satu pembicara juga menjelaskan saat ini ada 13 full syariah dan ada 46 unit syariah yang masih menginduk ke Konvensional.
“Tadi secara asia paling banyak pelaku industrinya tapi kalau mau lugas disebut kita banyak tapi kecil kecil sehingga daya dobraknya tidak terlalu kuat. Dari 46 unit syariah ini akan menjadi full syariah di tahun 2024 namun tidak semuanya juga akan spin off. Tapi kami yang punya tugas pengembangan sumber daya Insani cari angka yang paling aman sesuai regulasi yang ada. Dampaknya akan terjadi kebutuhan pemenuhan tenaga ahli asuransi syariah (FIIS) untuk setiap perusahaan dan Ajun Ahli minimal keahlian untuk tingkat Direksi” ujarnya.
Kepala Sub Bagian Pengembangan dan Kelembagaan Asuransi dan Reasuransi Syariah Direktorat IKNB Syariah OJK, Nia Sevy menjelaskan sudah berkerjasama terhadap AASI, IIS, LSP dan lainnya dalam berbagai hal diantaranya mendorong peningkatan kapasitas modal dan SDM menjelang spin off, meningkatkan edukasi dan literasi misalnya bekerjasama dengan perguruan tinggi, Traine for trainer, membuat website sikapiuangmu. Dan paling penting adalah mempercepat perubahan POJK 67. Ujarnya
“Selain itu terkait produk memang perusahaan syariah harus inovatif untuk pengembangan produk walau sebenarnya sudah sangat kreatif mengajukan permohonan produk, misal kami telah bekerjasama Kementrian untuk Asuransi Umrah dan Haji dan produk wakaf dari perusahaan asuransi akan memasarkan produk tersebut. Terkati perkembangan asuransi syariah dia melihat ada potensi besar untuk dapat dikembangkan. Jadi OJK juga masih banyak pekerjaan rumah,” tukasnya.

Asisten Staf Khusus Wakil Presiden, Bidang Ekonomi dan Keuangan Guntur Subagja memberi tanggapan bahwa sebetulnya concern pak Jokowi dan Wapres Ma’ruf Amin ialah pada 2024 Indonesia harus menjadi pusat ekonomi dan industri halal dunia.
“Ini jadi tantangan kita agar di semua industri kita wujudkan eksyar yang lebih terprogram dan quick win apa yang akan dicapai. Tinggal 3 tahun lagi apa saja harus dikembangkan pak Wapres garis bawahi ada empat hal. Pertama pengembangan produk, kedua pengembangan potensi industri halal, ketiga ekonomi dan keuangan syariah keempat pengembangan dana sosial Islam seperti wakaf. Ini yang menjadi prioritas,” jelasnya.
Direktur Jasa Keuangan KNEKS, Taufik Hidayat menambahkan, KNEKS memiliki tugas utama untuk pengembangan industri produk halal, ekonomi syariah, dana sosial syariah dan terakhir perluasan kegiatan usaha syariah.
“Karena itu selama 5 tahun ini KNEKS menguatkan kapasitas building industri jasa keuangan syariah untuk realisasikan maka kita terapkan ada 8 program kerja utama,” Khusus Asuransi Syariah, kami sedang menajamkan kajian World Class Takaful Operator bersama stakeholder terkait terutama Kementrian BUMN melalui IFG, Ujarnya
Asisten Deputi Bidang asuransi dan pensiun kementerian BUMN, Anindita sebagai pembicara menjelaskan Kementerian BUMN sejak dulu percaya potensi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia sangat besar untuk dikembangkan.
“Potensi ini didorong oleh besarnya populasi umat Islam di Indonesia di mana pada 2025 diproyeksikan bisa mencapai 184 juta penduduk. Hal itu terbukti dari pertumbuhan ekonomi syariah pada 2020 lebih tinggi daripada PDB nasional. Kemudian pangsa pasar ekonomi syariah terhadap perekonomian nasional meningkat, serta peningkatan asset industri asuransi, reasuransi dan penjaminan syariah seiring dengan peningkatan asset industri jasa keuangan syariah (12,71%) menjadi Rp.710,30 triliun. Selain itu, juga ada tantangan diantaranya memperluas potensi bisnis dan akselerasi konsolidasi lembaga keuangan syariah dengan peningkatan kapasitas retensi dan reasuransi, mengakomodir bisnis Perbankan syariah dan mereview bisni model yang tepat untuk Holding Asuransi & Penjaminan ” jelasnya.

Reza Ronaldo, Direktur Asuransi Jasindo Syariah sebagai praktisi menjelaskan perlunya peningkatan kapasirtas reasuransi. Mencontoh di negara Malaysia yang mengandeng reasuransi besar untuk sebagai partner sekaligus belajar. “Barangkali di Indonesia juga selain ada konsolidasi asuransi syariah mungkin kita juga akan punya retakaful Besar di Indonesia. Apalagi tahun 2025 Asean bisa masuk ke Indonesia buat asuransi syariah di sini, sementara kita jangan sampai jadi tamu di negara sendiri asuransi asing masuk sementara kita sendiri tidak siap kapasitas, sistem dan lain-lain”. Tutupnya
Hadir juga dalam diskusi yang menarik dan hangat seperti Prima DMI, Isyef, FoSSEI, Koperasi Pemuda Indonesia, Barisan Muda Al Ittihadiyah, HMI, KAMMI dan organisasi muda Islam Indonesia lainnya. Organisasi Islam sepakat akan mendorong asuransi syariah untuk kesejahteraan umat. Asuransi syariah dapat sebagai mitra strategis terutama bagi pemuda dan dapat melakukan multi-pivot role sebagai agen, sisi lain sebagai penerima manfaat, dan kaum marjinal yg perlu diangkat kapasitas ekonominya.

Dari diskusi ini terungkap beberapa hal seperti sejauh ini konsep pendirian World Class Takaful di Indonesia untuk menemukan bentuknya yang paling ideal agar dapat mengatasi berbagai masalah yang ada seperti peningakatan market share, literasi dan inklusi, persiapan menghadapi pasar bebas ASEAN 2025 serta membangunkan potensi untuk sektor yang belum tergarap seperti asuransi barang milik negara sebagai underlying sukuk, Asuransi Perikanan, Pertanian dan Peternakan serta sektor pendidikan dan religion seperti pesantren dan Masjid. Sehingga dapat menjadikan masa depan wajah industri asuransi syariah menjadi lebih cerah.

Untuk itu, kiranya juga perlu dilihat oleh stakeholders, khususnya regulator, apakah dibutuhkan de-regulasi, relaksasi ataupun inovasi regulasi lainnya untuk membuka ruang interaksi yang lebih intensif dan mendorong stimulus masyarakat luas yang lebih melek-Asuransi Syariah.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!