JAKARTA, MENARA62.COM – Rektor Universitas Krisnadwipayana (Unkris) Dr. Ir. Ayub Muktiono, M.SIP, CIQaR mengajak para mahasiswa untuk mengubah mindset dari sekadar pekerja kantoran (karyawan) menjadi wirausahawan (pengusaha). Hal tersebut disampaikan Rektor pada Webinar Kewirausahaan bertema Membangun Generasi Unggul Melalui Potensi Minat dan Bakat di Era Pandemi, Selasa (7/9/2021). Webinar tersebut menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) tahun ajaran 2021/2022 yang berlangsung 6-10 September 2021.
Tampil sebagai keynote speaker Ketua Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) Heryono Hadi Prasetyo, SE, MM. Sedang materi seminar disampaikan Ketua LPPK Unkris Dr. Susetya Herawati ST, MSi dan Exporter, Founder & CEO PT Nusa Berdaya Indonesia, Moh Andriza Syarifudin dengan moderator Estie Budiutami dan pengantar acara R. Agus Kusuma Wijaya SE, MM.
Rektor mengatakan bahwa tidak selamanya bekerja kantoran atau menjadi karyawan merupakan pilihan yang tepat. Justeru menjadi pengusaha jauh lebih baik dari pada menjadi pekerja kantoran. Sebab menjadi pengusaha selain lebih mandiri juga sekaligus membuka lapangan kerja bagi orang lain.
“Nilai akheratnya lebih tinggi menjadi pengusaha dibanding kalian bekerja sebagai karyawan,” lanjut Rektor.
Karena itu, Rektor berpesan agar mahasiswa baru mulai berpikir untuk menjadi seorang pengusaha. Dan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan bisa dilakukan antara lain dengan mengikuti webinar-webinar kewirausahaan yang nantinya akan banyak digelar oleh Unkris.
Menurut Rektor untuk melangkah menjadi seorang pengusaha, ada tiga kunci utama yang perlu dilakukan oleh mahasiswa. Pertama doing yakni harus memulai. Seseorang yang ingin jadi pengusaha harus berani mengambil keputusan untuk memulai usaha. Kedua adalah memilih bisnis dari hal-hal yang kita cintai, love what you do, and do what you love. Rektor mengatakan bisnis akan memiliki peluang besar untuk berhasil jika seseorang memang mencintai apa yang digelutinya tersebut.
Dan ketiga adalah built, yakni membangun integritas, kesabaran, ketekunan dan seterusnya. “Kalau mengalami kegagalan, harus berani bangkit lagi,” tukasnya.
Ketua PPEI Heryono Hadi Prasetyo dalam kata pengantarnya menjelaskan kampus memiliki peran strategis untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada generasi muda dan generasi milenial. Sebab kampus merupakan tempat orang belajar untuk meraih masa depan yang lebih baik dan sejahtera.
“Menumbuhkan jiwa kewirausahaan bisa kita mulai dari kampus. Karena itu kami banyak menjalin kerjasama dengan universitas untuk menggelar pelatihan terkait kewirausahaan ini terutama kegiatan ekspor impor,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua LPPK Unkris Dr Susetya Herawati dalam paparannya menyebutkan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan, dibutuhkan modal intelektual, spiritual dan mental yang kuat.
Herawati juga menyebut bahwa wirausaha pada dasarnya ada 3 jenis, yakni necessity entrepreneur yakni wirausaha karena terpaksa oleh keadaan dan desakan kebutuhan hidup, replicative entrepreneur yakni wirausaha yang cenderung meniru bisnis yang sedang digemari masyarakat saat ini dan innovative entrepreneur yakni wirausaha inovatif yang terus berpikir kreatif dalam melihat peluang dan berusaha untuk meningkatkannya.
Hadirnya era disrupsi lanjut Herawati harus menjadi perhatian bagi mereka yang baru memulai bisnisnya. Yakni bagaimana kita mampu menghemat proses bisnis, bagaimana menghasilkan produk berkualitas, bagaimana membuka pasar baru, bagaimana produk mudah diakses dan sebagainya.
“Yang perlu kita siapkan adalah harus punya ketrampilan informasi, mampu berkomunikasi yang efektif,” lanjutnya.
Dalam kesempatan tersebut, Herawati juga membagikan tips memulai bisnis bagi generasi milenial. Yakni memiliki tim yang saling menguatkan, menemukan hal-hal yang disukai konsumen sekaligus hal yang tidak disukai konsumen dan mulai berpikir hal yang besar. “Langkah selanjutnya kita bisa memulai dari hal yang kecil dan sederhana tetapi dengan cara yang cepat,” katanya.
Tak berbeda dengan Andriza Syarifudin. Dalam paparannya, pria jebolan Teknik Industri UGM tersebut mengaku memulai bisnis setelah lulus dari bangku kuliah tanpa modal yang berarti dan support dari keluarga.
“Saya gemar ikut lomba terkait plan bisnis. Hadiah dari lomba ini saya kumpulkan dan itulah yang kemudian saya manfaatkan sebagai modal,” jelasnya.
Tanpa ada darah bisnis yang mengalir dari keluarganya, Andriza yang akrab disapa Udin harus melewati proses berdarah-darah untuk mencapai posisi yang sekarang ini. “Ditolak klien, ditolak konsumen, ditolak pasar hingga kerugian yang lumayan besar harus saya lalui. Tetapi saya pantang menyerah,” tambahnya.
Karena itu, lanjut Udin, para mahasiswa tidak perlu takut untuk memulai bisnis. Era teknologi informasi seperti sekarang ini memberikan peluang bisnis yang lebih luas. Semua bisa dilakukan dengan cara kerja keras, ulet, pantang menyerah dan selalu kreatif menangkap peluang yang ada di sekitar.