30.6 C
Jakarta

Hampir Punah, Jateng Lakukan Revitalisasi Wayang Othok Obrul Selokromo

Baca Juga:

SEMARANG, MENARA62.COM – Kabupaten Wonosobo memiliki kekayaan sastra lisan yang sangat banyak. Bentuk sastra lisan ini juga bervariasi. Ada yang berbentuk cerita rakyat, nyanyian rakyat, mantra, kidung, dan tradisi-tradisi lainnya seperti sedekah bumi, barongan, Wayang Othok Obrul, Tari Topeng Lengger, Bundengan, Daeng, Rodad, Jamjanen, Emprak, Ayun-ayun, Binalun, Emblek atau Kuda Lumping, Ruwatan Rambut Gimbal, dan Calung.

Kehadiran sastra lisan ini kerap digunakan sebagai media untuk berkomunikasi dengan masyarakat Wonosobo. Tradisi sedekah bumi juga kerap dilakukan oleh masyarakat Wonosobo. Tradisi ini digunakan oleh masyarakat Wonosobo sebagai ungkapan syukur kepada Sang Ilahi atas limpahan hasil pertanian dan kesehatan. Selain itu, tradisi ini juga dapat digunakan sebagai media edukasi bagi masyarakat. Misalnya, untuk membangkitkan menggiatkan kembali jiwa gotong royong dalam kehidupan masyarakat. Tari Topeng Lengger digunakan sebagai media untuk melegitimasi tatanan sosial, sebagai wahana untuk ekspresi ritus yang memiliki sifat sekuler dan religius, sebagai media hiburan, sebagai pelepas kejiwaan, sebagai cerminan kegiatan estetik, dan sebagai cerminan pola kegiatan ekonomi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sastra lisan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam kehidupan sosial komunitas sosial pemiliknya.

Kondisi tradisi lisan tersebut tidak semuanya aman. Ada beberapa sastra lisan yang berada dalam kondisi kritis (pewarisan dan eksistensi dalam kehidupan masyarakat pemiliknya). Berdasarkan informasi dari masyarakat Wonosobo, Agus Wuryanto (Praktisi dan budayawan Wonosobo) menyatakan bahwa ada beberapa tradisi lisan yang kondisinya sudah sangat megkhawatirkan, bahkan di ambang kepunahan. Beberapa pelaku seni yang memiliki kompetensi terhadap sastra lisan tersebut jumlahnya sudah sangat sedikit, bahkan bisa dikatakan langka. Salah satunya adalah wayang Othok Obrul Selokromo.

Untuk mencegah dari kepunahan, Kantor Bahasa Provinsi Jawa Tengah melakukan revitalisasi wayang Othok Obrul Selokromo. Wayang Othok Obrul adalah salah satu budaya lokal yang keberadaannya sudah di ambang kepunahan. Pernyataan tersebut didasarkan pada jumlah orang yang memiliki kompetensi untuk memainkan tradisi lisan wayang Othok Obrul seperti dalang yang menyisakan satu orang dan sudah berusia 90 tahun.

“Jika langkah konservasi dan revitalisasi tidak segera dilakukan, maka kemungkinan besar tradisi lisan ini akan punah seiring dengan meninggalnya satu-satunya dalang yang ada. Hal tersebutlah yang dijadikan dasar Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah mengambil lagkah untuk melakukan pelindungan dan pelestarian terhadap Wayang Othok Obrul melalui kegiatan revitalisasi,” jelas Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Dr Ganjar Harimansyah, dalam keterangan tertulisnya Senin (25/10/2021).

Adapun tujuan dari revitalisasi tersebut adalah dimilikinya jejak digital Wayang Othok Obrul. Selain itu untuk pewarisan ke generasi muda sehingga keberadaan Wayang Othok Obrul akan tetap terjaga.

Kegiatan revitalisasi Wayang Othok Obrul dilaksanakan dengan tiga tahapan, meliputi, pertama melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, baik instansi pemerintah, maupun komunitas-komunitas sastra, yang dapat diajak kolaborasi untuk melakukan kegiatan revitalisasi Wayang Othok Obrul.

Kedua melakukan pelatihan. Pelatihan meliputi dalang dan nayaga. Peserta pelatihan adalah anak-anak SD dan SMP. Pelatihan dilaksanakan tiga kali dalam seminggu (Selasa, Kamis, dan Sabtu) selama tiga bulan.

Dan ketiga melakukan aksi terhadap kegiatan revitalisasi Wayang Othok Obrul. Aksi dilakukan dengan melakukan pagelaran Wayang Othok Obrul yang pemain-pemainnya adalah anak-anak.

Kegiatan revitalisasi wayang Othok Obrul kata Ganjar melibatkan berbagai pihak seperti Pemerintah Kabupaten Wonosobo, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Dinas Pendidikan Kabupaten Wonosobo, Komunitas Seni Pok Darwis, Selokromo, dan pemerintah desa Selokromo, dari kades sampai dengan kepala dusun. Selain itu jalinan kerja sama juga dilakukan dengan para seniman Wayang Othok Obrul yang masih hidup, dalang dan beberapa nayaga.

“Kegiatan revitalisasi Wayang Othok Obrul sudah dimulai sejak awal tahun. Dimulai dengan koordinasi, kegiatan tersebut sampai September sudah sampai tahap pelatihan dalang dan nayaga. Pelatihan tersebut dilakukan secara rutin. Tahap pelatihan tersebut juga disertai pendokumentasian dengan foto maupun video,” tutup Ganjar.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!